Memori Delayota

Tahun ini kembali aku diingatkan bahwa banyak memori Delayota yang akan muncul beberapa hari ke depan. Dimulai dari bukber (buka bersama) khusus angkatan lulus tyahun 1977 dan kemudian setelah lebaran ada acara silaturahmi 5 (lima) angkatan pertama SMPP X (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan X) atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Delayota, kependekan dari SMAN Delapan Yogyakarta. Sebagai murid angkatan ke dua Delayota, aku tidak pernah merasakan dinamika SMAN 8 Delayota, yang katanya penuh dinamika yang seru.
Begitu lulus dari Delayota, hampir semua komunikasi dengan temanku langsung putus, hanya beberapa orang yang satu kampus denganku di Pogung yang masih selalu kujumpai dalam kegiatan sehari-hari, itupun tidak berlangsung lama. Aku lebih sering nongkrong di luar kelas dibanding didalam kelas. Jadilah aku mahasiswa yang tidak jelas, lebih sering berkeliaran di Gelanggang Mahasiswa, kantor KMTS (Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil) atau malah ke luar kota. Delayota menjadi masa lalu yang terlupakan.
Pertemanan dengan Pak Samino yang begitu sayang padaku, tapi justru dianggap berbeda oleh Kepala Sekolah (waktu itu) dan ijazahku ditahan karena aku dianggap menghina pak Samino. Over estimate dari pak Liman Sinuraya terhadap kemampuan Kimiaku yang pas-pasan, terbukti ketika aku terpekur di depan papan tulis dan tidak bisa mengerjakan soal Kimia, padahal waktu itu mungkin pak Liman menyuruhku maju karena aku dianggap cerdas dalam bidang Kimia.
Pertemanan dengan pemilik warung di timur sekolahku, yang tinggal melompat dari jendela, termasuk teman-teman yang suka “bolos” sekolah dan malah “gojeg” di warung. Demo ke guru ilmu pesawat, karena hampir sebagian besar murid mengantongi nilai kurang dari standard dan ingin ganti guru atau minimal lebih bijak dalam memberi nilai ulangan. Guru Matematika, pak Hargiono, yang begitu mempesona saat menjelaskan tentang matematika. Akupun sempat menunggui rumah pak Hargiono ketika beliau lebaran, rasanya bangga sekali bisa tinggal di rumah pak Hargiono yang sangat kukagumi.
Teman dan sahabat Delayotaku mungkin hanya Agung Harjuno yang masih kuingat, karena saat dulu dialah pemimpin Teater 10 dan aku masih aktif di dunia teater sampai masuk UGM. Aku bahkan masih ikut lomba teater antar SMA, padahal aku sudah mahasiswa dan salah satu dewan yuri adalah Emha Ainun Najib yang waktu itu sudah akrab dengan teater Stemka maupun teater Gadjah Mada, dimana aku juga sudah aktif di dalamnya.
Sahabat karib ketika SMA, Endang Syaiful Anwar (ESA), sudah lepas dari komunikasi begitu dia masuk UNDIP, begitu juga dengan Djoko Sardjono Endrianto yang masuk Sipil UII. Akupun kehilangan komunikasi dengan Delayota, baru beberapa tahun lalu ketika aku mulai aktif mencari teman-teman SMA, aku mulai mendengar tentang Delayota lagi.
Tahun 1975, aku mendaftar Delayota (SMPP X), karena tidak diterima di SMAN 1 Teladan, sehingga aku perlu sebuah sekolah untuk menandakan aku sudah sekolah selepas SMP yang amburadul (nilainya). Aku sekolah seperti biasa, sambil bekerja mencari uang sekadarnya saja, sehingga aku juga heran kalau ternyata aku bisa mempunyai nilai bagus di raport, bahkan nilai Kimiaku juga bagus, padahal aku cuma bagus di Kimia organik saja, selain itu aku benar-benar “blank”.Selepas SMA aku masuk di Sipil UGM, karena dua sebab, pertama karena semua orang pintar biasanya masuk ke fakultas itu.
Kedua, karena di Sipil aku akan tidak bertemu lagi dengan pelajaran Kimia yang sampai saat itu masih menjadi trauma mengerikan sekaligus memalukan. Sebenarnya ada sebab yang ketiga, yang justru malah menjadi sebab yang utama, aku tidak mempunyai uang untuk mendaftar PT (Perguruan Tinggi), sehingga ketika uang itu akhirnya ada, ternyata uang itu hanya cukup untuk mendaftar satu PT saja.
Bulan ini akan ada acara silaturahmi untuk 5 (lima) angkatan tertua di SMPP X/Delayota, sayang mas Jujur Prananto, aktifis teater 10 yang sekarang masih aktif di dunia film, tidak bisa hadir karena tidak ada agenda ke Jogja, pada tanggal 19 Juni 2018. Acara akan mengambil tempat di Resto Banyumili, Jl Godean KM 4,5 Telepon (0274) 545143, sebuah resto yang dilengkapi kolam renang dengan beraneka hidangan, termasuk penggemar masakan laut. Acara akan dimulai jam 19:00, jadi mungkin tidak akan ada yang sambil berenang di resto ini.
Apa kabar p edi sutrisno
SukaDisukai oleh 1 orang
kabar baik mas Pangesti 🙂
salam Delayota 🙂
SukaSuka
Ping-balik: Memori Remais Muhajirin | Blogger Goweser Jogja