Mindful Parenting

Aku ke Jogja untuk acara ketemu teman SMA (reuni jadul) dan teman salah satu SMA-ku malah mengajak istriku dan aku untuk menghadiri acara “komunitas eMKa” sehari sebelum acara reuni jadulku. Ternyata istriku tertarik dengan acara itu, ketika kutanya kenapa tertarik, karena acara itu pasti akan menghilangkan satu hari ketemuanku dengan anak-anak, maka istriku menjawab,”aku ikut karena tentu saja untuk menghormati kawan bapak yang sudah mengajak ketemuan. Lagi pula judul acaranya adalah “mindful parenting“, pasti menarik !”
Ketika aku ceritakan pada anak sulungku, ternyata dia juga mendukung aku untuk bersama istriku menghadiri acara tersebut. Ternyata benar adanya, acara mindful parenting sangat menarik dengan pembicara utama ibu Melly Kiong yang sangat piawai menyampaikan gagasannya. Acara yang luar biasa telah disampaikan dengan cara yang luar biasa, sehingga aku langsung kepingin cepat sampai di rumah untuk menceritakan acara ini pada anak-anakku.
Maunya begitu sampai rumah langsung ketemu anak-anak dan menceritakan acara ini pada keluargaku, tetapi anak-anak sudah mempunyai acara yang lain, sehingga harus mencari waktu yang lain. Aku jadi ingat dimensi ketiga acara mindful parenting versi Melly Kiong, “sabar” sebagai bonus dimensi satu dan dua.
Lewat grup LINE khusus keluargaku, aku sampaikan jadwal untuk pertemuan membahas mindful parenting dan istriku membaginya dalam dua waktu, pertama aku dengan anak-anak dan kedua lengkap dengan seluruh keluarga. Setelah ini, aku mungkin akan menyampaikannya dalam lingkup keluarga adik-adikku dan kemudian lebih luas lagi kepada keluarga istri dan aku dalam nberbagai kesempatan. Ini sesuai dengan cita-cita istriku mengadakan pertemuan keluarga besar Sudarisman dan Sarwidji di rumah Cungkuk.
Akupun memulai kuliahku pada anak-anakku,”Ada lima dimensi dalam mindful parenting, pertama (aku bergantian meletakkan tangan di telinga dan mulut) Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut, bukan sebaliknya satu telinga dengan dua mulut. Apa artinya, pasti sangat mudah diterka, kita harus mendahulukan mendengar dari pada berbicara (menyuruh). Orang tua harus lebih mendengarkan dengan penuh perhatian dan empaty terhadap apa yang disampaikan anaknya. Pada tahap ini, bapak minta maaf pada anak-anak semua ya, karena ternyata sumber masalah ini sering ada pada sikap bapak yang berbeda dengan dimensi pertama ini”.
Aku diam sejenak memperhatikan reaksi anak-anak, kemudian melanjutkan lagi,”Dimensi yang ke dua, pasti tidak akan terjadi kalau dimensi pertama sudah bapak lakukan. Bapak tidak akan pernah menghakimi (aku menaruh tanganku menempel di depan mulutku) pada anak-anak, karena bapak sudah mekakukan dimensi pertama “mendengarkan suara anak dengan penuh perhatian dan dengan penuh empaty“. Bagaimana pendapat mbak Lita terhadap dua dimensi yang bapak sampaikan ini ? Jangan-jangan sudah lupa :-)”.
Lita dengan tersenyum mengulangi inti dari dimensi satu dan dimensi dua, mindful parenting versi Melly Kiong. Akupun memberikan jempol padanya sebagai tanda aku sangat puas dengan pemahamannya dan melanjutkan dengan dimensi ke tiga.
“Dimensi ketiga adalah bonus kalau dimensi satu dan dua telah sukses dilakukan dengan baik, itulah yang kita sebut SABAR. Dengan sudah melakukan proses mendengarkan dan tidak menghakimi, artinya kita sudah mencerna duduk persoalan yang sedang dihadapi dengan jelas dan gamblang, kesimpulkan akan dapat diambil dengan lebih jernih dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat. Secara tidak sengaja kita sudah mendapat bonus SABAR dalam menghadapi persoalan”.
Anak-anak tersenyum padaku, aku anggap mereka tersenyum tulus, karena sudah makin sadar bahwa bapaknya sudah mulai menuju ke arah orang sabar 🙂
“Dimensi ke empat adalah Adil dan Seimbang/balancing, artinya anak-anak mendapatkan apa yang dibutuhkannya dan bukan apa yang diinginkannya. Ingat keinginan adalah sumber penderitaan (sambil membayangkan Iwan Fals menyanyikan lagu itu). Dimensi ke lima atau yang terakhir adalah WELAS ASIH, semoga bapakmu ini dan ibu bisa melakukan untuk keluarga kita ini dengan baik dan memuaskan semuanya”.
Malamnya, istriku datang dan bisa ketemuan lagi dengan kita sekeluarga dan menyempurnakan ceritaku. Malam itu terjadilah sebuah “moment” yang indah di hatiku. Semoga begitu juga perasaan di hati semua anggota keluargaku. Sungguh aku terpesona oleh bu Melly Kiong, sama dengan istriku yang pernah terpesona dengan Merry Riana ketika acara TDA di Jakarta, mereka berdua mirip semangat dan penampilan di panggungnya.
Sehabis ketemu keluarga, aku blogwalking dan menemukan arti mindful parenating dari blog bu Melly Kiong.
Mindful Parenting yg artinya “Mengasuh berkesadaran” dimana mengacu pada kesadaran orang tua dalam mengasuh yang mengacu pada konsep yang berkesadaran, eling dari pikiran, ucapan dan perilaku yang kurang pantas. Orangtua yang memiliki kesadaran dalam mengasuh putra putrinya agar menjadi pribadi-pribadi yang unggul. Konsep pengasuhan ini sebenarnya sangat mudah untuk diadopsi jika orang tua memiliki perhatian yang benar dan sadar menerima pengalaman saat ini ( present moment), sehingga orangtua bisa memadukan antara pendengaran dan perhatian penuh. Hasil akhir dari sebuah proses pengasuhan berkesadaran ini adalah membangun hubungan yang aman antara orangtua dan anak. ( Siegel dan Hartzell 2003).
Ping-balik: Belajar arti kehidupan | Blogger Goweser Jogja
bioskop25 …Every the moment in a though we decide on blogs that we read. Listed beneath are the most up-to-date web pages that we decide on …
SukaSuka
ada komentar yang masuk dalam tulisanku ini, berarti aku kurang memperhatikan filter yang sudah kupasang 🙂
ternyata filter kurang berfungsi menyaring komentar “anonim” yang masuk.
SukaSuka