Indahnya LDR

Kobe Jogja

Membaca hal-hal yang didapat ketika menjalani Long Distance Relationship (LDR) rasanya kayak menemukan hal-hal yang sudah lama tidak kurasakan, itulah yang kemudian membuatku menulis tentang Indahnya LDR :-). Saat tidak ketemu pasangan hati, adalah saat kita bisa ketemu dengan teman-teman kita sehobi, seprofesi atau sesama jamaah subuh di masjid. Saat bertemu dengan pasangan hati adalah saat rindu tercurahkan dengan tak kenal batas, itulah saat indahnya peertemuan dua hati.

Banyak sekali hal yang didapat dengan tinggal berjauhan antara dua hati yang tertaut, idealnya memang begitu, tapi memang kemudian ternyata banyak hal yang harus dilakukan atau yang harus tidak dilkakukan agar kita dapat merasakan Indahnya LDR. Semua tentang hal yang sepele saja, tapi akibatnya bisa tidak sepele. Mood kita yang sering tidak sama dan sikon di masing-masing lokasi yang bisa berbeda jauh dengan kenyataan, akan banyak mewarnai pasangan hati yang terpisah kota apalagi negara.

Ketika nonton film “Eifell I’m in love” tahun 2003, aku bisa merasakan indahnya kisahnya dan kelucuan-kelucuan serta warna cintanya yang beraneka nuansa, rasanya pas sekali penggambaran pasangan yang harus berjauhan. Hari ini, sehabis subuhan, aku menerima masukan dari temanku,”…. besok adalah hari besar yang paling besar dan saatnya kita merayakan bersama keluarga. Aku masih ingat ucapan sampeyan bahwa uang bisa dicari tapi moment kebersamaan keluarga itu susah didapat. Beli tiketlah ke Jogja pak Eko dan rasakan kedamaian hari yang tidak bisa dilukiskan dalam kalimat”.

Akupun langsung pesan tiket ke Jogja, aku tak peduli lagi tabungan udah menipis dan sudah terlalu banyak yang kukeluarkan selama beberapa bulan ini. Aku harus ke Jogja, menikmati nostalia hari Raya Idul Qurban. Dulu, saat aku masih belum bekerja, kusembelih hewan Qurban dan kukuliti sampai tuntas, biasanya dilanjut dengan membakar kepala Kambing di rumah bersama beberapa orang temanku.

Keluarga Cungkuk 2015

Keluarga Cungkuk 2015

Tahun ini suasana itu pasti tidak akan terulang lagi, disamping tidak ada tetangga seumuranku, juga tidak ada lagi kepala kambing di rumah. Nostalgia mengolah kepala hewan Qurban memang nostalgia yang susah untuk dilakukan lagi. Terakhir aku mengolah kepala Sapi sudah berpuluh tahun lalu dan waktu itu kucari tukang masak di satu daerah yang biasa mengolah kepala sapi di kota Aceh, hasilnya luar biasa memang.

Di kampung Cungkuk ini, aku belum yakin ada orang yang bisa mengolah kepala sapi seperti lezatnya olahan ahli masak di Aceh. Kalau kepala kambing, saudaraku ada yang ahli dan berjualan di Sate pak Amat ALTAR (alun-alun utara), jadi bisa diandalkan, tapi untuk non kambing aku belum merasakan olahannya. Mungkin akan selezat kepala Kambing, tapi aku masih belum yakin.

Di keluargaku sendiri tidak akan banyak yang tertarik untuk menyantap kuliner modelku, jadi lebih baik kuliupakan saja acara mengolah kepala sapi tahun ini. Zaman now, jama milenial, adalah jaman kuliner luar negeri menjadi tamu di dalam negeri dan beberapa tempat lebih banyak penganutnya dibanding selera nusantara. Daging “Kobe” atau “wagyu” lebih menarik dibanding sate klathak atau tongseng TENGKLENG GAJAH JOGJA.

Aku harus mengalah untuk selera kuliner anak-anak, aku harus menikmati apa yang diinginkan anak-anak, meskipun kadang harus ikhlas menerima menu yang beraneka ragam di atas meja. Selera sang ibu negara biasanya sangat berbeda dengan selera anak-anak, itu harus kumaklumi dan harus kunikmati. Sama-sama daging, ibu negara lebih memilih sop buntut ala selera nusantara dan akupun menikmati selera jepang dengan daging wagyu yang mahalnya minta ampun. Bagaimanapun ibu negara adalah istri tercinta yang susah dicari duanya, beruntunglah aku mempunyai istri yang setia sehidup semati,

Teman dan sahabat paling setia

Teman dan sahabat paling setia

“Sekali-kali kita boleh makan wagyu atau Kobe, tapi jangan keseringan, pasti tidak akan terbeli kalau terus-terusan. Minimal, kita pernah mencobanya dan merasakana betapa bedanya wagyu/kobe dengan daging dari negara lain”

Di hari Raya Idul Adha 2018 ini, saatnya kita menikmati selera nusanyara dan menikmati kehangatan keluarga dalam suasana yang agamis dan penuh kangen, meskipun hanya sebentar. Esok hari harus berangkat ke kota lain untuk melanjutkjan LDR 🙂 Masih segar dalam ingatanku, ketika aku berqurban bersama Sultan Jogja. Itu salah satu pengalaman idul qurban yang amat sangat berkesan, sangat kurasakan betapa Jogja itu ngangeni.

Semoga aku dapat menikmati inhdahnya LDR seperti aku menikmati indahnya Tangan di atas. Aamiin YRA.

Kobe Jogja

Kobe Jogja

2 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.