Runner dan Goweser kota

Tentang beda bersepeda atau jalan kaki, pernah kutulis beberapa waktu lalu pada acara “coaching clinic” di komunitas sepeda Waskita Karya. Kali ini aku ingin mulai menjalankan bersepeda serta jalan kaki secara bersamaan. Sudah tidak ada lagi pertanyaan bersepeda atau jalan kaki, karena semua sudah mulai kulakukan pada beberapa hari ini. Awalnya aku sebenarnya hanya punya target untuk berjalan kaki seribu langkah setiap hari, ternyata pada saat ada kegiatan Rabu rutin dan Jumat berkah, kegiatan jalan kaki jadi terbengkalai dan melorot jauh dari seribu langkah.

Tanpa bersepeda, aku dengan sangat mudah dapat mencapai seribu langkah per hari, sehingga dengan entengnya aku mematok target tersebut dengan tegas. Teman-temanku juga sudah terbiasa dengan target seribu langkah setiap hari, jadi tidak ada yang mepersoalkannya.

Ketika akhirnya aku tetap bersepeda dan dapat tetap mencapai seribu langkah tiap hari, akupun jadi termotivasi untuk membagikan semangatku berjalan dan bersepeda. Bagi temanku yang sudah maniak “olga lari”, targetku ini terlihat hanya “ecek-ecek”, bukan suatu hal yang serius tetapi ternyata ada juga temanku yang menganggap targetku adalah suatu target yang tidak main-main.

Aku saat itu hanya berseloroh saja, mengatakan bahwa targetku ini adalah target “duathlon” karena aku beluim ketemu ajang “Triathlon” yang cocok 🙂 Tentu saja pernyataan ini banyak ghuyonnya dibanding seriusnya. Meskipun aku memakai jam yang ada aplikasi untuk mencatat olah raga “Triathlon”, tapi aku bahkan cara memakainya tidak paham, aku hanya paham kalau ada tiga olah raga yang harus kujalani dalam satu rangkaian olah raga, mulai berjalan (lari), bersepeda dan berenang.

Gowes Mampir Makassar

Pagi ini aku tetap bersepeda dengan rute klasik, Cawang Bunderan HI pp, gowes santai dengan sepeda lipat menempuh jarak sekitar 20 km dan waktu sekitar 1 jam, tentu kecepatan juga sangat moderat, tetap dapat tersenyum menikmati Jakarta yang mulai ramai. Ada anekdot yang mengatakan, kalau Jakarta sedang tidak macet malah berbahaya, karena semua pemakai jalan ngebut dengan kecepatan tidak terkira. Bahkan aku pernah menemui tabrakan dalam kemacetan, korbannya sampai meninggal saking kerasnya benturan yang terjadi.

Betapa kecangnya para pengguna jalan raya dalam memacu kendaraannya. Seperti juga saat kita masih suka bersepeda dengan memakai Road Bike (RB), rasanya posisi tubuh dan jenis sepeda membuat kita jadi ingin mengayuh sepeda dengan kecepatan di atas rata-rata. Berbeda ketika naik sepeda lipat, yang kita pikirkan adalah kuliner terdekat yang bisa segera kita pakai untuk melepas lapar.

Brow WSKT dan 031

Dengan sepeda lipat, kita juga merasa lebih segar menikmati suasana jalan, berhenti sebentar di pinggir jalan dan bercanda ria sebelum bersepeda lagi. Semuanya terasa ringan dan santai. Demikian juga saat kita berjalan kaki, untuk selingan olga bersepeda, sekeliling kita rasanya begitu dekat dan begitu bersahabat. Tidak ada raungan motor atau pergerakan kendaraan yang membahayakan di sekitar ajang kita berolah raga jalan kaki. Tentu saja, akan berbeda kalau ajang jalan kaki kita sama dengan ajang bersepeda, fokus harus kita tingatkan.

Jalan kaki itu olah raga bagus murah dan sehat, tapi jangan lupa tetap memakai perlengkapan yang aman dan meski mahal tapi sebenarnya akan murah kalau dihitung lebih teliti. Pakailah sepatu yang memadai dan (baju) kaos yang “dry fit” serta yang sangat perlu adalah persediaan air yang cukup. Dehidrasi dalam olah raga jangan sampai terjadi atau olah raga malah jadi bencana bagi kita.

Bersepeda atau Jalan Kaki ?
Jawabannya sangat mudah, merempun bisa kita jawab !

Hormat graaaak