Monitor heart rate

Simanjuntak Walk berdua

Banyak kejadian teman meninggal dalam berolah raga sepedaan beberapa bulan ini, maka ketika ada teman goweser yang masuk rumah sakit kemudian ketemu dokter, topik pembicaraan adalah sekitar monitor heart rate. Kebetulan dokternya juga tidak pelit ilmu, sehingga temanku yang goweser bisa terpuaskan dan membagikannya kepadaku. Sambil jalan pagi, kita bercengkerama tentang apa yang sudah dibahasnya dengan pak dokter.

Aslinya temanku ini masuk rumah sakit hanya karena dari hidungnya mengalir darah segar yang cukup banyak dan tidak juga mau berhenti. Klinik perusahaan sebenarnya masih mencoba memberi pertolongan ketika tekanan darahnya masih pada kisaran 150, tapi ketika menginjak ke tekanan darah 180, maka langsung kawanku dirujuk ke rumah sakit terdekat yang langsung membawa temanku ke IGD.

Golden time, memang alasan yang dipakai oleh klinik untuk membawa temanku ke RS dan hasilnya seperti aku dulu ketika terserang stroke, semua ditangani oleh ahlinya dan dengan peralatan yang memadai. Kuncinya adalah, mempercayai bahwa kita berada di tangan ahlinya dan percaya dengan sepenuh hati, tanpa rasa was-was. Malamnya aku menengok kondisi kawanku dan kulihat darah sudah berhenti keluar dari hidungnya, meski aku melihat banyak (sekali) kapas yang dipakai sebagai penyeka darahnya.

Yang jelas wajah temanku tampak tenang dan bersinar, sehingga semua yang melihat dapat menikmati lagu senyum kawanku. Poto kawanku langsuhg menghiasi WA grup komunitasku. Semua kaget dan bersyukur atas hasil laporanku, yang tahu menjadi plong karena sudah mendapat bukti kondisi temanku dan yang belum tahu jadi tahu dengan tidak panik, karena semua sudah tertangani dengan baik.

Simanjuntak ride

Simanjuntak ride

Saat sebelum hasil diagnosa dari dokter keluar, dokter yang memeriksa temanku hanya bilang bahasa standar/klise,”bapak tidak usah begadang lagi, jangan merokok, kurangi makan asin dan tetap olah raga!”. Begitu saja yang diucapkan, maka ketika bertemu dengan kawanku di acara subuh berjamaah, pertanyaan pertamaku padanya adalah mengenai nasehat dokter tentang sakit yang dialaminya.

“Hampir sama dengan perkataan dokter waktu kita ketemu di RS. Jangan merokok, kurangi makanan asin (garam), tetap olah raga seperti biasa, jalan atau gowes seperti biasa, karena olah raga tidak ada hubungannya dengan sakit bapak!”

“Kalau begitu pagi ini kita langsung saja olah raga jalan kaki, kecuali kepingin naik sepeda. Bahgaimana pak Heri ?”, sahutku otomatis.

“Jalan kaki saja ke taman Simanjuntak pak Eko, biar tidak ketabrak angkot. Saya ganti pakaian dulu dan kita ketemuan di taman Hijau Daun, pak Eko nunggu saja di tempat biasa”.

Hijau Daun Walk

Hijau Daun Walk

Hari selanjutnya, pak Heri mengajak bersepeda sehabis subuh, begitu ketemu aku langsung berbicara masalah monitor heart rate untuk olah raga apa saja, tidak melulu untuk olah raga bersepeda.

“Menurut dokter yang kemarin sore saya temui lagi, untuk masalah monitor heart rate, begini pak Eko,,,,,”, sambil berbicara pak Heri menunjukkan jam Garmin FeniX 5 di tangannya.

“Saat kita mulai berolah raga, lihat posisi heart rate kita, kemudian kita mulai berolah raga secara pelan-pelan sampai nilai heart rate naik sekitar 10 bpm (beat per minutes), jadi kalau tadinya 70 bpm, tunggu dulu sampai ke angka 80 bpm baru mulai olah raga yang sesungguhnya. Masa menunggu naik 10 bpm adalah masa pemansaan”.

“Setelah kita berolah raga, maksimal 200% dari nilai heart rate sebelum berolah raga adalah merupakan batas atas kita  boleh berolah raga. Untuk amannya, kita disarankan tidak 200% nilai awal, tapi cukup 150% dari nilai awal”.

heart rate menyentuh 160 bpm

heart rate menyentuh 160 bpm

Sedikit berbeda dengan rumus yang kuyakini sampai saat ini tentang cara menghitung nilai maksimal heart rate ketika berolah raga. Aku masih memakai rumus umum untuk mengetahui nilai maksimal untuk monitor heart rate, yaitu nilai (220 dikurangi umur) atau untuk aku yang berumur 59 tahun menjadi angka 161 bpm maksimal yang boleh kucapai.

Aku masih mengkalikan lagi angka itu dengan angka aman, jadi aku selau berusaha berada pada posisi heart rate dibawah 140 bpm, sehingga kalau nilai maksimal itu sedikit terlewati toh tetap masih di bawah 161 bpm. Memang dalam kenyataannya, aku masih sering melewati angka 140 bpm yang kupatok, begitu melihat tanjakan yang menantang pasti adrenalin langsung terbangkit dan monitor heart rate langsung menjerit karena angka langsung melonjak di atas 140 bpm.

Saranku buat teman-teman yang suka olah raga, untuk membuat olah raga penuh dengan kesenangan dan syukur kebahagiaan dunia dan akhirat, selalulah monitor heart rate, baik memakai alat ukur khusus (Garmin misalnya) maupun memakai alat yang sudah ada (di tubuh kita) hasil ciptanNYA. Khusus olah raga bersepeda, jangan lupa tips memakai celana sepeda.

Salam olah raga !!!

Simanjuntak Walk berdua

Simanjuntak Walk berdua

4 komentar

  • Salam kenal pak Eko,
    Saya Nova dari WBP. Sehat selalu buat pak Eko, keluarga, dan juga teman2nya.
    Saya masih pemula pak, habis beli RB gara2 trrpancing karena beberapa kali bersepeda dengan rekan2 dari becakayu (lupa seksi berapa, yang pasti kantornya di bawah wiyoto wiyono).

    Kalau mau gabung gowes nya WSKT pusat apakah bisa pak? Kira2 gowes rutinya hari apa dan pukul berapa?

    Saya agak minder kalo mau gowes sama WSKT pusat, ga ada temenya, ga banyak kenalan di WSKT pusat, setau saya dari WBP jarang ada yang ikut gowes club nya WSKT. Hehe

    Terima kasih pak.

    Suka

    • Salam kenal Mas Nova

      Dari WBP memang jarang yang gabung, tapi sebenarnya ada dedengkotnya tuh, pak Awan (Agus Wantoro). Beliau meski direktur tapi sangat “humble” kalau urusan sepeda 🙂
      Di Cawang, kita tiap Selasa/Rabu dan Jumat, sehabis Subuh langsung kumpul di Gereja Cawang. Rutenya looping Monas saja (biasanya). Yang kuat bisa sampai 3x looping dan yang tidak kuat cukup sekali saja dan langsung balik Cawang.
      Monggo kalau mau gabung ! 🙂

      Salam sehat.

      Suka

      • Wah terima kasih sekali infonya pak Eko. Maaf baru reply kembali.

        Nggih pak, setau saya memang beliau (Pak Agus Wantoro) humble, kebetulan pernah sekali dua kali bertemu. Tapi saya baru tahu kalau beliau hobi bersepeda hehe. Semoga sehat selalu dan dikaruniai rezeki berlimpah bagi beliau dan keluarganya.

        Kapan2 coba gabung pak Insya Allah. Kadang2 kalau weekdays (pas alhamdulillah bisa bangun subuh sebelum adzan) memang saya bersepeda sendiri, cari keringat, dengan aturan main minimum jarak mendekati 20 km, dengan durasi < 1 jam. Tapi kalau ada temenya sepertinya lebih menyenangkan 🙂

        Disukai oleh 1 orang

        • selain Rabu (rutin) dan Jumat (berkah), kadang ada juga selingan jalan pagi 🙂
          muter sampai taman simanjuntak atau seputaran Hijau Daun saja, tergantung sikon 🙂

          salam sehat 🙂

          Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.