KM Nol Sentul

Menjelang finish KM Nol Sentul

Goweser (seputaran) Jakarta Bekasi berbeda dengan goweser Jogja yang kalau ingin mencari rute tanjakan tingal mengarahkan sepeda ke utara dan menuju Kaliurang yang selalu ramai dengan komunitas goweser dari berbagai daerah, biasanya goweser seputaran Jakarta Bekasi terpaksa membawa sepedanya dulu ke Sentul City dan baru kemudian mengarahkan sepedanya ke KM Nol Sentul. Mereka berkumpul di seputaran resto di Sentul City kemudian bersama-sama menempuh rute gowes menanjak. Tujuannya cuma satu, berfoto-ria di KM Nol Sentul.

Sudah beberapa kali ikut acara ini dengan berbagai jenis sepeda dan berbagai macam rutenya, akhirnya aku punya beberapa pengalaman menarik, antara lain sebagai berikut :

  1. Tetap berangkat dari Cawang Jakarta dan menempuh perjalanan sekitar 40 km sebelum sampai lokasi start, sehingga total perjalanan menempuh sekitar 50 km.
  2. Berangkat dari Sentul City dengan berbagai macam sepeda, mulai RB (road bike), hibryd, touring, seli bike friday (BF) dan terakhir memakai seli Brompton.
  3. Menempuh rute pendek dan curam maupun rute yang lebih jauh dan lebih landai.

Dari 3 (tiga) macam model tersebut, beberapa kali aku berhasil lolos (lulus) sampai puncak dan beberapa kali gagal sampai puncak, karena berbagai sebab. Dari pengalaman lolos sampai puncak KM Nol Sentul, terjadi karena  beberapa kondisi :

  1. Badan sedang fit.
  2. Sepeda digowes dari Cawang Jakarta dan berhenti di beberapa tempat (menjelang Sentul, memasuki Sentul, tanjakan Rainbow hill dan menjelang puncak KM Nol Sentul)
  3. Dikawani istri 🙂 (sebenarnya #dikawal)
  4. Mengambil rute panjang (landai)

Sedang kejadian aku gagal sampai finish antara lain dengan kondisi sebagai berikut :

  1. Badan tidak fit (kurang tidur)
  2. Lokasi start dari Sentul City dan kurang pemanasan.
  3. Niatnya memang hanya foto-fotoan di lokasi finish.
  4. Mengambil rute pendek (curam)

Pertama kali naik ke KM Nol Sentul memang dalam rangka memperingati ulang tahun salah satu anggota komunitas, jadi meskipun badan sedang tidak fit tetap ikut rombongan dan hanya naik mobil sampai finish. Yang penting bisa ikut merayakan acara “tiup lilin” di lokasi finish.

Pertama kali aku lolos sampai puncak memang memakai sepeda touring Heist 5 2013 bersama pemnbalap dari “Tour de France” Maarten Nijland dan berbagai komunitas gowes di Jakarta. Kita berangkat dari Cawang dan sebagian langsung ke lokasi start di Sentul City.

Sebagian panitia Gowes KM Nol sentul

Sebagian panitia Gowes KM Nol sentul

Terakhir naik ke KM Nol Sentul, sebenarnya kita rencanakan sudah lama tapi baru terjadi minggu lalu. Pengalaman beberapa kejadian teman goweser meninggal ketika sedang enak-enaknya gowes  membuat persiapanku lebih rinci, lebih memperhatikan tips pola hidup sehat. Aku mematok Heart Rate monitor di angka 150 bpm sebagai warning untuk berhenti sejenak dan bisa lanjut melihat kondisi tubuh dan sikon waktu itu.

Aku pernah terkapar di Rainbow hill pada beberapa tahun lalu ketika aku tetap memaksa gowes di atas 150 bpm, waktu itu aku memang merasa fit hanya kurang pemanasan saja, sehingga ketika aku terus melibas semua tanjakan dengan full speed, sampai di Rainbow hilll nafasku sudah memburu tidak karu-karuan dan aku terpaksa mengeletak di pinggir jalan.

KM Nol sentul yang panas puol :-)

KM Nol sentul yang panas puol 🙂

Pengalaman itu kupakai untuk berlatih sabar dan “ngicik”, sehingga bisa lolos dari Rainbow hill dengan nyaman. Itu juga kupakai ketika aku mencoba lagi menuju KM Nol Sentul dengan sepeda Brompton. Sayang sepeda jenis ini tidak cocok untuk yang kurang latihan dan kurang pemanasan, sehingga begitu sampai tanjakan panjang dan curam, aku langsung KO. Kuperhatikan HRM sudah di atas 150 bpm, alarm berhentiku sudah menyala dan akupun harus patuh pada “disiplinku”.

Masih ada hari lain untk bisa nanjak dengan persiapan yang lebih matang. Yang penting aku sudah bisa melihat dengan mata kepala sendiri, beberapa temanku bisa tembus hanya dengan sepeda brompton, meskipun aku tahu diantara mereka memakai sepeda seri jauh di atasku dan memasang perlengkapan untuk bisa “ngicik”.

Menjelang finish KM Nol Sentul

Menjelang finish KM Nol Sentul

Yang penting hari itu, setelah nafas bisa teratur kembali, aku tetap dapat nanjak sampai finish, meski sempat menyaksikan temanku hampir saja dihantam mobil ketika sampai lokasi finish KM Nol Sentul. Dua orang penjaga lalin sudah memberi tanda berhenti pada mobil yang sudah menurunkan lajunya, tapi tetap masih melaju ketika temanku lewat di depannya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.