Belajar lari

Sejak ikut KLUB (Kagama Lari Untuk Berbagi) tahun 2018, aku keterusan dengan olah raga lari, mulanya hanya berjalan saja (just walk/mlaku), karena untuk berlari ternyata aku belum sanggup sanggup. Belum sampai satu KM, aku sudah harus kembali dalam mode berjalan dan ternyata jarak jalan yang kutempuh tetap dapat sejajar dengan kawanku yang rata-rata pelari (amatir), hanya beberapa yang pelari profesional. Akupun makin larut dalam olah raga “jalan kaki” (mlaku), karena toh sama saja hasilnya dengan pelari betulan, sampai akhirnya aku mencoba untuk belajar lari dan ternyata tiba-tiba sanggup berlari 5K tanpa campur jalan, alias non stop lari terus.
Aku hanya mengikuti program dari arahan COACH Garmin,”jalan 5 menit dan lari 1 menit, relaksasi 5 menit dan rangkaian lari jalan itu diiulang 3 atau 4 kali.” Tanpa terasa aku sudah jadi pelari (?), meskipun masih tingkat sangat amatir dan belum pernah mencoba lari lebih dari 5K. Target tahun 2019 segera kurevisi, yang tadinya tahun ini aku punya target “lari 5K, sekarang kurevisi menjadi 10K atau syukur malah dapat HM (Half Marathon) 21K.”
Saat membca pengalaman temanku lari dari pantai ke pantai, 50 K, aku baru tersadar betapa beratnya lari itu. Apabila lari 5K hanya beberapa menit selesai, tapi untuk lari dengan medan (naik turun, tanah berpasir) yang berbeda dan jarak yang lebih jauh, maka olah raga lari jadi tidak sederhana lagi. Padahal awalnya aku tertarik olah raga lari adalah dari sisi praktisnya, bangun tidur langsung keluar rumah, jalan kaki (santai) barang satu kilometer, langsung lanjut olah raga lari, terasa praktis dan nyaman dilakukan. Ternyata tidak semudah itu kenyataannya π
Berbeda dengan saat akan olah raga bersepeda, aku sering sudah mempersiapkan dengan baik, tetap saja ada yang ketinggalan, entah itu alat untuk monitor heart rate, celana (khusus) sepeda dan sebagainya, ada saja yang terlewat. Lampu sepeda juga sering terlupa, belum kadang ban sepeda masih perlu dipompa atau tiba-tiba ngadat dan gembos π
Akupun mulai belajar lari untuk mengisi selingan olah raga sepeda, jadi bisa bergantian memakai otot untuk jalan kaki dan bersepea, aku juga kadang masih sempat berenang sebagai selingan penggunaan otot yang lain selain otot untuk bersepeda dan lari. Saat ini dengan makin seringnya aku berlari, makan banyak juga yang terasa tidak atau belum kuketahui soal olah raga lari., Yang jelas pengertianku tentang olah raga lari, makin terbuka dan makin terasa bahwa masih sangat banyak ilmu lari yang perlu kupelajari soal lari. 25 aturan emas berlari ketika kubaca, juga makin membelalakan matalu. Ternyata begitu detil dan begitu sederhana dan semuanya belum banyak kulakukan.
Para pelari UGM (Universityas Gadjah Mada) akan mengadakan trail RUN di seputaran Wanagama Gunung Kidul, sebuah ajang lari yang akan dikerjakan bersama para aktifis Trail Run Yogyakarta (TRY), aku tentu saja langsung mencari info seputar trail RUN, dan ternyata jauh dari perkiraanku kompleksitasnya.
Medan yang sangat berbeda dengan ROAD RUN tentu akan membuat sepatu yang kupakai harus diganti, demikian juga latihan untuk acara lari itu harus mulai kulatih sejak saat ini. Meskipun waktu pelaksanaannya masih jauh, tapi pengalamanku yang masih “nol puthul” tentu akan menjadi kendala, kalau aku tidak berlatih sejak saat ini.
Saat ini aku percayakan saja model pelatihanku pada jam Garmin yang selalu kupakai setiap hari. Tinggal mengikuti petunjuk yang diberikan via tampilan jam, aku hanya menjalankannya saja. Kadang memang tidak sesuai sikon yang ada dan perintah yang keluar, tapi setidaknya aku sudah mengikuti arahan dengan sebisa mungkin, konsekwensinya waktu latihan jadi molor dan bertambah banyak karena ada beberapa latihan yang tidak bisa diikuti, tapi kurasa cukup praktis dan sudah terbukti manjur.
Yang perlu kuperharikan hanya nasihat dari temanku yang atlit lari, dia fokus pada hal ini :
- Kenali tubuh sendiri
- Dengar apa suara tubuh kita
- Laksanakan olah raga sesuai suara tubuh kita.
Hanya kita yang tahu dengan pasti kondisi tubuh kita, jadi “dengarkanlah” dan jangan ikuti omongan orang lain yang tidak kenal dengan tubuh kita secara pasti, intinya aku (kita) menjaga agar jangan sampai di tubuh kita terjadi cedera, sebelum cedera datang akan banyak warning dan dengarkanlah warning itu. Dengan rumus ini acara belajar lari jadi bisa bermanfaat dan membuat hati bahagia, apalagi saat ini event lari bertebaran dimana-mana, tinggal pilih yang paling cocok dan mudah dilaksanakan.
Jangan lupa Bahagia ! π
Ping-balik: VOLCANO RUN 2020 | Runner dan Goweser Jogja
Ping-balik: Negative split | Runner dan Goweser Jogja
Ping-balik: 10 ribu langkah per hari | Runner dan Goweser Jogja
Ping-balik: International Trail RUN | Walker dan Goweser Jogja
Ping-balik: Kamis Optimis | Walker dan Goweser Jogja
Ping-balik: Perjalanan HM | Walker dan Goweser Jogja
Ping-balik: RamadhanRUN | Walker dan Goweser Jogja
Ping-balik: Lari 10K | Blogger Goweser Jogja
Ping-balik: Tips lari di jalan umum | Blogger Goweser Jogja