Lari 10K

Dalam berbagai event lari marathon, maka lari 10K termasuk salah satu favorit bagi teman-temanku yang masih kelas amatir, kalau kelas pro sudah mikir FM atau HM (full marathon/half marathon), bagi mereka kelas 5K/10K adalah kelas belajar lari. Tentu saja anggapan itu hanya semangatku tapi bukan sebagai targetku tahun ini, aku masih memakai target yang kucanangkan dalam Desember 2018, setelah lulus jalan/lari 262 K dalam sebulan, aku memasang target untuk lulus 1.000 km dalam setahun. Belakangan target ini kurevisi menjadi 1.500 K dalam setahun.
Sebuah target yang tidak muluk-muluk bagiku, akan tapi ajakan seorang teman untuk lari 10K makin mengusikku untuk merevisi target lariku, dari 5K menjadi 10K. Akhirnya target kurevisi dan menjadi impian muluk bagi aku. Berjalan/lari 1.500 K /tahun sebagai target pertama dan target lari 10K di tahun 2019 sebaghai tantanganku kali ini. Awal bulan April ada event Kartini RUN 10K, akan kupakai sebagai pemanasan targetku, aku cukup daftar dan ikut lari 10K, pada prakteknya nanti akan banyak berjalan daripada berlarinya. Yang penting daftar dulu,. soal pelaksanaan larinya bisa kena hukuman atau lolos, itu soal lain.
Pagi ini aku mencoba lari dan seperti biasanya aku hanya bertahan untuk lari 5K plus beberapa kali harus jalan kaki, baik di awal maupun di akhir, artinya tidak murni 5K semua dilakukan dengan lari, sebagian besar dilakukan dengan jalan kaki. Aku menyebutnya JJS (Jalan Jalan Subuh), karena memang kulakukan menjelang/seputaran waktu subuh. Kupilih waktu subuh ini dengan berbagai pertimbangan, antara lain suasana subuh yang selalu tenang dan damai, sehingga aku bisa berlari tanpa banyak bertemu dengan pengguna jalan yang lain.
Di luar waktu subuh, hampir susah mencari waktu luang untuk berolah raga, disamping banyak kegiatan, juga suasana jalan untuk ajang berlari/berjalan hampir tidak mendukung. Akhirnya mulai beberapa bulan ini, aku mulai belajar lari dengan aturan tagar #lawanArah dan kulakukan di seputaran waktu subuh. Saat bulan puasa nanti kegiatan ini bisa kumodifikasi dengan lebih gampang dibanding kegiatan di tahun-tahun lampau, Cara berlariku mulai memakai aturan yang banyak kubaca di komunitas olah ragaku maupun di internet 🙂 Banyaknya event lari yang bertebaran di internet tentu membuat kita makin mudah menemukan acara lari dan berdiskusi tentang acara itu di komunitas lari kita.
Tahun 2019 ini yang menjadi target komunitasku adalah Jogja Marathon dan Jakarta Marathon, antara lain ada kelas 5K/10K, tentu akan asyik mengikuti Jakarta/Jogja Marathon, akan lebih asyik lagi kalau bisa ikut Bali Marathon, tetapi kendala lokasi masih belum bisa kuatasi, sehingga untuk tahun ini akau lebih cenderung mengikuti “event-event” yang berdekatan saja, event di pukau Jawa dan sekitar Jogja/Jakarta.
Disamping olah raga lari, aku juga tetap aktif olah raga bersepeda, antara lain ikut Bromptoners Anti Hoax, bergabung dengan acara di majalah Tempo. Kalau beberapa bulan klalu ada acara VOLCANO RUN yang melibatkan Tempo, maka untuk kali ini aku ikut Bromtoner AntiHoax “Share the road not HOAX”.
Disamping untuk menjaga stabilnya olah ragaku, aku juga menjaga keseimbangan olah raga lari dan bersepeda untuk mengikuti acara POWERMAN beberapa buan lagi. Itulah ajang duathlon, Run Bike Run, menggabungkan olah raga bersepeda dan berlari dengan satu event, Run Bike Run. lari bersepeda dan lari.
Untuk urusan bersepeda tentu aku sudah tidak perlu khawatir dengan medan yang ada, pengalaman bertahun-tahun bersepeda tentu membuatku lebih tenang menghadapi event bersepeda, tetapi pengalamanku untuk berlari dengan aman dan safe masih di tahap awal, sehingga aku lebih fokus untuk terus memperdalam olah raga lari.
Bila acara duathlon ini bisa kulalui dengan baik, akupun akan harus mulai belajar mengikuti triathlon, IRONMAN, sudah sering kulihat film IRON MAN, tapi belum pernah kuiikuti caranya. Pasti event yang akan sangar menantang !