Runner dan Goweser kota

Beberapa hari ini mulai mencoba sepeda Hybrid HIMO C20, produk anak perusahaan XiaoMi, beberapa pengalaman menarik akan kutuangkan disini. Mulai dari hari pertama sampai hari ini, inilah hasil dari Test drive HIMO C20 selama beberapa hari menempuh rute perkotaan, Jakarta Timur sampai Jakarta yang lain. Paling enak memang ketika mencoba beberapa kali mengitari lapangan Tugu Monas yang bisa mempergunakan kecepatan “standard” dan baru “ngeh” ketika beberapa kali disalip dengan sepeda biasa.

Rupanya itu memang salah satu ciri dari sepeda HIMO C20, siap-siap disalip di jalan datar atau menurun dan (mungkin) siap-siap nyalip di jalan tanjakan, sehingga di hari lain aku mencoba mengalihkan rute pada flyover yang ada tanjakannya, hasilnya rupanya sesuai perkiraanku, saat menanjak maupun menurun.

Hari pertama test drive adalah “bongkar semuanya dan pasang semuanya”, lanjutkan dengan charge battery selama 5 jam (?), ternyata hanya beberapa jam dan indikator lampu merah sudah berubah menjadi hijau, dalam pengertianku berarti proses charging sudah selesai dan sepeda kubawa pulang ke rumah.

Hari kedua test, ternyata listrik di battery kembali menjadi kosong, artinya acara hari ke dua menghulang acara hari pertama, aku sambungkan battery yang sangat berat dengan aliran listrik di rumah dan kutinggal bekerja seperti biasanya. Pulang kerja, sepeda sudah (benar-benar) full charge dan siap untuk digenjot besoknya.

Hari ketiga test drive Himo C20 berjalan dengan normal, ditemani seorang kawan yang naik RB (Road Bike) aku mencoba menuju rute Lapangan Taman Monas, sayangnya di tengah jalan, ban RB temanku bermasalah dan aku sendirian meluncur ke Monas. Melewati sisi barat Monas, yang biasanya kugenjot dengan sepenuh tenaga, kali ini aku tinggal tekan gas sampai pol dan aku bisa menyelesaikan putaran Monas dengan kecepatan tetap, akupun jadi kepikiran membawa sepeda ini untuk test drive di Hutan Wanagama 🙂 

Taman Suryo

Ada sepeda lipat Brompton yang menemani selama looping Monas dan nampaknya dia tidak kesusahan mengikuti kecepatan Himo C20, bahkan ketika HIMO C20 sudah berhenti (selfie), sang Bromton masih asyik berkeliling Monas, akupun membuka WA (whatsapp) dan baru aku tahu bahwa teman RB-ku bermasalah dan langsung menuju lokasi finish. Aku melanjutkan balik ke awal (start/finish) dan melewati beberapa flyover, tanpa berpikir lagi karena pingin segera finish dan “carbo loading”.

Mampir Waskita Rajawali Tower

Aku mencoba merasakan bedanya melewati fly over dan di jalan datar, sehingga aku punya gambaran bahwa hari ke empat harus kuisi dengan salah satu jalur melewati fly over. Saatnya mengajak banyak teman dari berbagai jenis sepeda untuk ikut test drive Himo C20, nanti kalau sudah di Jogja perlu juga gowes blusukan ke berbagai rute.

Hari ke empat setelah melewati flyover, aku baru sadar kalau sepeda Hybrid ini juga mempunyai karakteristik seperti sepeda motor “bebek”, ketika melalui jalan turun otomatis kecepatan akan diatur oleh sepeda motor dan pada salah satu posisi, kecepatan maksimal akan mencapai 28 KMJ, sehingga ketika biasanya aku bisa mencapai kecepatan 40 kmj saat melahap jalan menurun, maka kali ini, mau tidak mau, harus ikut kecepatan Himo C20.

Garmin EDGE 1030 HIMO C20

Namun ketika, secara reflek, aku melapas gas Himo, ternyata kecepatan Himo langsung naik sampai 40 KMJ, artinya lebih baik saat menurun harus hati-hati, tetap fokus pada rem dan lalu lintas yang ada, karena sepeda jadi melesat kencang :-). Pada fly over selanjutnyha sudah tidak ada lagi masalah.

foldable design

Akhirnya dari hasil test drive HIMO C20, aku putuskan untuk tiap hari B2W (bike to work), sama seperti kawanku yang sudah lebih dahulu mulai menggiatkan kegiatan bike to wrok (B2W). Di dalam jiwa yang sehat, akan muncul banyak manfaat bagi kehidupan dunia yang semakin tua ini. Mari kita ramah pada lingkungan dengan cara kita masing-masing.

HIMO C20 masuk lift