100 Washtafel

Munculnya Corona disambut berbagai macam suasana, mulai yang panik sampai yang guyonan, tapi pada dasarnya adalah adalah munculnya suasana yang baru, dengan berbagai macam masalah yang unik dan spesifik. Aku tergerak ikut salah satu acara yang menurutku akan berimbas pada kegiatan dalam jangka panjang yang bagus buat kita dan lingkungannya, itulah kegiatan 100 Wastafel untuk pasar tradisional di Jogjakarta. Selain Jogja adalah tempat lahirku, juga sasaran kegiatan pada masyarakat ramai, alias pasar tradisiojal, sangat mengena di kebiasaanku sering dolan ke pasar tradisional dan jajan di sana.
Kegiatan 100 Washtafel ini disamping untuk melatih kita untuk belajar pola hidup yang bersih, juga untuk menghindari pola hidup instan karena lebih nyaman menggunakan hand sanitizer (HS). Seperti kita tahu, ada dampak penggunaan HS yang berlebihan yang akan menyebabkan kulit kita rusak dan membuat kita malas untuk membersihkan tangan di tempat cuci tangan menggunakan sabun, padahal cuci tangan memekai sabuh pada air yang mengalir adalah metode paling bagus untuk menghindari virus Corona yang ganasnya luar biasa, bukan pada akibatnya tetapi lebih pada tingkat penyebarannya yang cepat dan kian tidak terkontrol lagi.
Diperlukan kerja sama di seluruh dunia untuk melawan Cotona dan itu bisa dimulai dari hal yang kecil plus di lingjkungan terkecil kita. Jangan lupa juga, kegiatan ini harus dimulai dari SEKARANG ! Jepang bisa jadi salah satu contoh “bersama-sama melawan Corona”, seperti semangat TDA di Perumnas Sleman jaman dulu.
Yang kulihat masyarakat perumnas Condong Catur Depok Sleman Jogjakarta, begitu sigap menangggapi hal ini, mereka bekerja tak kenal upah (tak berbayar) dan tak kenal waktu, yang diarah oleh mereka adalah tujuan untuk menciptakan budaya kebersihan di lingkungan mereka. Sedikit tertawa juga dengan cara mereka menata kegiatan ini, maklum mereka sebagian besar adalah ibu-ibu yang biasanya sibuk dengan anak mereka yang harus belajar di rumah, sekarang mereka menambah kegiatan rutin itu dengan kegiatan yang menghabiskan banyak energi demi tercapainya tujuan. Kalau dalam kegiatan itu banyak yang bicaranya ngalor ngidul, tentu harus dimaklumi dan dipahami, itu memang dunia emak-emak kita. Dunia pasar kangen jaman jadul dulu kembali terulkang 🙂
Awalnya memang karena mereka melihat seringnya aku cuci tangan di jalan biru laut Cawang dan melihat fungsi wastafel yang lebih hemat dan lebih membangun semangat pola hidup bersih dari pada memakai HS, maka munculah kegiatan ini. Mereka yang tadinya sudah sukses membagikan banyak botol HS ke seluruh tempat ibadah di kampungnya dan di RS yang terdekat, kini mengalihkan kegiatannya ke program 100 washtafel untuk pasar tradisional. Luar biasa dan harus didukung.
Aku cuma usul pada mereka, tolong no rekening kegiatan an Novi di BANK BSM No (0451)711913 1833 dibuat bold dan lebih besar, karena menurutku no rekening itu yang paling perlu agar kegiatan 100 washtafel untuk pasar tradisionil tercapai jumlah dananya, juga kusampaikan pada mereka untuk pasang logo bila diperlukan untuk membuat yang menyumbang selalu ingat pernah punya kenangan manis dengan Corona. Semua hal tentang Corona memang harus kita sikapi dengan kaca mata positif, selalu bersyukur pada Tuhan atas apa saja yang kita terima, Tuhan pasti tahu apa yang terbaik buat kita.
Mulai kemarin akhirnya resmilah kegiatan 100 washtafel untuk pasar tradisional dimulai dan pada hari ini Senin, 6 April 2020, mereka mulai bergerak untuk paling tidak memasang 10 titik washtafel dulu. Dana sisa hasil donasi pembuatan HS mereka manfaatkan untuk modal dasar mencari bahan, menghubungi tukang dan segala usursan dengan pihak pengelola pasar tradisional agar minggu ini mereka punya sesuatu yang bisa dibanggakan bagi anak cucu mereka (nanti).
Selamat berjuang kawan-kawan Remais Perumnas Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta, anda semua layak dapat bintang !