Misteri kematian

Kita semua tahu bahwa ada tiga misteri dalam hal kematian (kapan-dimana-dengan cara apa), teman gowesku juga meninggal dalam balutan misteri, yang sebenarnya sudah sangat kita pahami bersama, hanya saat kematian datang kadang kita baru menyadarinya. Sama dengan meninggalnya Maestro Didi Kempot hari ini, masih kuingat juga peristiwa meninggalnya mas Chrisye beberapa tahun lalu, pas ingin kutonton pertunjukannya tiba-tiba yang muncul adalah berita meninggalnya sang maestro lagu cintaku.
Mas Didi Kempot pernah tampil di acara puncak Gowes yang kuikuti di Solo beberapa tahun lalu, tapi tidak jadi kutonton karena hujan sangat deras waktu itu dan begitu masuk finish, aku langsung ganti baju dan piulang ke rumah. Tahun ini ada juga acara Mas Didi Kempot manggung di bulan Nopember nanti dan aku sudah berniat untuk menontonnya, tetapi kembali berita tentang meninggalnya sang Godfather of Broken Heart yang kudengar.
Semua kematian memang menjadi rahasia Allah, tiga hal yang selalu kuingat tentang misteri kematian adalah tentang dimana, mengapa dan kapan waktunya. Bahwa semua insan pasti meninggal, sangat kita yakini kebenarannya, tapi saat kematian datang ada satu pernyataan yang kita kadang lupa menjawabnya,”sudah cukupkah bekal kita menghadapinya?”
Meninggal di bulan puasa itu suatu hal yang banyak diinginkan insan dunia, tapi tidak ada yang bisa menyengaja untuk meninggal di bulan puasa, karena semua keinginan meninggal dalam waktu tertentu pasti tidak bisa dilaksanakan. Yang perlu dilakukan adalah memperbanyak amal untuk bisa meninggal dengan tenang dan dikawani “sang amal” sampai saat itu tiba.
Yang lebih muda dari kita sudah banyak yang meninggal, menunjukkan bahwa umur hanya angka bukan urutan meninggal, begitu juga teman yang sakit bertahun-tashun ada juga yang tidak juga meninggal, justru yang merawatnya yang lebh dulu meninggal. Kita hanya disarankan untuk berolah raga yang baik, pola hidup yang sehat, tapi itu bukan jaminan umur bisa panjang, kita berolah raga agar kita bisa menikmati hidup dengan lebih baik, bisa berbuat amal lebih mudah dari pada orang yag tidak sehat. Kita sehat itu bukan tujuan utama, tetapi sehat itu membuat tujuan utama kita beribadah padaNYA menjadi lebih mudah.
Cita-cita kita mungkin saat meninggal ada di rumah sendiri, ditungguin anak istri dan bisa mengucap kalimat Tuhan di ujung nafas kita, tapi semua itu hanya dalam cita-cita, realisasi cita-cita itu yang tidak bisa dipastikan. Sebaliknya meskipun kita bercita-cita meninggal dalam keadaan baik-baik, di tempat baik-baik, di waktu yang kita inginkan, tapi dalam keseharian kita tidak pernah berbuat baik-baik dan “demen” perbuatan yang dilarang agama, pasti akan sulit terkabul cita-cita itu.
Mumpung saat ini kita masih baik-baik, alangkah baiknya kita merencanakan yang baik-baik, minimal kita bisa mengingat kematian setiap saat, sehingga selalu dijauhkan dari segala perbuatan yang tidak baik dan didekatkan pada perbuatan yang baik-baik. Dalam bulan puasa ini, alangkah indahnya kita bisa bersedekah yang baik-baik, dengan cara yang baik-baik, sehingga meninggal dengan cara baik-baik dan dikumpulkan dengan orang yang baik-baik di surga Allah, yang pasti baik-baik.
Ingat tiga misteri kematian adalah :
- Kapan kita meninggal
- Dimana kita meninggal
- Dengan cara bagaimana kita meninggal
Mulailah kita berusaha agar kita meninggal di waktu-waktu yang tidak membuat orang lain kerepotan mengurusinya, di tempat yang baik-baik dan dengan cara meninggal yang baik-baik. Mari kita lebih rajin beribadah padaNYA, karena sebenarnya tugas kita di dunia ini memang hanya beribadah padaNYA. Semoga kita semua menjadi hambanya yang kelak meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Amiin.
Ping-balik: Sobat Ambyar | Runner dan Goweser Jogja