Jaga jarak aman

start-finish

Apapun olah raga kita, kapanpun dan dimanapun yang paling penting saat ini adalah selalu JAGA JARAK AMAN dalam berolah raga, jangan takut dengan covid19 tapi selalu waspada dengan virus yang sangat mudah menyebar dan bermutasi ini. Akupun memulai kegiatan olah raga Sabtu dan Minggu dengan mengikuti protokol covid19, tetap olah raga dan tetap bugar sepanjang waktu untuk melawan virus ini.

Sabtu pagi kumulai dengan rutinitas pagi dan berlanjut dengan usaha mendadak mencapai target HM bulan ini, pengalaman bukan lalu jam mati di tengah jalan ternyata hampir terulang lagi karena tadinya cuma ingin pemanasan bersepeda 50K besok hari Minggunya, tetapi rencana 10K tiba-tiba berubah menjadi HM ke Monas via Lapangan Banteng dari tadinya hanya Cawang Matraman pp.

Sampai di lapagan Banteng, ternyata masih lanjut lagi ke Monas dan terseok-seok menuju Cawang kembali via masjid Cut Meutia Cikini, melewati rimbun Teuku Umar yang sepi, perjalanan berlanjut dan finish di Taman Hijau Daun Cawang. Untungnya sudah memakai jam tenaga solar, jadi masih bisa menyala sampai finish. Pengalaman bulan lalu memakai jam biasa dan menempuh jarak tak terduga membuat jam olah ragaku mati di tengan perjalanan.

Hitung-hitungan sederhana temanku begini, selama lima bulan tidak balik ke kampung, artinya ada pengeluaran yang dihemat seharga jam solar, maka boleh dikata aku mendapat hadiah jam gratis sebagai hikmah covid19. Mencoba selalu berpikir positip membuat temanku selalu riang gembira mensikapi apapun yang menimpanya, paling tidak itulah yang yerpancar di wajahnya selama ini. Sesuai nasihat pakar kesehatan, sebaiknya kita selalu berpikir positip dan tetap rajin berolah raga untuk menjaga kondisi badan kita dalam keadaan bugar.

Setelah Sabtu menelusuri kota Jakarta, maka Minggu kembali berlanjut dengan keliling 1/4 kota Jakarta, start tetap dari Cawang, namun kali ini ganti mempergunakan sepeda. Dari Cawang mengarah ke Priok, memutar (ke kiri) di Ancol, memutar lagi mengarah ke KOTU (Kota Tua), membuat sekali looping di Monas, menuju SCBD dan kembali lagi ke Cawang, yang penting selama berolah raga, kita tetap bisa JAGA JARAK AMAN đŸ™‚

Sepeda yang kunaiki ini sepeda jenis hybrid dan biasa kupakai untuk turing pendek, sehingga sangat cocok untuk medan perkotaan sampai ke pedesaan. Sepeda Heist Polygon ini memang sudah sangat teruji di jalan aspal maupun jalan tanah, selama tidak ketemu dengan jalan berlumpur, sepeda jenis Heist Polygon ini sangat memadai. Bagi yang ingin selalu memilih rute jalan aspal, ban bisa diganti dengan type lebih kecil, misalnya 700c x 28 atau yang lebih kecil lagi.

Dengan RIM yang lebih kecil, sepeda akan dapat melaju lebih kencang, apalagi kalau garpu depan diganti type rigid, maka suspensi depan akan hilang dan energi yang terserap oleh suspensi depan akan menjadi minimal, artinya semua energi bisa tersalurkan di gowesan kita. Memang tidak akan sekencang RB (road bike) tapi sudah bisa lebih kencang dari biasanya, jauh lebih ringan dibanding sepeda MTB (mountain bike).

Pengalaman bersepeda maupun berlari membuatku lebih nyanan di zona aerobik dibanding zona anaerobik, apalagi di masa pandemi ini kita memang disarankan berolah raga bukan untuk mengejar prestasi, tapi mengejar kebugaran saja, artinya kita berolah raga cukup di zona aerobik saja. Zona aerobik ini berada di 70-80% denyut jantung maksimum dan sangat baik untuk melatih kemampuan kardiovaskular. Zona aerobik juga merupakan zona paling efektif untuk melatih kekuatan otot, seperti kita tahu berlatih di zona aerobik punya risiko cidera minimal. Mari kita tetap bugar, rajin berolah raga dan selalu JAGA JARAK AMAN.

4 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.