Pulkam

Begitu ketemu denganku, temanku langsung tersenyum,”sudah sebulan lebih nggak pulkam ya?”, sambil tetap tersenyum diapun mengeluarkan sepedanya, akupun maklum bahwa dia juga sebenarnya akan berkata bahwa “kita senasib”. Pagi yang indah menjadi semakin indah dengan adanya berita #jakarta sudah berubah menjadi #hijau dan #ppkm diturunkan dari level 4 ke level 3, meskipun aturan tidak banyak berubah, tapi berita menyejukan seperti itu langsung meningkatkan mood untuk berolah raga pagi.

Sebenarnya aku sudah terbiasa olah raga dalam berbagai level #ppkm, aku bisa memilih tempat yang aman dari kerumunan, mudah jaga jarak dan tetap bermasker saat terpaksa berkumpul secara tidak sengaja dengan orang lain. Aku biasanya memilih waktu di saat orang lain belum banyak yang keluar, misalnya dan seringnya aku memilih waktu sebelum subuh sampai menjelang matahari terbit.
Alternatif yang lain, aku mengganti jenis olah raga outdoor dengan olah raga indoor, dalam hal ini aku melakukan aktifitas RFA (ring fit adventure) memakai perangkat dari nintendo switch dan bantuan jam olah raga. Kupilih oleh raga cardio dalam strava dengan mempergunakan jam olah ragaku, memang masalah waktu kegiatan di RFA dan di strava berbeda, di aktifitas RFA waktu yang dihitung adalah saat sedang melakukan gerakan-gerakan khusus, sedangkan di aplikasi strava, waktu berjalan terus tanpa “pause”.
Minggu lalu aku pulkam dengan mempergunakan jasa transportasi #kai plus kelengkapan fitur #pedulilindungi (sertifikat vaksinasi 1 dan 2), perjalanan kulakuakn pada siang hari (saat aku status/posisi work from home). Pulkam yang terasa sangat berbeda, karena memang sudah puluhan tahun aku tidak naik kereta api pada saat siang hari, biasanya aku memang melakukan perjalanan via transportasi kereta api hanya pada malam hari.
Naik kereta api sebenarnya hanya memindahkan waktu tidur menjadi waktu naik kereta api, jadi begitu sudah naik di gerbong, sudah memastikan semua yang kubawa aman, aku langsung tidur sepanjang perjalanan, dengan demikian begitu turun dari kereta api, aku (biasanya) langsung lanjut olah raga jalan kaki sampai ke rumah. Saat pulkam kali ini, aku bisa menikmati kereta makan yang sudah lama tidak kupergunakan fasilitasnya dengan sepuas-puasnya.
Pemberitahuan dari pengeras suata di kereta api, dalam mempergunakan kereta makan sebaiknya tidak di waktu yang bersamaan, tapi tentu sulit mengatur jam makan masing-masing penumpang, sehingga aku menyempatkan diri bertanya pada mbak-mbak pramusaji kereta makan. Menurut info yang kuterima, kereta makan biasanya mukai sepi setelah jam makan, sejitar jam 14:00 atau setelah jam 14:30.
Bersama temanku yang duduk di gerbong berbeda, kita janjian untuk makan setelah jam 14:00, akan tetapi ketika selesai sholat Dhuhur kita iseng menengok kereta makan dan ternyata isinya kosong melompong. Jadilah kita akhirnya makan di kereta makan pada saat itu juga. Suasana sepi dan hanya kita berdua di kereta makan membuat layaknya sedang menyewa sebuah kereta makan. Memang menu yang tersaji tidak selengkap biasanaya, apapun menu makan siang yang kita pesan, hanya satu jenis menu yang dihidangkan dan itulah menu yang kita santap hari itu. Kecewa ?
Tentu saja tidak 🙂
Dapat pulkam dalam suasana yang mencekam ini sudah merupakan berkah bagi kami berdua dan apapun yang menimpa kami berdua tentu hanya senyum simpul saja yang bisa dilakukan. Apapun tindakan kita, akibatnya akan sama saja, jadi rugi kalau kita kecewa dengan hal semacam itu. Jadi perjalanan pulkam kali ini terasa tetap indah apapun yang menimpa kami berdua.

Acara pulkam sudah selesai dan aku harus balik ke kota tempat kerjaku kembali, artinya harus swab antigen lagi agar persyaratan naik KAI dapat lancar. Akupun menuju stasiun kereta api untuk melakukan test swab antigen, karena aku berangkat dari rumah seusai sholat subuh, maka sampai di stasiun kereta api loket swab antigen belum buka, memang menurut pemberitahuan buka lojetnya baru setelah pukul 7:00.
Iseng-iseng aku bertanya tentang pukul berapa bukanya loket swab antigen, ternyata meskipun belum buka secara resmi, tetapi sudah bisa menerima pasien yang ingin dilakukan swab antigen, begitulah jadinya, aku akjhirnya bisa melakukan test swab antigen dengan cepat dan masing sempat untuk jalan-jalan melewati jalan Maliobo yang terkenal itu.

Kujumpai sekelompok orang melakukan pawai 17an, naik sepeda onthel sambil membawa bendera Merah Putih, mereka terlihat riang gembira menikmati hari kemerdekaan Republk Indonesia di luar rumah mereka. Kelompok kecil itu mungjin kelompok satu RT, tidak terlalu banyak dan nampak tidak ada pengawalan ketat dari satgas atau apapun disebutnya.
Di trotoar sebelah barat, kulihat juga pesepeda terlihat riang gembira menyambut kemeriahan suasana peringatan Indonesia Meredeka. Kulihat juga beberapa orang mulai memegang-megang kotak untuk berjualan di kaki lima, mungkin hari ini akan ada pembukaan juga bagi pedagang kaki lima, bisa jadi bendera putih yang banyak dipasang di beberapa titik jalan malioboro akan mulai ditarik dari jalan malioboro.

Ternyata benar, sorenya aku kembali bersepedaan dengan ibu negara melewati Malioboro dan suasana pulkam hari ini menjadi makin meriah melihat wajah-wajah ceria yang ada di sepanjang Malioboro. Mungkin tidak banyak yang mulai membeli dagangan di sepanjang malioboro, tetapi detak jantung sudah makin terasa lagi di jalan Malioboro. Sungguh pulkam yang ingin kuperpanjang lagi 🙂
Aku jadi rindu agar bulan ini segera berakhir dan aku bisa pulkam lagi di akhir bulan atau di awal bulan. Terima kasih Agustus yang meriah dan selamat datang September ceria. Aku pulkam lagi !