Kronologis Kecelakaan Jakal

Sebelum pensiun aku sering mengadakan penyelidikan kecelakaan kerja di berbagai proyek, mulai dari pulau Sumatra sampai ke ujung pulau yang paling barat, termasuk di kawasan wisata Wakatobi yang unik dan artistik. Kemarin aku sendiri yang justru mengalami kecelakan kerja di jogja dan akupun jadi pingin menuliskan kronologis kecelakaan kerja jakal di artikel bulan ini, sekedar memberi warna bulan september ceria agar lebih berwarna. Semoga tujuan ditulis kronologis kecelakan kerja ini dapat memberi dampak yang baik buat semua pihak yang terkait dengan status jalan kaliurang (jakal) tempat kejadian itu.

Awalnya aku memang pingin menulis tentang bersepeda bersama komunitas WSKT yang sudah lama vakum dengan kegiatan gowesnya, tapi ternyata aku harus menuliskannya dalam bentuk lain, bukan dalam bentuk yang seperti biasanya kutulis, semoga malah jadi lebih bermanfaat bagi pembaca, terutana juga untuk bagi diriku pribadi agar tidak jatuh lagi atau mengalami hal yang sama dengan jatuhku kali ini.

Sebelum masuk ke jakal, aku sebenarnya sudah mencoba menghindari bersepeda di lokasi tempat aku jatuh ini, aku mencoba masuk ke pelosok jakal (blusukan) dan membelokkan sepedaku ketika aku memasuki km 13 jakal (bok bengkong) wilayah Candi, tapi entah kenapa arah sepedaku ternyata tembus kembali ke jakal km 9 dan terus sampai km 5 jakal, memasuki wilayah kampus UGM. Aku yang bersepeda paling depan, kemudian menunggu teman-temanku untuk berbelok saja ke arah timur, masuk ke daerah yang lebih teduh, maklum panas mulai menyengat.
Ketika aku berhenti di sisi kiri, di atas trotoar, ternyata temanku tetap di jalur tengah, akhirnya akupun lanjut terus mengikuti temanku yang lurus ke selatan memasuki wilayah kampus UGM. Sempat kulihat di Garmin edge 1030, bahwa aku sudah menempuh jarak sejauh 38 km, artinya sampai di rumahku hanya akan tercapai maksimal 45 km, maka akupun berpikir lagi untuk kembali belok ke arah timur dan poto bareng dengan teman-teman di depan tulisan Universitas Gadjah Mada, semuanya dengan tujuan biar sampai lokasi finish pas 50 km.

Saat melewati speed trap, aku melonggarkan peganganku pada grip stang, semua kulakukan agar tangan tidak terlalu sakit ketika melewati speed trap yang kutahu terlalu tinggi, tetapi ternyata di akhir speed trap ada sebuah cekungan yang langsung membuat stang sepedaku berbelok arah ke kiri dan roda depanku langsung menghantam trotoar. Tubuhku tetap meluncur ke timur, sesuai arah sepeda, dan nenabrak pagar GSP (Graha Saba Pramana) UGM, kepala dan dua tanganku secara reflek menahan benturan dengan pagar besi dan akupun jatuh terduduk di trotoar.

Melihat aku terjatuh, banyak orang datang menghampiriku dan berniat memberikan pertolongan, aku hanya memberikan tanda tidak mau ditolong dan membiarkan tubuhku terbaring di trotoar, sehingga kerumunan makin banyak. Aku tetap terbaring dan berkata pada mereka untuk membiarkanku terbaring sampai kemudian kulihat wajah teman-temanku yang balik lagi, ketika mengetahui aku terjatuh.
Teman-temanku langsung mencari Garmin edge 1030 untuk mengetahui berapa angka heart rateku, karena mereka sering melihat goweser yang tiba-tiba jatuh karena angka heart rate sudah di atas 100%. Kudengar mereka berkata bahwa heart rateku masing aman, jadi bukan masalah denyut jantung jatuhku, tapi pasti ada masalah lain.
“Masih 40%, masih aman”, kata temanku menenangkan yang lain.
Aku kemudian duduk dan mulai mencari hapeku untuk menghubungi orang rumah, jangan sampai mereka panik mendengar berita jatuhku dari orang lain. Setelah komunikasi dengan orang rumah selesai, baru aku menutup pembicaraan dengan pertanyaan,”… mau langsung ke rumah atau mau mampir dulu kerumah sakit ?…”
Akhirnya aku berdua dengan temanku naik goCar ke rumah sakit, sesuai pesan orang rumah dan akupun ditangani oleh dokter jaga di IGD RS Ludira Husada, selepas sholat Dhuhur selesailah penanganan sakitku dan aku sudah diperbolehkan pulang untuk beristirahat. Tentu sebelum pulang aku sudah melalui banyak test, termasuk rontgen pergelangan tangan dan kondisi kepalaku. Aku tinggal bertemu dengan dokter asli pada hari Senin, selain membaca hasil rontgenku juga memeriksa apakah ada hal lain yang terjadi dalam kaitan dengan kecelakaan ini.
Lega rasanya bisa menceritakan Kronologis Kecelakaan Jakal, meski tidak terlalu pas, karena ini hanya dari sisiku saja, aku belum mendengar kronologis ini dari sisi selain dariku. Setidaknya yang tadinya punya persepsi yang lain tentang kecelakaan di jakal, jadi punya tambahan informasi yang lebih akurat dengan adanya tulisan ini.
Beberapa hal yang dapat kutarik sebagai pelajaran dari Kronologis Kecelakaan Jakal adalah sebagai berikut :
- Selalu memakai helm saat bersepeda, terbukti sekali lagi kalau helm adalah pelindung kepala yang paling handal, apalagi kalau kualitasnya memadai.
- Tetap fokus dalam bersepeda, bila sudah mulai kurang fokus, segera berhenti dan tunggu sampai bisa fokus lagi atau ganti moda transportasi yang lain.
- Speed trap di jakal adalah salah satu unsafe condition, semoga ada pihak yang bersedia membuatnya menjadi kondisi yang lebih aman.
- Tetap bersepeda mengikuti aturan yang baku, safety first !
Hari Senin, aku akhirnya kontrol lagi ke rumah sakit dan mendapat hasil yang baik dari dokter, artinya saat ini aku tinggal bersabar untuk proses penyembuhanku. Tidak akan semudah dan secepat penyembuhan dari jatuhku dahulu, umur memang tidak bisa dibohongi, makin tua kita akan makin lama proses penyembuhan yang dilalui. Alhamdulillah, semua masih terkontrol dengan baik.

#updated 27 September 2021 :
sudah beberapa tahun ini tidak pernah lagi gowes dengan sepeda brompton, seringkali dengan sepeda hybrid Polygon Heist5 dan kadang sepeda type RB “green bike” (Mosso repaint)
Ping-balik: Garmin EDGE 830 | Runner dan Goweser kota
Cepet sembuh Pak Eko Eshape. ..
Itu kejadian nya di depan kantor saya,dan udah sering terjadi beberapa goweser jatuh dan terjungkal di tempat yg sama,polisi tidur nya mungkin terlalu tinggi ya,saya pernah juga hampir terjatuh di tempat itu pas pulang dr Pakem bawa Seli…
SukaDisukai oleh 1 orang
Aamiin YRA
Makasih doanya, juga atensinya.
Ternyata banyak kesaksian kalau lokasi itu sering terjadi kecelakaan gegara design “speed trap” tidak standard.
Semoga yang berwenang sempat baca dan melakukan perbaikan sehingga menjadi kondisi yang aman (save condition)
Salam sehat
SukaSuka
Lekas sembuh dan sehat kembali mas, apapun kejadiannya, ditangan mas Eko menjadi cerita yang menarik 👍
SukaDisukai oleh 1 orang
Alhamdulillah mas
Sekarang sudah baikan, jadi tambah pengalaman jatuh nih
Terima kasih doanya, semoga kita semua selalu sehat lahir batin.
Aamiin YRA
SukaSuka