Gowes Dies UGM

Tahun 2021 ini aku kembali ikut Gowes Dies UGM, seperti yang dulu sering kuikuti tiap tahun, memang acara dies UGM yang terakhir kuikuti adalah “niti laku”, ikut mewakili fakulat teknik bersama beberapa teman. Acara gowes dies UGM sendiri memang sejak bluxpit tidak jadi panitia, aku juga otomatis tidak jadi panitia, sudah tidak rutin lagi kuikuti dan hanya kuikuti kalau ada teman yang sangat butuh dukungan untuk gowes, padahal sebenarnya yang butuh dukungan ikut gowes UGM adalah aku sendiri.
Apalagi setelah aku ikut aktif di KLUB (Kagama Lari Untuk Berbagi), kegiatan gowesku praktis muai menurun drastis, kegiatan rutin memang tetap rajin kuikuti yaitu tiap Rabu (rutin) dan Jumat (berkah), muter-muter seputaran dalam kota (dalkot) dan finish di acara sarapan pagi, seperti lazimnya yang dilakukan oleh para goweser untuk acara Gocapan (gowes mencari sarapan), tetapi acara gowes di hari Sabtu dan Minggu sudah tidak sering lagi kuikuti.

Aku lebih sering menghabiskan hari Sabtu dan Minggu untuk acara olah raga lari (jalan), kenapa begitu ?
Aku pribadi merasa lebih tidak ribet kalau olah raga lari/jalan, cukup keluar rumah dan pemanasan sebentar langsung sudah bisa lari/jalan, tidak perlu mengecek roda ban, memakai pakaian khusus bersepeda dan sebagainya. Alasan lebih praktislah yang mendasari aku menjadi lebih sering melakukan olah raga lari/jalan dibanding olah raga lainnya. Olah raga renang yang dulu sangat kugandrungi juga sudah lama kutinggalkan, padahal sebenarnya olah raga renang adalah olah raga terbaik untuk aku.
Di komunitas olah raga di mantan SMAku sebenarnya saat ini sedang gandrung dengan olah raga sepeda, seperti juga yang terjadi di berbagai belahan dunia yang lain. Meski animo bersepeda sudah mereda dan kelihatannya kembali normal, tertapi imbas dari corona membuat olah raga bersepeda tertap menarik lebih banyak peminat. Di beberapa kota bahkan muncul nama-nama jalur bersepeda dengan nama artis/seleb wanita yang sedang trendi.

Gowes Dies UGM memang jadi pemicu para goweser yang lama tidur (mager) untuk aktif gowes lagi, akupun mengajak teman-teman gowes yang lama tidak gowes untuk bergerak lagi, bersepeda puluhan kilometer lagi, seperti jaman dulu. Rute gowes dies UGM kali ini berbeda modelnya, peserta diperbolehkan untuk melakukan start dari tempat yang mereka anggap paling menyenangkan dan memungkinkan. Tentu saja untuk lokasi start yang kupilih adalah dari Fakultas Teknik, seperti teman-temanku yang juga dari fakultas teknik.

Untuk lokasi finishnya mengikuti arahan dari panitia Gowes Dies UGM yaitu di Balairung UGM, tepat sebelum jam 12:00 atau waktunya makan siang, sedang untuk water station (WS) disediakan di beberapa tempat, peserta diwajibkan untuk mampir minimal dua WS agtau pitstop, tergantung rute yang dipilih masing-masing.
Tiap grup minimal melewati (minimal) dua dari lokasi pitstop/WS berikut :
- Dam bronggang
- Perempatan pulowatu-pakem
- Perempatan ringin Sayegan
- Perempatan masjid Agung Bantul
- Lava bantal
- Candi Plaosan
Teknis Gowes
– Wajib install dan aktifkan STRAVA saat gowes
– Tanggal Gowes : Minggu, 19 Desember 2021
– Waktu Gowes : 04.00 – 12.00 WIB
– Satu Grup berisi 5 goweser (tidak kurang/lebih)
– Semua jenis sepeda
– Gowes Bersama pada tanggal 19 Desember 2021
– Dalam grup, tiap peserta memperoleh jarak gowes minimal 72 km
– Lokasi Start : dari mana saja sesukamu
– Finish : Balairung UGM, maksimal Pukul 12.00 WIB
Teknis gowes kali ini memang berbeda dengan gowes DIES yang biasanya kuikuti dan begitu juga pesertanya bebas memilih jarak gowesnya masing-masing, minimal hanya disyaratkan 72 kilometer sesuai acara DIES UGM 72. Semoga saja semua acara dapat terkaksana dengan baik dan sukses, bertemu teman lama dan bersenda gurau lagi rasanya sudah sangat cukup untuk semua peserta gowes.
