Sosial Media


Medsos sudah sangat menguasai kita saat ini, hoax yang bertebaran menjadi santapan manis di medsos, tanpa filter dan selalu digaungkan oleh pembuat hoax dan kroninya. Pelajaran dasar tentang sosial media ini, sudah lama diketahui dan dipahami, bahaya maupun manfaatnya, tetapi ketika sedang bermain sosial media, semuanya jadi terlupakan dan waktupun hilang tanpa disadari.

Kita paham, bahaya kecanduan sosial media lebih besar dibanding bahaya kecanduan narkoba, tapi kalau sudah masuk dalam lingkaran sosial media, tangan seperti sudah terpaku untuk mengetik dan membagikan konten yang (menurut) kita paling bermanfaat bagi lingkungan kita, paling tidak sangat perlu untuk komunitas kita. Kadang masih juga sempat untuk minta ijin berbagi, tetapi kalau ijin terkalu lama tidak didapat, maka pemberitahuan dari kita seperti sudah merupakn ijin.

Yang namanya youtube, saat ini sudah melanda segala umur penggunanya, baik hanya untuk sekedar melihat film anak-anak, film hiburan pendek, atau cara memasak ribuan menu baik yang aneh, unik sampai ke yang biasa banget, ataupun melihat webinar dari komunitas masing-masing, semuanya ada dan lengkap di youtube. Kalau tahun ini mulai banyak milyader yang muncul dari para youtuber, maka kita sudah tidak heran lagi, paling kita hanya heran kenapa si “anu” mendadak jadi begini atau begitu dari hobinya menjadi youtuber.

yang sedang melawan dominasi Google #harmonyOS

Selebriti belum afdol rasanya jika belum punya channel di youtube dan punya pengikut (follower) yang berjuta-juta, bahkan pesepakbola yang punya akun youtuber yang sampai berjuta-juta akan lebih disukai, mekipun permainan bolanya mungkin sudah mulai memudar. Youtube sudah menjadi platfiorm sosial media yang paling digandrungi, setidaknya di Indonesia, segala macam konten youtube dibuat demi untuk menaikkan jumlah follower, dari konten yang wajar sampai ke hal-hal yang tidak wajar, semua konten sudah tidak memperdulikan lagi nilai-nilai kemanusiaan, tentu saja tidak semua youtuber berbuat seperti itu, masih banyak juga youtuber yang berbagi energi positip pada sesama, baik di komunitasnya maupun lebih luas lagi di luar komunitasnya.

Sosial media yang juga membuat candu yang luar biasa adalah instagram, yang biasa menjad trend milenial jaman sekarang dengan sebutan IG, rasanya tidak mentereng kalau belum punya IG di alamat sosmednya. Meskipun saat ini mungkin masih kalah dengan candunya WA (whatsapps), namun IG terasa lebih kekinian dibanding WA yang sudah menjamur, sampai ke kalangan emak-emak “heboh”.

nasehat mas Saptuari buat yang mau ke #jogja

Bangun tidur maupun menjelang tidur, tidak nyaman rasanya kalau belum memegang WA, mimpi jadi tidak indah lagi kalau tidak ditemani hp yang siap untuk berkicau via WA. Beberapa anak muda memang sudah mulkai jenuh dengan WA, tapi kayaknya popilaritas WA sudah tidak terbendung lagi, walaupun IG sudah makin membuat candu baru, namun nampaknhya belum bisa menggeser popularitas WA.

Trio Youtube, WA dan IG, sudah melekat erat dalam dunia kita saat ini, baik tua muda maupun kalangan jadul atau modern, memanfaatkan fitur sosmed ini dengan tidak mengenal waktu. Dari pagi sampai pagi lagi, sosmed sudah menjajah kehidupan mereka, dunia akhirat sudah menyatu dalam WA, IG maupun youtube. Masih untung kalau ada sosok alim yang masuk dalam dunia sosmed ini, tapi jangan lupa bahwa ada juga para pembuat hoax bagi mereka yang sok alim, hoax sengaja dibuat untuk maksud-maksud tertentu yang menguntungkan kelompoknya.

Kelompok sosial media yang juga masih rame, meskipun cenderung menurun popularitasnya adalah yang dikenal sebagi pengguna FB (facebook), bahkan pengguna FB sudah dicap sebagai kuno atau jadul, hanya mereka yang tidak mau dianggap jadul atau kuno, yang sudah move on dari FB, mereka lebih senang memakai WA, IG atau Youtube dalam bersosialisasi.

Kelompok muda memang mulai meninggalkan FB dan mulai beralih pada sosial media yang lebih mencerminkan dunia mereka, aplikasi Tik Tok mulai muncul dan berkembang sangat pesat. Sosmed yang tadinya dikenal lewat aplikasi joget tik tok, sudah mukai beraneka ragam konten yang dibuat, bahkan kontent ibadah juga mulai bermunculan di tik tok, pokoknya tik tok terasa lebih mudah dan lebih dekat dengan kaum remaja dan tabu bagi orang tua.

Meski demikian, sekarang sudah lazim juga orang tua, atau para kaum politik, yang mempergunakan aplikasi tik tok untuk menarik remaja menyukai mereka. Saat pemilihan kepala daerah, peminan daerah atau kampanye terbuka, akan lebih afdol kalau sebelumnya para pemilih muda mereka rangkul melalui aplikasi tik tok yang merakyat ini.

jogja terbuat dari RINDU

Lalu bagaimana sikap kita terhadap menjamurnya berbagai aplikasi sosmed ?

Kita pernah dikenal sebagai pengguna sosmed twitter yang paling berisik dan mungkin entah kapan kita juga akan dikenal sebagai pengguna sosmed yang lainnya yang paling bikin dunia merinding melalui aksi-aksinyha yang nyeleneh (?)

Entahlah !

2 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.