Khotbah terbaik

Masjid yang manakah yang kita pilih saat Sholat Jumat ?
Ada banyak kriteria yang bisa dijadikan pilihan terbaik, tapi dari semua pilihan kriteria itu, maka yang paling banyak dipilih biasanya adalah yang mempunyai khotib cerdas dan bisa memberikan Khotbah terbaik. Kejadiannya memang waktu aku masih di Medan dan mencari masjid untuk Jumatan terbaik, beberapa teman memberi banyak saran tentang Masjid yang sebaiknya didatangi dan ternyata sebagian besar dari mereka memilih masjid yang paling dekat dengan kantor dan khotib memberikan khotbah yang singkat.
Sebagian dari temanku memang ada yang memilih masjid yang lebih jauh, karena rindu suara adzan yang model Masjid Mekah atau model suarta adzan masjid Madinah. Aku tentu saja ikut pilihan terbanyak saja, toh mobil hanya ada satu yang segera menuju masjid, mobil yang lain masih menunggu penumpang atau tidak berangkat karena memilih jalan kaki untuk ke masjid.
Aku juga sebenarnya lebih memilih jalan kaki dibanding naik mobil, tetapi kalau di jam yang kujadwal sudah ada yang naik mobil, akupun ikut naik mobil, kalau tidak ada akupun ikut rombogan yang jalan kaki ke masjid, makin jauh jalan kaki makin banyak pahala yang didapat (katanya).

Hari ini aku ketemu khotbah terbaik dalam sejarah aku sholat Jumatan, aku yang biasanya tertunduk saat mendengar khotib memulai khotbahnya, kali ini aku mengangkat muka dan menatap sang khotib yang terlihat masih muda dan wajahnya penuh semangat menyampaikan khotbahnya.
Saat memimpin sholat juga, aku benar-benar merasa nyaman dengan bacaan imam yang pas di telingaku dan nada dasar suaranya, sehingga saat mengucapkan “aamiiiin”, suaraku bisa lantang dan penuh penjiwaan. Surat yang dibaca oleh imam juga surat yang tidak panjang dan sering kudengar dalam berbagai acara di masjid, terus terang kalau imam membaca surat Al Quran yang aku jarang dengar atau tidak hapal, pikiran malah jadi melayang-layang kemana-mana. Semua yang tadinya terlupa tiba-tiba bisa muncul di ingatan kalau ketemu dengan imam yang membaca surat Al Quran yang panjang dan tidak kuhapal.
Yang diceritakan sang Khotib kali ini sangat singkat dan sangat dalam artinya buatku, hal itulah yang membuat aku terdongak dan memandang wajah sang khotib dengan penuh kenyamanan. Sebuah hadits nabi yang jarang kudengar menceritakan tentang kisah dua orang yang akan masuk surga, yang pertama adalah seoran ahli ibadah dan yang kedua dianggap bukan ahli ibadah tetapi meninggalnya setahun setelah ahli ibadah meninggal.

Orang kedua ini ternyata masuk surga lebih dahulu dibanding orang pertama yang ahli ibadah, sehingga sahabat nabi mempertanyakan kenapa bisa terjadi begitu. Pada anggapan mereka, ahli ibadah harus lebih dahulu masuk surga dibanding yang tidak, sehingga munculah klarifikasi dari nabi besar Muhammad SAW tentang hal ini.
Yang membedakan dua orang ini adalah satu tahun umur dan satu tahun itu ternyata dipakai oleh yang dianggap bukan ahli ibadah untuk bertemu dengan bulan Ramadhan dan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dengan khusyu dan total (kaffah).
Aku yang juga selalu merasa bahwa ibadah Ramadhanku masih jauh dari sempurna menjadi termotivasi dengan hadits nabi ini, aku memang belum pernah membaca tentang hadits ini, tetapi pada intinya aku dapat menangkap pesan sang khotib untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan datangnya bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini.
Alhamdulillah, sebelum naik KAI nanti malam aku mendapat “sangu” yang hebat seperti ini, jadi tertantang untuk beli tiket lagi minggu depan, aku akan #pulkam lagi untuk menikmati puasa pertama bulan Ramadhan di kampungku. Inilah khotbah terbaik selama hidupku dan aku sungguh mensyukurinya masih masih dapat mendengarnya di mingggu-minggu terakhir menjelang bulan Ramadhan.
