Furoda vs Reguler

Santernya berita tentang haji Furoda (haji mujamalah) saat aku ikut haji reguler 2022, membuat beberapa orang harus kujelaskan mengapa aku kembali ikut haji reguler th 2022 ini, padahal sudah ikut haji furoda th 2017 lalu. Pemahaman rata-rata temanku tentang haji furoda ternyata sangat berbeda dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, sehingga aku perlu untuk meluruskan setidaknya mereka tidak hanya mendengar dari satu pihak saja dan saat itu memang banyak pihak yang menyudutkan pelaksanaan haji furoda.
Saat peserta haji furoda yang gagal berangkat sudah ikhlas menerima apa yang terjadi, ternyata masih banyak orang yang gatal membicarakan furoda dan menyudutkan pentelenggara haji furoda, meskipun tanpa menunjuk biro haji furoda yang gagal memberangkatkan jamaahnya. Memang banyak gorengan yang kriuk bagi pembuat hoax saat pelaksanaan haji th 2022 ini, bahkan kejadian aku di terowonagn Mina yang menggelorakan semangat menyebut nama Allah swt digoreng menjadi kejadian yang mengerikan dan viral di berbagai medsos yang kukenal.
Pada dasarnya meski berbeda, tapi antara haji furoda dan haji reguler sebenarnya pelaksanaannya sama saja, beda yang paling mencolok hanya mengenai proses waktu tunggu dan lamanya melaksanakan ibadah haji di tanah suci. Selalu kubilang bahwa furoda itu ibadah haji yang lebih cocok untuk orang yang tidak punya banyak waktu luang untuk meninggalkan tanah kelahirannya (berdomisili), sementara haji reguler sangat cocok untuk mereka yang sabar serta tidak banyak mepermasalahkan waktu tunggu atau waktu melaksanakan ibadah haji di tanah suci.

Beberapa hal yang kurasa merupakan perbedaan yang ada antar kedua ibadah haji ini, kira-kira seperti ini kalau kutulis :
- Beda waktu tunggu dan waktu pelaksanaan ibadah haji, furoda biasanya hanya menjalankan hal-hal yang sifatnya wajib, sedang reguler lengkap menjalankan ibadah hajinya, termasuk berbagai ibadah sunahnya.
- Beda total biaya (resmi) pelaksanaan, antara yang sekitar 300 jutaan (furoda) dan reguler sekitar 40 jutaan (tergantung embarkasi keberangkatan haji).
- Beda teman haji yang dikenal, sehingga setelah ibadah haji kesempatan jamaah furoda untuk melakukan reuni sesama alumni lebih butuh banyak situasi dan kondisi, mengingat peserta furoda bisa beda kota bahkan beda pulau, sedangkan reguler relatif teman satu kota asal.
- Lamanya waktu tunggu pesawat saat reguler, memberi banyak waktu jamah untuk mengunjungi beberapa lokasi di Mekah/Madinah yangh dapat memperkuat pemahaman tentang kisah-kisah rasulullah pada jaman dahulu.
Ibadah sunah sholat jamaah di masjid Nabawi 40 kali berturut-turut (arbain), hampi pasti tidak bisa dilakasanakan oleh jamaah furoda, sedang pada haji regular hanya yang benar-benar berhalangan saja biasanya yang tidak bisa menyelesaian sholat arbain.
“Barang siapa shalat di masjidku empatpuluh shalat tanpa ketinggalan sekalipun, dicatatkan baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan dan ia bebas dari kemunafikan.”
Hadits di atas banyak yang mempercayainya dan itulah yang menjadikan sholat arbain menjadi salah satu tujuan jamaah haji ketika di masjid Nabawi, sementara bagi yang tidak menganggap hadits di atas sebagai hadits yang dipercaya sebagai hadirs yang shahih, mereka tetap menjalkankan sholat jamaah di masjid Nabawi.
Tahun 2017, aku merasa perlu ikut haji furoda, karena saat itu aku merasa sudah seharusnya naik haji, sehingga cara yang paling cocok waktu itu hanya haji furoda yang dibimbing oleh teman istriku dalam dunia teater. Beberapa kali mengikujti manasik haji tanpa ada kepastian untuk berangkat haji ternyata memang mengasyikan, mengikuti test-test tertulis tentang pengetahuan ibadah haji sangat memacuku untuk banyak belajar tentang agama. Alhamdulillah detik-detik terakhir aku bisa berangkat haji setelah visa hajiku terbit.

Seusai menjalankan haji furoda, beberapa kali masih ada pertemuan antar alumni haji furoda, bahkan sempat menghadiri undangan walimah dari peserta furoda yang menikahkan anaknya. Suasana haji yang baru beberapa bulan ditinggalkan muncul kembali di acara itu.

Masih ingat juga ketika itu aku ketemuan dengan teman sesama pegawai kantor yang mengambil haji reguler th 2017, banyak ceritanya tentang nikmatnya haji reguler yang jauh dari masjidil Haram, jauh dari menara Zam-Zam yang serba dekat kemana-mana. Harus berangkat ke masjid dengan memperhitungjkan jarak dari hotelnya ke Masjidil Haram, tidak bisa seperti jamaah furoda yang tinggal turun dari kamar hotel langsung sampai di masjidil Haram. Semua ceritanya tentang bagaimana mengisi hari-hari setelah ibadah haji benar-benar menarik perhatianku

Sempat kecewa ketika mendapat bocoran calon haji tahun 2022 adalah mereka yang berusia dibawah 60 tahun, akhirnya aku harus bernafas lega ketika muncul pengumuman resmi yang menyatakan batas usia yang belum bisa berangkat adalah 65 tahun. Akupun bisa berangkat bersama teman-teman calhaj yang berbeda umur tapi jadi kayak bocah lagi ketika ngumpuil sekamar, demikian juga ketika kita punya waktu luang di luar hotel.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, yang penting bukan ikut jamaah haji furoda atau reguler, yang penting adalah segera mendaftar dengan sikon saat ini, selebihnya serahkan pada Sang Pencipta untuk menciptakan skenario terbaik bagi kita, insya Allah semua yang terbasik akan menghampiri kita, dari pintu yang tidak kita sangka-sangka.

Saat menunggu datangnya pesawat yang mengantar pulang ke tanah air, maka acara mBolang yang sering kulakukan bersama sekelompok ABG tua, serasa masih seumuran karena punya kerinduan yang sama akan tanah air dan kecintaan akan alam tanah suci yang penuh berkah dan ceria.

Kemanapun seringnya bareng-bareng 🙂

barakallah pak eko, semoga menjadi haji yang mabrur.
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam sehat @masbro
Terima kasih doanya dan sudah meninggalkan jejak komentar.
Semoga kita sama-sama menjadi orang yang penuh berkah bagi lingkungan kita.
Aamiin YRA
Selalu sehat mas 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang