Runner dan Goweser kota

Tuntas sudah acara karmaPIT MARDIKA, 28 Agustus 2022, peserta awalnya ragu karena cuaca yang tidak mendukung, gerimis dimana-mana dan beberapa peserta lebih memilih melanjutkan istirahatnya karena kondisi badan maupun lingkungan yang kurang mendukung. Ketua panitia Karmapit MARDIKA secara tidak langsung menyatakan syukur atas jumlah peserta yang berkurang,”ijin untuk mengadakan acara seperti ini dalam masa pandemi ini, masih sangat sulit bila peserta melampaui 100 goweser”

Acara memang jadi dimulai setelah gerimis mereda, beberapa teman sempat meneduh karena gerimis membesar, tapi ada yang tetap menerobos gerimis dan bisa datang on time, bergojek ria sebelum acara dimulai. Beberapa kegiatan karmapit kebetuan memang selalu didahului dengan gerimis atau hujan dan ketika sudah dimulai acara cuaca berubah sejuk dan sampai finish tidak merasakan cuaca panas menyengat, pulang dari finish baru terasa panas menyengat dan keringat yang membasahi badan.

Tema kegiatan karmapit MARDIKA kali ini mengangkat soal sampah plastik yang makin memprihatinkan penangannya, Sepanjang perjalanan, para goweser diminta untuk membuang sampah plastik di tempat seharusnya dan tidak sembarang membuang sampah palstik sekali pakai yang banyak disukai para goweser, anti plastik memang masih belum bisa dilakukan, tetapi dengan diet plastik yang lebih diperketat semoga akan makin membuat kita lebih #bijaksampahplastik.

Pit stop pertama kali ini mengambil lokasi di Museum Jendral Soeharto, the smilling general, yang diterima dengan penuh antusias oleh pengurusnya yang juga alumni UGM. Kegiatan gowes karmapit kali ini memang banyak menggali potensi yang kurang banyak ditampilkan dalam kegiatan kagama, antara lain memadukan kolaborasi dari berbagai hal yang sudah menjadi kekuatan alumni. Mulai dari kegiatan alumni yang lebih cenderung berwiraswasta sebagai usaha mikro kecil-kecilan, kegiatan olah rasa yang tidak hanya mengasah jasmani saja tapi juga menggali nilai-nilai budaya kita, sampai ke kegiatan para alumni yang menjadi saksi sejarah di museum.

Setelah puas bernyanyi “Indonesia RAya” serta hymne Gadjah Mada, maka perjalanan dilanjutkan ke resto Limasan mBumi, juga resto dari kolaborasi beberapa beberapa alumni UGM. Meski jalan datar dan dekat, tetapi biar tidak terlalu dekat, peserta gowes diajak sedikit memutar, sehingga saat acara makan siang semua hidangan akan lebih mudah dicerna, tentu saja karena sifatnya hanya makan pagi yang kesiangan, maka setelah acara selesai, peserta gowes dipersilahkan untuk menambah asupan makanan lagi sesuai hobi masing-masing.

Acara yang tidak kalah menarik adalah ketika peserta sudah selesai menyantap sarapan kesiangan masing-masing, peserta diajak berdiskusi soal sampah palastik dan sifat bijak yang bagaimana kita lakukan terhadap sampah plastik. Acara kolaborasi karmapit dengan Kagama Beksan juga tidak kalah menariknya.

Kalimat dari peserta karmapit MARDIKA masih sangat membekas di memoriku,”…. dari pendosa ke pendoa ….”, kalimat itu diucapkan dengan senyum yang tersungging manis di wajah sang pendoa, Jadi ingat pada adikku yang meninggal beberapa hari sebelum acara dimulai, padahal banyak hal yang masih harus dikerjakan untuk acara ini. Aku harus ikhlas menerimanya, aku harus ingat bahwa adik nomer tiga itu yang dengan segala kemampuannya selalu membantuku dalam segala hal, kini di akhir usianya telah meninggalkan dunia dengan tenang di pangkuan anak nomor duanya.

Diawal acara karmaPIT MARDIKA, aku sudah berjanji untuk mengadakan kegiatan lanjutan acara ini berupa sebuah “coaching clinic” dengan tema first aid bagi Goweser. Semoga acara coaching clinic tersebut bisa terlaksana dengan baik dan memberi berkah buat semua yang hadir maupun belum sempat hadir.

terima kasih adik kelas yang sudah ikut posting di youtube 🙂