Talk Show

Minggu-minggu ini aku kebanjiran acara rapat dan rapat yang paling kunikmati adalah rapat tentang talk show, alhamdulilah hasilnya memuaskan dari persiapan sampai munculnya beberapa masukan dari peserta yang mengikuti. Kenangan masa lalupun kembali muncul satu demi satu, saat aku masih aktif jadi MC di beberapa acara, mulai MC amatir sampai MC profesional, mulai versi gratisan (tidak dibayar) sampai dengan yang berbayar 🙂
Menjadi eMCe sebenarnya sudah kuakhiri pada musim reuni sipil 2009, tetapi ternyata terus berlanjut sampai bertahun-tahun kemjudian, barulah setelah aku terkena stroke, hobi menjadi eMCe sudah mulai kutinggalkan benar -benar, karena yang diserang oleh penyakit itu adalah kemampuan berbicaraku, sehingga sampai ada acara aku harus disetrum di leher dan tusuk jarum di beberapa bagian dari tubuhku, yang katanya ampuh, tetapi hanya meningkatkan kemampuan berbicaraku dalam skala yang sangat kecil.
Jadi ketika, ternyata kemampuan berbicaraku sudah mulai pulih seiring dengan berjalannya waktu, akupun mulai kembali mencoba untuk berbuat seperti saat sebelum terserang stroke. Akibatnya sungguh membuat aku makin pedhe dalam berbuat sesuatu sebelum stroke, mulai dari bersepeda jarak jauh lagi (mencari granfondo dll), sampai mencoba olah raga baru tapi lama, yaitu ikut dalam pembentukan KLUB (Kagama Lari Untuk Berbagi), pendeknya aku sudah benar-benar menjadi orang baru (new normal).
Kemarin rupanmya istriku juga ada acara talk show via media digital, radio online, dan meski terlambat aku sempat mengikutinya di pertengahan acara talk show sampai selesai. Bukan dalam arti selesai acaranya, tapi pas jelang selesai jaringan internetku bermasalah, sehingga sambungan ke media online ikut terputus.
Padahal sebenarnya aku ingin bertanya-tanya juga seputar topik yang dibahas dalam talkshow di radio itu, antara lain aku sebenarnya ingin bertanya hal-hal sebagai berikut :
- Kanapa memilih Nomo Koeswoyo sebaga Sang Penyaksi Zaman
- Kenapa memilijh Orchestra sebagai latar musik Sang Penyaksi Zaman
- Siapa saja tokoh musik yang terlibat dalam acara di Taman Budaya di Jogja ini
Pertanyaan itu terpaksa kutanyakan langsung saja via WA (whatsapp) dan belum sempat dibahas, karena malah terjadi diskusi tentang masalah lain yang lebih menarik. Memang talkshow di radio sering untuk media memperkenalkan acara kita di kalangan tertentu, sesuai segmen radio tersebut, seperti juga dalam beberapa talk show yang pernah kuikuti, baik sebagai nara sumber maupun sebagai penonton (setia) di komunitasku.

Menampilkan Nomo Koeswoyo (musisi old crak0 memang banyak hal bisa terjadi berkenaan dengan selera musik yang sudah banyak berubah dari jaman dahoeloe sampai jaman milenial ini, mungkin panitia Sang Panyaksi Zaman memang ingin menunjukkan bahwa beberapa lagi yang digemari anak muda jaman sekarang sebenarnya adalah daur uang atau remake lagu jaman dahoeloe.

Dalam sebuah film yang pernah kutonton ide remake ini pernah ditampilkan dalam sebuah film yang mengangkat beatles sebegai tokoh (musik) sentralnya. Dikisahkan dalam film itu bahwa dunia masa kini adalah dunia yang sudah tidak mengenal akan lagu beatles dan ketika muncul lagu beatles, malah penyanyi lagu beatles itu dianggap sebagai pencipta orisinil lagu remake tersebut.
Akankah hal seperti itu terjadi dalam dunia yang nyata, terlihat sangat tidak masuk akal, apalagi dengan adanya media digital yang makin berkembang pesat, jawabannya menurutku tidak mungkin, tetapi nyatanya film itu sangat menarik sampai bertahan cukup lama di beberapa bioskop yang kukenal.

Apapun yang terjadi nanti, pasti acara talk show ini diharapakan mampu memberi sumbangsih bagi dunia musik Indonesia tentang keberagaman musik dan perjalan zaman yang sudah sanggup menelan para musikus dari zaman ke zaman. Juga dalam acara Sang Penyaksi Zaman nanti akan muncul kecintaan yang lebih terhadap musik orchestra Indonesia (jogja), yang cukup berkelas.
