Penggemar Janda


Belum lama ini aku tiba-tiba masuk sebagai goweser penggemar janda, bisa jadi hal ini terjadi karena aku lebih sering gowes dalam kota dan mulai meninggalkan gowes arah ke Kaliurang atau ke arah bukit Sentul Km Nol, paling tinggi hanya ke Kopi Rolas saat aku mengikuiti acara Coaching Clinik, sedang saat aku di jakarta sudah tidak pernah lagi bersepeda ke arah Km Nol Sentul.

Aku juga lebih sering ke KM Nol Jogja, itupun lebih sering dengan jalan kaki bukan pakai sepeda, memang tercatat dalam aplikasi strava RUN, tetapi hampir semua orang tahu kalau aku hanya jalan kaki saja. Beberapa saat lalu, aku juga mengisi kuisioner sebagai goweser Jogja dan banyak pertanyaan yang kujawab dengan mempertimbangakan kondisi dan situasi sepedaku sekarang.

blusukan jalan beton di desa Godean

Meskipun aku masih lebih sering memakai sepeda touring, tapi di hari libur aku lebih sering memakai sepeda lipat yang lebih ringan untuk dibawa-bawa kemana saja, meski tetap jarang dilipat. Sepeda lipatku sudah tidak sesuai lagi dengan funsgsinya, hampir jarang dilipat dan lebih sering dipakai tanpa pernah dilipat lagi.

seli kuning yang tidak pernah dilipat (lagi)

Sepeda lipatku memang terbuat dari rindu dan kangen dengan masa-masa masih suka dengan bersepeda AKAP (antar kota antar pulau) memakai RB (road bike), dengan kemampuan yang setara dengan RB, seliku tetap ada di hatiku. Bersanding dengan sepeda onthel juga masih terasa nikmat dan enjoy, tidak harus terlalu membungkuk seperti naik sepeda jenis RB, aku benar-benar menikmati bersepeda dengan seliku.

Gowes 2020
Gowes 2020

Kebetulan juga, temanku ada yang mempunyai sepeda mirip dengan milik aku, termasuk helm dan perlengkapan lainnya, jadilah sepeda lipat kuning jadi kegemaranku di hari libur. Pada hari kerja, Senin sampai dengan Jumat, aku memang lebih suka memakai sepeda touring yang mempunyai rim besar dan memakai fork bersuspensi, sehingga aku bisa melewati aneka jalan Jakarta yang sering melewati jalan berpolisi tidur atau lobang-lobang di beberapa ruas jalan.

Beberapa bulan lalu, aku baru sadar tentang istilah penggemar janda dan penggemar jaring. itulah sebagai sebutan bagi pesepeda yang gemar jalan datar (janda), sedang penggemar jalan miring (jalan menanjak) disebut sebagai penggemar jaring.

Setelah lama meninggalkan arena mancal PIT, aku memang jadi aktif lagi mancal PIT karena ikut menjadi bidan terbentuknya komunitas KaRMaPIT (Kagama Rame-rame Mancal PIT) dan saat itulah aku mulai kenal lagi dengan beberapa istilah bersepeda yang belum pernah kudengar. itulah awal aku jadi penggemar janda.

KarmaPIT edisi perdana

Terima kasih dunia ngepit yang masih menerimaku sebagai bagian dari komunitas gowes, setelah lama berkecimpung dalam pembentukan KLUB (Kagama Lari Untuk Berbagi) dan aktif dalam berbagai kegiatannya, termasuk dalam kegiatan ITR (International Trail RUN) Wanagama, sekarang aku harus puas sebagai penggemar jalan datar (janda) dan #dalkot (dalam kota)

kasepuhan (foto komunias KLUB)
kasepuhan (foto komunias KLUB)

Pengalaman memperdalam ilmu lari di komunitas KLUB, akhirnya aku harus kembali pada kebiasaanku bersepeda bersama komunitas sepeda, karena memang kekuatan badanku hanya sanggup di olahraga bersepeda, bukan olah raga lari, kalaupun aku lari, tetap hanya di aplikasi saja tercatat sebagai lari, meskipun pada kenyataannya aku hanya berjalan saja.

Tugu di kotaku #jogja

Olah raga lariku hanya karena aku anggota KLUB, pada kenyataannya aku harus setia sebagai penggemar janda dan penggemar jalan kaki saja.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.