Oleh-oleh TPA Piyungan

Apa yang menjadi oleh-oleh TPA Piyungan ?
Sebuah monumen mirip candi yang disebut sebagai Monumen Antroposen, sebuah gagasan yang nyleneh bagi mereka yang kurang memahami nilai yang akan ada di monumen itu. Dana pembangunan dari pemerintah Jerman akan ikut mewarnai pebangunan monumen itu, ketertarikan pihak Jerman terbukti dengan kedatangan Presiden Jerman Steinmeier ke lokasi tersebut beberapa bulan lalu. Pemerintah Jerman memang sangat tertarik dengan visi misi monumen ini yang akan menggabungkan berbagai disiplin ilmu dan ahli dengan berbasis lingkungan dan daur ulang sampah.
Meskipun kunjungan ke lokasi TPA akhirnya batal dilakukan karena kondisi cuaca dan banyaknya rintangan ke lokasi, namun kunjungan ke JNM rupanyua sudah dianggap memadai untuk mengenal kemajuan pembangunan monumen yang dibiayai oleh pemerintah Jerman.

Lokasi monumen ini berada di bukit di atas TPA Piyungan, dengan luas lahan sekitar 6.000 meter, dianggap sudah cukup untuk menampung segala kegiatan dari personil yang ada di monumen berbentuk candi itu. Ruang kolaborasi ini akan dilengkapi berbagai mesin produksi seperti mesin cuci giling, mesin pencacah, mesin peleleh plastik, mesin press, moulding dan pencetak lembaran produk.
Melalui fasilitas infrastruktur pengolahan plastik yang akan tersedia di unit ini, diharap[kan akan mendorong keterlibatan berbagai pihak untuk berproses bersama dalam ruang inkubasi kreatif ini, untuk itu perlu disediakan segala hal yang diperlukan agar semua personil yang terlibat di monumen ini nyaman belajar dan bekerja. Diharapkan tersedia cafe, tempat ibadah maupun infrastruktur yang lain untuk menunjang kegiatan ini.

Monumen ini memang masih dalam proses penyelesaian untuk dapat berfungsi sesuai ekspektasi, namun semangat Franziska Fennert untuk memulai menutup luka era kapitalisme, sungguh patut diacungi jempol. Penjelasan yang dianggap masih kurang banyak dari Iwan Wijono, dijelaskan lagi dengan tambahan penjelasan yang lebih menorehkan kesan yang mendalam dari rombongan komunitas KaRMaPIT maupun FisiPIT.
Dipimpin oleh direktur LESTARI (Lembaga Studi dan Tata Mandiri) Agus Hartono, bersinergi dengan komunitas fisiPIT (Fisipil UGM), seluruh rombongan memang terbagi dalam beberapa kelompok pendengar. Ada yang duduk di lantai atas monumen menyaksikan lokasi TPA, ada yang larut dengan penjelasan Iwan Wijono dan Franziska Fennert, ada pula yang asyik berteduh karena panas teriknya TPA Piyungan tanpa hujan.

Waktu jua yang membuat oleh-oleh kunjungan ke TPA Piyungan ini harus dilanjut acara yang lain, suasana yang nyaman di ketinggian memang membuat peserta, baik dari KaRMaPIT maupun fisiPIT betah, tapi mengingat bahwa sebagian peserta masih baru belajar ngePIT, maka acara segera ditutup dan dilanjut acara yang lain.

Suasana Soto Bathok Kangen ndeso, sebagai tujuan akhir dari acara ngePIT bersama (ngeBAR), suasananya sangat berbeda dengan suasana di TPA, peserta bebas bernyanyi dengan iringan live musik dan ditutup dengan acara madhyang bebas, bayar sendiri-sendiri dan pulang sendiri-sendiri.
