Semua akan e-Bike

Dengan makin langkanya BBM dan demi alasan untuk dunia yang lebih hijau, transportasi yanbg lebuih ramah lingkungan, maka e-bike menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. E-bike merupakan sepeda dengan motor listrik yang membantu pengendara saat bersepeda, dengan opsi untuk mengayuh pedal secara manual atau menggunakan bantuan motor. Keuntungan utama dari e-bike adalah memberikan bantuan tambahan saat menghadapi tanjakan atau saat pengendara merasa lelah.
Namun, walaupun semakin banyak orang yang beralih ke e-bike, itu tidak berarti bahwa semua orang akan menggunakan e-bike di masa depan. Penggunaan sepeda tradisional juga tetap populer dan berguna dalam berbagai konteks, seperti rekreasi, kebugaran, atau sebagai alat transportasi sehari-hari.
Keputusan untuk menggunakan e-bike atau sepeda biasa masih tergantung pada preferensi individu, kebutuhan, dan kondisi lingkungan. Beberapa orang mungkin lebih memilih e-bike untuk memperoleh bantuan tambahan saat bersepeda, sementara yang lain mungkin lebih menyukai tantangan dan kebugaran yang diperoleh dari mengayuh pedal secara manual.

Secara keseluruhan, tren penggunaan e-bike terus meningkat, tetapi itu tidak berarti bahwa semua orang akan menggunakan e-bike di masa depan. Sepeda tradisional masih akan tetap ada dan digunakan oleh banyak orang.
Kebetulan karena event yang diadakan oleh KaRMaPIT disponsori oleh Polygon, maka aku mendapat kesempatan mencoba e-Bike dari Polygon, versi warna putih seperti yang dipakai saat G-20 di Bali Indonesia.

Berbeda dengan type e-Bike yang pernah kupunyai beberapa tahun lalu, maka terasa sekali perbedaannya, meskipun dari sisi berat batere tetap sebagai komponen paling berat untuk sepeda ini. Dulu saat beli sepeda sepeda Hybrid HIMO C20, aku merasa tidak semudah ketika aku memakai sepeda polygon ini.
Waktu itu aku memang merasa kecewa karena kesalahanku sendiri, saat membeli sepeda Hybrid HIMO C20, aku menganggap membeli sepeda lipat listrik, ternyata yang dapat dilipat hanya sebagian saja, tetapi secara keseluruhan tetap sepeda non lipat, jadi bukan sepeda ringkes. Sementara saat ini memang wujud sepeda Polygon yang dipinjamkan dari Polygon adalah bukan sepeda lipat, jadi tidak ada perasaan kecewa ketika sepeda yang kupakai bukan sepeda lipat.
Yang kurasakan berbeda juga adalah kualitas rem hidrolik pada sepeda ini yang benar-benar pakem, mungkin terlalu pakem untuk yang belum terbiasa memakainya, tapi setelah setengah jam memakainya semua jadi mulai terkontrol, baik mengganti posisi (bantuan) kecepatan maupun dalam proses pengereman.

Saat ini aku sedang melakukan kampanye e-Bike di rumahku, bila sukses mungkin aku bisa mencoba kampanye juga di luar rumahku. Anak bungsuku, sebenarnya sudah tertarik dengan sepeda yang kupakai, ketika dia coba terasa nyaman dan dia bilang cocok untuk ke kampus.

Ibunya yang belum memberi sinyal lampu hijau atau kuning, yang jelas anak mbarepku, yang dulu tiap hari memakai sepeda di Jepang, belum tertarik, karena modelnya belum sesuai dengan yang dia pakai saat di Jepang.
Semoga saja suatu saat semua akan tertarik dengan e-Bike ini, semoga !