Solo berSeli
Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti acara Solo berseli setelah didesak oleh beberapa teman komunitas di Solo maupun Jogja yang telah lebih dahulu mendaftar dan membayar biaya administrasi, apalagi ketika temanku sanggup untuk mengambilkan race pack di hari H-1 di Solo, sehingga aku tinggal datang pas hari H saja.
Perjalanan dimulai ketika aku memutuskan untuk cancel tiket Jakarta Jogja dan menggantinya dengan tiket KAI Jakarta Solo, turun di stasiun Balapan Solo langsung cari Gudeg Ceker Solo yang legendaris dan menuju lokasi start.
Aku memutuskan untuk mengikuti acara Fondo Solo berSeli, 100 Km, karena aku ingin merasakan sensasi bersepeda di kota Solo. Aku juga ingin bertemu dengan komunitas pesepeda dari berbagai daerah, seperti yang sering kulakukan beberapa tahun lalu.
Ternyata sudah berkerumun banyak peserta untuk segera memulai start Fondo Solo berSeli, 100 Km, dari stadion Manahan Solo, melewati Karanganyar-Waduki Mulur Sukoharjo dan berputar-putar sehingga genap 100 Km baru kemudian finish kembali di stadion Manahan Solo.

Cuaca yang tadinya bersahabat dan penuh rasa aman dan damai, kemudian berubah ketika rombongan peserta sampai di waduk Mulur yang panas terik, padahal masih belum siang. Aku pun akhirnya mencari jalan pintas menuju finish, cuaca yang panas menurutku yang menjadi penyebabnya.

Namun, tidak semua peserta menyerah karena cuaca panas. Banyak peserta yang tetap mengayuh sepedanya sampai finish. Mereka tetap semangat dan bersemangat, bahkan ada yang mengajakku untuk bergabung kembali.
Ternyata cuaca panas tidak menghalangi para peserta untuk menuntaskan rute dengan penuh canda tawa. Ucapan sukses patut disampaikan buat panitia dan RC acara berseli ini, termasuk para pengisi acara, yang tetap setia berpanas ria di depan stadion Manahan.
Awal perjalanan rute berseli memang hanya keliling tempat-tempat yang menjadi landmark Solo, sehingga para peserta bisa puas berfoto ria sepanjang rute, baik menanjak di fly over maupun di jalan datar perkotaan, sangat meriah suasana sepanjang menggayuh sepeda. Senyum selalu tersungging di bibir dan canda tawa menemani sepanjang rute, maklum rute dalam kota, sehingga mereka masih bergerombol dan tindak terpisah antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

RC maupun marshal acara menjalankan tugasnya dengan baik, begitu juga para tukang foto menempati tempat-tempat yang strategis, sehingga hasil fotonya sangat memanjakan mata peserta maupun panitia untuk menyebarkan di sosmed mereka.

Memasuki pitstop 1 baru terasa medan yang rolling dan lebih segar, karena suasana hutan karet yang masih teduh dan penuh canda tawa, canda karena peserta mulai tidak kuat dengan beberapa tanjakan yang cukup menantang. Untung tanjakan yang ada hanya pendek-pendek, sehingga hanya sebentar menuntun sepeda, peserta kembali naik sepeda masing-masing dan melaju lagi, menuju turunan maupun tanjakan yang lain, sesuai dengan medan yang rolling naik sebentar, menurun sebentar.
Aku sering berhenti di puncak tanjakan untuk memfoto teman-temanku dan kembali mengayuh sepeda setelah teman-temanku lewat. Mungkin aku terbiasa jadi sweeper di komunitasku, jadi aku merasa menemui suasana yang mirip dengan beberapa event yang diadakan oleh komunitasku.

Hampir sebagian besar peserta kangen dengan acara ini dan siap untuk mengikuti event yang sama tahun depan, atau mungkin event yang berbeda dengan rute berbeda dan dengan panitia yang tidak jauh berbeda. Mari kita tunggu bersama-sama acara di Solo yang akan datang.
Aku sendiri sangat senang bisa mengikuti acara ini. Aku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, baik dari segi fisik maupun mental. Aku juga bertemu dengan banyak orang baru yang memiliki hobi yang sama denganku.

