Memimpin Dengan Hati
Sebelum meninggalkan pulau Bangka, kembali ke Jakarta lagi, aku banyak cerita tentang beberapa mantan Bosku yang suka memimpin dengan hati.
Semua bos memang punya kewajiban untuk memimpin anak buahnya, dengan segala cara yang dia kuasai dan dia sukai. Mau tidak mau dia harus memimpin. Bahkan dalam ajaran agama[ku], semua orang adalah bos.
“Setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawabannya atas apa yang dipimpinnya”( Bukhori ;893).
“Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang mencintai Rakyatnya dan dicintai Rakyatnya, dan seburuk buruknya pemimpin adalah yang membenci rakyatnya dan dibenci serta dilaknat oleh rakyatnya.” Hr Muslim
Kadang saking semangatnya memimpin, para bos suka lupa bahwa mereka kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Mereka memimpin dengan kekuasaan jabatan yang dia pegang.
Ciri bos seperti ini biasanya “tidak tahan terhadap kritik” dan “cenderung memaksakan kehendaknya”, ujung-ujungnya jadi marah kalau kehendaknya ditentang oleh anak buahnya atau lingkungannya.
Ada bos yang suka menggunakan kata,”sebaiknya” dibanding kata “seharusnya”. Ada juga yang lebih suka berkata,”nanti biar gak salah lagi, bagaimana cara ngerjakannya?” daripada bilang,”cara ngerjakannya salah tuh, begini nih yang benar…”
Secara otomatis [manusiawi], selalu muncul perlawanan dari diri seseorang bila di awal kalimat sudah muncul “judgemnet” tentang kesalahan yang kita perbuat.
Meskipun faktanya, kita memang salah, tapi hati kita bisa menjadi luluh [bin trenyuh] ketika bos sama sekali tidak menyinggung kesalahan kita, justru bos aktif mencari solusi terhadap kesalahan yang kita perbuat.
“Wah, ternyata yang kita perbuat kemarin membuat aliran dana tersendat. Nih data yang dikirim oleh proyek A. Gimana solusinya ya agar dana di semua proyek tidak tersendat.”
Nah, pernyataan itu akan menyejukkan hati kita [soalnya kemarin kita membuat keputusan yang salah tanpa persetujuan bos, tetapi bos mengatasnamakan kesalahan itu pada kelompok, bukan pada stafnya, si pembuat keputusan salah].
Bandingkan dengan kata-kata ini,”Kamu ini sudah dibilangin, kok masih membuat kesalahan aja sih. Seharusnya kan bla..bla..bla…”
Wah, kuping kita langsung pasang mode :”BUDEG”. Terserah bos mau bilang apa, yang penting aku gak dengar.
Yang bikin lebih sakit lagi, ucapan yang dilontarkan bos itu terjadi di depan anak buah kita.
Huaduh sakitnya hati ini. Kalau saja boleh, pasti sudah kujitak tuh kepala bos yang suka meruntuhkan kehormatanku di depan orang lain.
Alhamdulillah, selama hidupku ini aku lebih banyak dipertemukan dengan bos yang suka memimpin dengan hati. Ada sih yang tadinya memimpin dengan “POWER”, tapi ketika “POWER”-nya makin redup diapun akhirnya mulai meninggalkan kepemimpinan dengan “POWER” itu. Sedikit demi sedikit dia mulai memimpin dengan hati, mulai mau memeluk anak buahnya [tidak hanya menyodorkan tangan, tapi aktif merangkul dalam pelukannya].
Senangnya mereka yang sudah ikut pelatihan ESQ.
Mereka sudah mengenal dengan baik bagaimana menjadikan suara hati [GOD SPOT] sebagai pemimpin semua organ tubuhnya, sehingga semua yang dikerjakan adalah cerminan dari suara hati yang paling jernih dan paling jujur. Itulah 99 suara hati terbaik di dunia, karena itu adalah Asmaul Husna [99 nama Allah]
Kalau Gede Parma menulis tentang “Memimpin Dengan Hati”, maka ESQ mengajari kita bagaimana caranya menghancurkan belenggu yang membuat hitam suara hati kita, sehingga suara hati kita menjadi bersih dan dapat menyinari lingkungan kita.
“Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak mamfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”(HR. Tirmidzi)
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya) dan aku (Nabi SAW) adalah sebaik-baik kalian bagi keluargaku” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti sebatang pohon kurma. Apapun yang kamu ambil darinya akan memberikan manfaat kepadamu.” (HR. Ath-Thabrani)
Selamat Memimpin [keluargamu]

Ping-balik: SBY, dimana kau berpijak? | bloggerbekasi.com
Ping-balik: Pondok Cinta (YoGyA) | Buaya tak butuh Cicak
Ping-balik: Pasutri Berantem : Wajib Deh !:-) | bloggerbekasi.com
Ping-balik: Gosip [20] « Kisah Hikmah
Ping-balik: Public Blog Kompasiana» Blog Archive » Leadership dan Customer Focus
Ping-balik: Pondok Cinta (YoGyA) | Leadership n Customer Focus
Ping-balik: Public Blog Kompasiana» Blog Archive » PASUTRI, Bertengkarlah Secepatnya Sebelum Terlambat!
Ping-balik: Berantemlah wahai PASUTRI [biar meriah rumahmu] « PoJoK YoGyA (lagi)
Ping-balik: Pondok Cinta (YoGyA) | Tentang angka 23
Ping-balik: 23 : Angka Ajaibkah [?] « PoJoK YoGyA (lagi)
Ping-balik: Pondok Cinta (YoGyA) | Barack Pbama vs Kaji [manteb]
@Ramon
semoga lebih baik ya Lay?
Salam
SukaSuka
Ping-balik: SHEQ Blog » Blog Archive » Barack Pbama vs Kaji [manteb]
yuk tunggu tanggal mainnya? moga2 bisa lebih baik
SukaSuka
Ping-balik: Barack Pbama vs Kaji [manteb] « PoJoK YoGyA (lagi)
Ping-balik: Barack Pbama vs Kaji [manteb] « PoJoK YoGyA (lagi)
Ping-balik: CHelSeA YoGyA » Blog Archive » Barack Pbama vs Kaji [manteb]
Wah bos Rafi akhirnya muncul juga.
Udah lihat kawan bang Rafi yang tak foto di Pantai Parai Pulau Bangka belum?
Ada tuh di
https://eshape.wordpress.com/2008/10/21/gadis-pap-di-parai/
He..he..he… bang Rafi emang ngetop AbiZZ
Salam
SukaSuka
Luar biasa tulisannya…………… habis dapat ilham di pantai bangka ya…..,
lanjut bos sangat bermanfaat…………… kita kadang-kadang tidak menyadari,
klo kita ini pemimpin tapi yang disadari adalah bahwa kita ini adalah pimpinan……… inilah bedanya.
thanks brother.
SukaSuka
Ping-balik: www.triaji.net/blog
sedikit berbagi:
http://www.triaji.net/blog/2008/11/04/hamburger-untuk-kritik-membangun-cocok-juga-bagi-vegetarian/
dari:
http://n8tip.com/the-hamburger-method-of-constructive-criticism-works-for-vegetarians-too
SukaSuka
@Jiwa Rasa
senang atas tambahan komentarnya, begitulah kalau memang kerja dijadikan sebagai ladang amal, maka kerjaan jadi ringan, prestasi makin baik dan hasilnya semua senang
dunia dan akhiratpun didapat
insya Allah,
amin
salam
SukaSuka
Salam,
Andaikata semua kita sedar akna tanggungjawab masing-masing, dunia kan jadi aman.
Kerja sebagai ibadah, semua yang kita lakukan pasti ada pertanggungjawabannya nanti
Bagus kandungan blog ini. Teruskan menulis!.
SukaSuka
makasih tambahan komentarnya, melengkapi dan memperindah artikel di blog ini
semog amenajdi amalan yang baik
amin
salam
eshape
http://eshape.blogdetik.com/
SukaSuka
Jadi inget salahsatu ayat yang memerintahkan agar nabi SAW (dan ummatnya) agar bersikap lemah lembut, memintakan ampunan bagi orang yang berbuat salah, memaafkan dan bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu perkara.
Asbab an-nuzul dari ayat tersebut berkaitan dengan kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud yang disebabkan oleh ketidakdisiplinan pasukan muslim dalam melaksanakan perintah Rasulullah SAW sebagai panglima pasukan muslim.
Beliau SAW sebagai pemimpin ummat, pembawa risalah dan komandan tertinggi pasukan tentu saja memiliki hak penuh untuk marah dan menghukum pasukannya yang tidak mengindahkan perintahnya. Namun dalam praktiknya, beliau SAW tidak menegur dengan keras terlebih menghukum mereka yang melanggar disiplin dan perintah secara berlebihan, bahkan memaafkan dan memintakan ampunan kepada Allah SWT.
kejadian tersebut hanya sepenggal gambaran sosok dan gaya kepemimpinan Nabi SAW yang mengkombinasikan kebijaksanaan dengan ketegasan. 😀
SukaSuka