Runner dan Goweser kota

Kata gajul di topi anggota komunitas karmapit, kadang menimbulkan banyak pertanyaan yang ngalor ngidul, sehingga akhirnya aku harus menulis tentang makna kata gajul yang tertulis di topi anggota komunitas karmapit.

Nilai-nilai GAJUL memiliki makna dan manfaat yang mendalam bagi anggota dan masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari nilai-nilai GAJUL:

• Guyub: Guyub berarti rukun, harmonis, dan bersatu. Nilai ini menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda saling menghormati, menghargai, dan mendukung satu sama lain. Nilai ini juga menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki tujuan dan visi yang sama, yaitu mencintai olahraga bersepeda dan lingkungan.
• Adem: Adem berarti tenang, damai, dan nyaman. Nilai ini menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki sikap dan perilaku yang santun, sopan, dan ramah. Nilai ini juga menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki suasana dan lingkungan yang menyenangkan dan kondusif.
• Jujur: Jujur berarti benar, tulus, dan terbuka. Nilai ini menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi. Nilai ini juga menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki komunikasi dan informasi yang transparan dan akurat.
• Universal: Universal berarti luas, inklusif, dan beragam. Nilai ini menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki pandangan dan pemahaman yang luas tentang dunia dan isu-isu global. Nilai ini juga menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki sikap dan perilaku yang inklusif dan toleran terhadap perbedaan dan keragaman.
• Low Profile: Low Profile berarti rendah hati, sederhana, dan tidak sombong. Nilai ini menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Nilai ini juga menunjukkan bahwa anggota komunitas sepeda memiliki prestasi dan karya yang berkualitas tanpa harus pamer atau bangga diri.

Dengan semangat values GAJUL, aku hari ini ikut dalam acara Solo berSeli, dengan jarak tempuh 100 km, aku berangkat dari Jakarta via KAI Argo Lawu yang turun di Solo Balapan menjelang subuh. Rasanya ikut menyemarakkan acara yang ramah lingkungan ini, sedikit banyak akan memberi pengaruh yang baik bagi mereka yang tidak ingin terjadinya pendidihan global yang makin menggema di saat ini.

Aku memang ingin mendukung kebijakan dan bisnis yang berkelanjutan sebagai salah satu tindakan untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan kurasa dengan mendukung kebijakan kota solo berseli ini akan merupakan kegiatan yang cocok dengan minatku.

Seusai acara aku mendapat bingkisan besek berisi kuliner solo yang baru viral, gudeg koyor mercon, klop dah dengan perutku yang sudah perlu diisi lagi seusai acara. Memang tidak bisa kusantap di commuter line yang kunaiki, karena penuhnya penumpang, tapi semua gudeg koyor mercon itu toh akhirnya bisa ludes kusantap begitu aku sampai rumah Jogja.

Hari ini memang memuaskan dahaga akan rindu yang lama terpendam dengan teman-teman bersepeda di komunitas sepeda jakarta yang lama tidak kutemui.

Lain kali aku akan datang lagi ke waduk Mulur, salah satu pitstop acara solo berseli, paling tidak akan mempelajari serba sedikit tentang waduk mulur yang penuh memori. Waduk Mulur juga memiliki sejarah yang menarik, seperti legenda Ratu Mulur, yang konon adalah putri dari Raja Majapahit yang menikah dengan seorang pangeran dari Mataram. Legenda ini menjadi asal usul nama Desa Mulur dan Waduk Mulur.

Waduk Mulur memiliki luas genangan air sekitar 40 hektar dan memiliki kapasitas sekitar 2 juta meter kubik air. Waduk ini dibangun pada tahun 1985 dengan tujuan untuk mengairi lahan pertanian di sekitarnya. Lain kali aku akan datang bersama penduduk asli mulur, sehingga bisa bercerita lebih banyak dan langsung dari pendapat penduduk asli Mulur.

Aku juga teringat komunitasku Karmapit, kagama Rame-rame mancal PiT, yang terletak bulak sumur, mungkin dulu juga bekas bulak yang panas kering kerontang 🙂