SABAR – SUBUR


Menjelang subuh aku ngePLURK dulu sebelum masuk ke kamar mandi.

“Abis Subuhan ngapain ya?”
“Jalan-jalan atau ngeBLOG ya?”

Salah satu tanggapan dari kawan plurker adalah : “sebaiknya ngeBLOG saja”.

Saran yang menarik memang, tapi yang kupilih akhirnya bukan langkah itu. Aku keluarkan sepeda tandem dan sepedaan sama Lita [anak nomor duaku].

Melihat aku mau sepedaan sama Lita, adiknya [LiLo] rupanya tertarik untuk ikut. Jadilah kami bertiga sepedaan keliling komplek, sambi nyari pulsa XL [kelamaan nggak dipakai ternyata expired, padahal pulsanya masih banyak tuh]

Sejak beberapa minggu ini memang aku jarang di rumah. Mulai dari jalan-jalan ke Pantai Parai di Pulau Bangka, bercanda sampai malam di Proyek GOR Boker, ngobrol ngalor ngidul dengan para “executor” di Proyek Kali Progo [YoGyA] sampai bersantai ria bersama teman-teman Serikat Pekerja di Cisarua.

Semua “kesenangan” itu harus ditebus dengan jarangnya ketemuan dengan anak istri, sedangkan bagi anakku, mereka jadi jarang ketemuan sama bapaknya. Begitulah jika kita menjadi pekerja yang selalu mencoba menganggap pekerjaannya sebagi ladang amal yang perlu dikerjakan dalam kondisi yang penuh keceriaan.

Kadang saat menjelang tidur, terpikir olehku akan anak istri yang jarang kutemui. Kupikirkan dalam-dalam, apa sebaiknya yang kukerjakan bila nanti bertemu anak istriku. Ketika saat pertemuan dengan anak istri tiba, kadang apa yang ada dalam angan-angan lain dengan yang terjadi kemudian.

Pas sampai di rumah, kadang yang terlihat adalah piring kotor yang berserakan atau kendaraan yang ditaruh di tempat yang tidak semestinya, atau apa saja yang mengganggu pandangan mata.

Disinilah kesabaran dan ketenangan sangat dibutuhkan. Kadang emosi [karena kecapekan di jalan menuju rumah] langsung meledak melihat kondisi yang tidak sesuai dalam bayangan otak. Buyarlah sudah semua rencana pertemuan yang sudah disusun rapi. Senyum yang tadinya siap dikembangkan langsung meredup dan berganti dengan tarikan wajah kaku dan keruh.

Tidak ada saat sabar untuk bertanya, kenapa piring kotor begitu banyak atau kenapa lantai begitu kotor. Yang ada hanya rasa jengkel dan bobolnya tembok emosi.

Jika ada rasa berbaik sangka, tentunya hal seperti di atas tidak mungkin terjadi. Namun kata baik sangka memang hanya mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dilaksanakan, padahal jika benar-benar mau berbaik sangka, maka semuanya akan mengalir begitu lancar.

Seperti mobil yang berhenti dan didorong, maka dibutuhkan kekuatan dorongan yang sangat besar di awal proses pendorongan mobil. Baru setelah mobil mulai bergerak, maka dorongan yang kecilpun akan sanggup membuat mobil tetap bergerak.

“Dan jadikan sabar dab shalat sebagai penolongmu ( Al-Baqarah:153 ) “

6 komentar

  • avatar Eko Sutrisno HP

    @Omiyan

    makasih doanya
    semoga kita sama-sama punya keluarga yang sakinah mawadah warochmah
    amin

    salam

    Suka

  • avatar omiyan

    jadi ayah yang baik dan jadi suami yang penuh kasih sayang…

    Suka

  • avatar Eko Sutrisno HP

    @Lita

    ya kalau bisa kompromi ya kita kompromikan mbak
    kalau bs adipermudah kenapa harus dipersulit,
    gitu ‘kali

    salam

    Suka

  • avatar Lita

    Wah, om eshape tipikal family man
    Akhirnya semua berujung pada kompromi kan om eshape?
    Kompromi dan kompromi…

    Suka

  • avatar eshape

    @Lita

    Kayaknya aku juga suka mikir pacar yang jauh di mata [dan dekat di hati], kadang sampai gakbisa tidur [ceile…], cuma sikonnya lain banget.

    Dulu aku memang jauhan sama pacarku, kalau sekarang kan dekat sama anak istri tapi gak sempat punya waktu yang cukup untuk becengkerama.

    Tidak semua orang seperti aku, ada yang jauh lebih baik dan mungkin ada beberapa yang sama dengan aku.

    Ada tipe orang yang begitu kakinya sudah diluar rumah, maka urusan rumah sudah dia percayakan pada uhan, tapi ada juga yang modelnya biarpun baru setengahlangkah saja sudah kepikiran dengan yang akan ditinggal pergi.

    Begitulah warna warni dunia ini.

    Salam

    Suka

  • avatar Lita

    Om eshape, hehe waktu belum nikah sering mikir hal yang sama juga ngk?
    Maksudku, dulu sebelum tidur, mikirin kekasihnya om eshape karena ngk pernah disambangi juga karena sibuk kerja. Trus kalo dibandingin diantara keduanya, merasa bersalah yang mana?
    Hmm, semua pria sering merasakan hal yang seperti itu ngk om, merasa bersalah karena ngk punya waktu sama orang terdekatnya? Ato tergantung sensifitas aja.

    Btw, salam kenal juga ya om 😀

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Lita Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.