Salut buat FEDUs [Family Education Series]
Menjelang pemilu kemarin, aku mendapat sms dari pak Ibnu Qosim, isinya mengundang anak-anakku yang masih remaja untuk ikut acara pelatihan motivasi dan leadership ala kubik.
Pak Qosim ini aktif banget membuka cakrawala para remaja, agar nanti saat mereka dewasa sudah lebih siap menghadapi hidup dan kehidupan yang semakin keras ini.
Kegiatan pak Qosim beragam banget, mulai dari perpustakaan mini, perpustakaan kunjungan, seminar, pengembangan masyarakat maupun pendampingan [parenting]. Mau tahu tentang pak Qosim bisa dilihat di FEDUs [Family Education Series] dengan alamat http://www.fedus.org/
Acara yang diadakan di klinik Rizki ini sedianya dimulai jam 08.00, tetapi karena berbagai hal terpaksa mundur setengah jam lebih.
Instrukturnya kulihat sangat memadai untuk membimbing audience yang cukup beragam. Tidak gampang memang mempunyai audience yang beragam seperti ini dan pak Instruktur terlihat sudah bekerja keras demi tercapainya tujuan pelatihan ini.
Acara ini sebenarnya sangat mengherankan aku. Di saat orang lain susah mencari duit, maka pak Qosim dkk telah membuang duit untuk melaksanakan acara ini.
Bayangkan, untuk acara seperti ini hanya ditarik biaya Rp. 10.000 per orang. Padahal pasti panitia mengeluarkan banyak duit untuk acara ini.
Sewa gedung misalnya, pasti ada biayanya. Namun ketika kutanyakan, ternyata sewa gedung ini gratis, demikian juga snack maupun makan siang adalah sumbangan dari para donatur.
Terus instrukturnya juga ternyata tidak dibayar alias gratis.
Sungguh usaha luar biasa untuk mencerdaskan remaja kita. Apalagi kalau melihat perangkat sound systemnya yang cukup memadai, artinya penyelenggaranya benar-benar serius menjalankan acara ini.
Kalaulah ada saran untuk perbaikan, maka aku mencatatkannya di blog ini, setelah melakukan wawancara dengan anakku yang ikut acara itu. Semoga bermanfaat buat pak Qosim yang mungkin membacanya.
1. Tidak adanya ice breaker yang benar-benar diyakini sudah mencairkan suasana. Hal ini mungkin terjadi karena terlambatnya beberapa peserta, sehingga instruktur lupa untuk mencairkan suasana yang terlihat masih kaku.
2. Sebaiknya di awal acara diajarkan dulu yel-yel untuk menyemangati peserta. Yang umum biasanya dengan ucapan Selamat Pagi dan peserta wajib menjawab dengan jawaban “PAGI”. Di pertengahan acara, instruktur mencoba memberi salam ini, tetapi peserta yang belum diajarkan cara menjawab hanya terdiam saja.
3. Salah satu Instruktur sudah sangat ahli untuk audience yang homogen dan berusia dewasa, sehingga ketika menjumpai audience yang heterogen maka terlihat kurang konsentrasi dan hukum alampun berlaku, audience merasakan kurang yakinnya pembimbingan dari sang instruktur.
4. Instruktur juga kurang banyak bergerak menguasai “stage”, kecuali untuk acara Semut-Gajah-Ular, sehingga hanya peserta yang duduk di depan saja yang bisa berinteraksi dengan isntruktur.
Meskipun demikian, dengan segala hal tersebut di atas, aku patut mengangkat jempol buat kegiatan ini.
Salam Semangat.
Aku sangat yakin, ke depan nanti, pelatihan ini akan makin sukses dan barokah. Amin.

@Nazaruddin Margolang
Wah saya senanag dengan motonya
“Lakukan yang terbaik”
Go the Best [?]
Makasih
SukaSuka
Permisi Pak…. numpang lewat….. great blog !
SukaSuka