KCB [Ketika Cinta Bertasbih] : Two Thumbs Up
Luar biasa, itulah kata yang patut diucapkan oleh para penonton film KCB. Dikurangi nilai minus pada beberapa adegan atau materi cerita, tetap KCB layak mendapat acungan dua jempol sekaligus.
Jalan cerita memang rumit, tapi tetap dijaga dengan baik, sehingga tetap mengalir dengan lancar. Tokoh-tokoh cerita yang begitu banyak juga tidak mengaburkan jalan cerita. Semua mendapat porsi yang pas, sehingga penonton tidak kehilangan fokusnya.
Sambutan penonton juga luar biasa. Dua studio yang disiapkan untuk memutar film ini full house dantidak ada kursi tersisa, sehingga manajemen gedung bioskop memutuskan untuk memakai studio ketiga, agar penonton yang terlanjur datang tidak kecewa karena kehabisan tiket.
Kisahnya sendiri, meski berbelit-belit, tetapi mudah diikuti, karena karakter masing-masing tokoh dapat ditampilkan dengan baik oleh sutradara. Aku yakin mas Chaerul Umam telah bekerja keras untuk ini.
Label dijamin MESIR asli, kukira tidak perlu ditonjolkan di film ini, karena Mesir hanya merupakan latar belakang cerita saja. Tanpa ke Mesirpun, cerita ini sudah sangat kuat penokohannya.
Yang lebih mencenggangkan lagi adalah keputusan untuk menbuat sekuel kedua dari film ini. Ini penyelesaian yang cerdas dari pencetus ide. Bila dilaksakan untuk satu film, maka akan banyak adegan yang terpaksa dipotong dari naskah aslinya.
Tentu Habiburrahman El Shirazy kurang berkenan jika film ini jadinya dipaksakan untuk selesai satu film saja.
120 menit panjang film ini terasa begitu cepat berlalu. Humor menggelitik dan adegan-adegan yang menguras air mata membuat penonton terpaku di kursi masing-masing. Hebatnya lagi, meski menguras air mata tapi bukan karena diberi bom air mata laiknya tayangan sinetron di beberapa TV kita.
Adegan saat pinangan di penghujung cerita, meski tidak lazim tetapi memberikan warna lain dalam pemahaman agama Islam.
“Kalau aku tidak suka suamiku makan jengkol dan kemudian melarang suamiku makan jengkol, maka bukan berarti aku mengharamkan jengkol”, begitu ucap sang pengantin wanita.
“Kalau aku tidak suka dimadu bukan berarti aku mengharamkan poligami”, begitulah kira-kira arahnya.
Kalau kita pernah nonton AAC ataupun PBS, maka film ini layak untuk menjadi tontonan selanjutnya.
Selamat menonton.
============
cuplikan dari internet :
MEGA FILM KETIKA CINTA BERTASBIH diangkat dari novel mega best seller Asia Tenggara, karya penulis bertangan dingin Habiburrahman El Shirazy.
Film yang menceritakan kehidupan tokoh utamanya Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Al-Azhar University, Kairo.
Cerita yang bisa menjadi inspirasi bagi kita, ketika melihat bagaimana kerja keras sang tokoh yang menuntut ilmu sekaligus berjuang menghidupi ibu dan adik-adiknya di kampung.
Cerita yang juga bisa menuntun kita, ketika melihat usaha dan perjuangan Khairul Azzam dalam menemukan jodohnya dengan tetap selalu teguh berpedoman kepada ajaran agama
Setting filmnya sendiri benar-benar disesuaikan dengan gambaran yang ada di novel.
Penonton benar-benar akan dimanjakan dengan pemandangan Kota Kairo, Sungai Nil, Pyramid, Sphinx, Kota Alexandria dengan pemandangan laut Mediterania yang indah, Benteng Qait Bay, dan banyak lagi landscape Mesir yang sangat menarik dalam film ini
updated :
pada tanggal 17 Juni 2009, KCB makin meledak di pasaran, dengan penonton harian selalu > 100 ribu, maka angka penonton > 5 juta kelihatannya akan tercapai [jauh melampui perolehan AAC ataupun Laskar Pelangi]
lucunya di lingkunganku, ada dua kubu yang benar-benar berbeda reaksinya terhadap film ini,
satu kubu bilang ceritanya sinetron banget dan nggak ada apa-apanya [bersambunbg lagi !:-), begitu kata mereka]
di kubu yang lain, malah belum puas nonton sekali, sehingga perlu nonton lagi untuk merasakan roh dari film itu
memang film ini laiknya sebuah karya seni yang lain, selalu ada pro dan kontranya
silahkan putuskan sendiri, mau nonton atau tidak
salam
…
.





Film yang sangat sarat nilai di tengah gempuran film-film bergenre horor dan lainnya. Film seperti ini, kalau menurut hemat saya, sangat bermanfaat dan bernilai bagi bangsa ini yang haus akan figur teladan khususnya dalam dunia perfilman.
memang sudah selayaknya, sebuah film dapat membawa pesan moral yang dapat membawa penontonnya ke arah kehidupan yang lebih baik. Semoga trend positif seperti ini dapat terus berlanjut demi memajukan dunia perfilman di tanah air.
Pasang Iklan Gratis
SukaSuka
Salam
makasih komentarnya,
bisa jadi komentar penyeimbang
salam
SukaSuka
Ping-balik: Public Blog Kompasiana» Blog Archive » Rumah Sehat Kompasiana berdiri di Samikuring
Ping-balik: GARUDA GIBOL « PoJoK YoGyA (lagi)
aq pengen nonton KCB 2 segeraaaaaaaaaa dunk,kang abik kapan neh yang ke-2
SukaSuka
Setahuku, KCB2 akan diputar bulan depan, tapi kalau KCB1 masih laris manis, pasti diundur deh.
Kita tunggu saja dan kita doakan lebih baik lagi dibanding KCB1
Biarkan pendukung film ini untung besar dan bisa membuat film yang lebih baik lagi
Salam
SukaSuka
sama, lagi nunggu kcb2 juga….
SukaSuka
hehe, tetep..bagusan novelna 😀
SukaSuka
wah kalau ini memang sudah rumus umum mas Nur
belum kutemukan juga film yang lebih bagus dari novelnya
salam
SukaSuka
Alhamdulillah , sudah ke 3 kalinya, selain AAC, Laskar Pelangi, dan Sekarang ketika cinta bertasbih, Indonesia melahirkan film-film bermutu, sebagai seorang yang telah membaca bukunya , saya sangat berkesan dgn film ini, tidak ada bagian yang terpenggal, dan semua disambungkan secara sempurna, walaupun masih ada kurang greget pemain-pemainya , namun untuk peran, anna, azzam, eliana semua sesuai porsi tidak berlebihan. karena mmg alur cerita di sesi 1 ini masih datar, nanti di sesi 2 alur ceritanya lebih berwarna, Selamat ya untuk Pak Chaerul Umam, dan salut untuk penulisnya, kita tunggu sesi 2 , jangan lama-lama ya
SukaSuka
@Nina
mbak Nina ini masuk golongan yang demen sama film ini ya
sama donk..!:-)
tapi
mari kita hargai juga mereka yang belum suka dengan film ini
salam
SukaSuka
Saya nonton film ini bareng istri seminggu yang lalu. Satu kata yang bisa saya katakan
FILMNYA JELEEEEEEEEK. ^_^
Semuanya tampak kacau. Nonton KCB, seperti nonton sinetron panjang, yang terpaksa di”pendekkan”, dengan konsep mengambil adegan yang penting ada, yang penting terwakili apa yang ada di buku. Alur cerita tidak berjalan mulus. Terlalu kasar. Akting yang kacau beliau (newbie banget). Pedalaman karakter yang tidak ada. Latar musik berantakan. (coba dengar kembali latar belakang musik “HOROR”, waktu furqan dijebak…mirip G-30 S PKI he…3x……Fluktuasi perasaan yang sangat tiba-tiba. (Inget adegan waktu husna lagi cerita tentang azzam ke anna di rumahnya. Gak ada angin hujan langsung nangis….hi…3x, Garing banget) Wah….kacau deh.
Jangan dibandingkan dengan laskar pelangi dong. Itu sih bagus banget Istri saya saja sampai betah nonton di bioskop sampe 3x. belum dihitung yang sama DVD bajakannya. Sama AAC juga kalah jauh.
Paling yang cukup menghibur, tingkahnya si hafez yang suka ma cut mala he….3x
Tolong reviewer bersikap objektif. berikan satu….alasan saja, yang membuat kita bisa duduk manis nyaman nonton film ini dan BERKESAN setelah pulang bioskop. Terus terang, nonton film jelek buat hati uring-uringan.
Nyesel saya tidak menuruti masukan teman-teman sekantor yang sudah nonton duluan, yang juga turut kecewa. Hiks……3x
Ket:
Sebelum nonton AAC, KCB juga Laskar Pelangi, saya sudah baca novelnya. Berbeda dengan istri, yang tidak suka baca. Dan kita sepakat. Bagi yang mau nonton, Selamat kecewa.
SukaSuka
@Ilyas
Makasih masukannya mas Ilyas
Begitulah dunia seni mas, ada yang suka musik A dan ada yang suka musik B, ada yang benci musik C dan ada juga yang benci musik D.
Semuanya syah-syah saja.
Demikian juga dalam dunia seni film. Ada yang kecewa dengan film ini, itu juga hak mereka. Seperti juga ada yang begitu gandrung dengan film horor atau film sex, itu juga hak mereka.
Kebetulan saya belum suka film horor atau film sex.
Film AAC saya tonton dan banyak adegan yang menurut saya kurang pas, misalnya adegan berduaan di tepi nil [?]
Laskar pelangi saya juga suka.
Semua film yang non horor dan sex, aku banyak sukanya. Meski begitu KCB juga punya banyak kelemahan. Bakul tempe dan bakso sambil nyambi kuliah agak susah dibayangkan bisa menghidupi keluarga di Indonesia dan hidup nyaman di Mesir.
Jadi, intinya film ini pasti ada yang pro dan ada yang kontra. Mas Ilyas termasuk yang kontra, tentu saya hargai.
Saya tetap ingin melihat kelanjutan film ini.
Kebetulan anak saya juga suka nonton film ini sampai lebih dari sekali.
Salam
SukaSuka
no comment
SukaSuka
hmmm….
mau komentar apa ya aku?
salam aja ya…
SukaSuka
bagus bagus tp sayang ga ada beda dgn aay cumi sdkt perubahan doankkkkkkkkkkkk kurang kreatif achhhhhh
SukaSuka
makasih komentarnya
salam
SukaSuka
KCB…mnurutku Kang Abik tlalu berhasrat pgn bkin film ini semirip novelnya
pdahal novel dan film adalah 2 karya yg berbeda
kalo kita ingin menonton film yg persis dg novel, y mending bca novelnya aj.
bukankah imajinasi masing2 org berbeda
KCB terkesan monoton. apalagi bersambung…
g ush nonton film, udh cukup novel
cz critanya persis sama
gada efek penasarannya…
masi mending AAC alurnya agk berbeda
tapi kalo mending2 an…
masi mending LASKAR PELANGI…
KCB kelaut aja
SukaSuka
Laskar Pelangi memang film bagus
Saya jadi ikut2an pingin ke pantai Babel, dan ketika akhirnya main-main ke Pantai PARAI Bangka, maka rasanya seperti jadi bintang film Laskar Pelangi
Sayang film itu tidak dipertandingkan dengan Slumdog Millionaire ya…
Salam
SukaSuka
saya kok malah sebaliknya ya?
alur yang lambat dan tidak jelas. beberapa adegan dan dialog yang seharusnya bisa mengharukan toh nyatanya tidak bisa memaksa saya terharu. saya masih nggak bisa nebak ke arah mana ceritanya mau dibawa sampe dengan akhir film.
mungkin gara2 pemainnya kebanyakan bintang film karbitan, pak
SukaSuka
begitulah yang namanya karya seni
tidak ada yang jelek atau bagus
yang ada sebenarnya hanyalah cocok dan tidak cocok
Mamang [Chaerul Umam] memang suka begitu modelnya,
jadi ada yang suka [cock] dan pasti ada juga yang tidak suka [tidak cocok]
piss ya mbak..
salam
SukaSuka
Salam jumpa kembali mas joe…..
Ya…setiap manusia mempunyai sense of art yg berbeda-beda. Ini dipengaruhi oleh banyak hal seperti latar belakang sosial, lingkungan, emosi, intelegensi bahkan status sosial.
Jadi untuk menilai sebuah karya seni memang susah jika di lihat dari sedikit sisi dan sah-sah saja kalau banyak penilaian yg muncul.
Saya sendiri belum menemukan alasan yg cukup kuat untuk menonton KCB ini….rasa penasaran saja belum cukup kiranya kecuali di traktir Pak Eko… 😀
*mas joe nonton KCB pasti gara2 pemeran wanita KCB berjilbab semua 😉 *
SukaSuka
Wah mas Riky kok ngomongnyatelat ya
baru saja saya kasihkan dua tiket gratis dari kompasiana pada anak saya, padahal dia tidak butuh2 amat
berarti belum jodoh ya…?
salam
SukaSuka
hahaha, sedikit-banyak memang begitu. selain sudah lama nggak seru2an rame2 sama anak2 di kampus 😆
SukaSuka
blognya bagus ya?
hehehehe…..jadi kepingin mbagusin tema nih
sayang nggak cukup ilmunya
SukaSuka
Sebagai seorang penggenar film dokumenter saya sebenarnya kurang bisa menikmati film2 jenis begini. Bahkan film Ayat-Ayat Cinta aja saya belum nonton walau udah di puter berulang-ulang oleh istri di rumah.. 😀
Tapi setelah baca review pak Ekko jadi penasaran pengen nonton….saya bisa nangis ga ya..?? 😉
SukaSuka
waduh beban moral iki
semoga selera pak Riky gakjauh beda dengan saya,jadi pulang nonton bisa kasih komentar lagi
salam
SukaSuka
Label dijamin MESIR asli, kukira tidak perlu ditonjolkan di film ini
setuju
Humor menggelitik
setuju
adegan-adegan yang menguras air mata
sama sekali tidak setuju, kalo arek Suroboyo bilang GAK BLASS!!!
emang sih ada adegan yg bikin terharu, sedih, TAPI hanya sekedar sedih dan haru aja tanpa bikin penonton terbawa banget. dengan kata lain sedihnya gak bikin sedih banget harunya gak bikin terharu banget. kurang nendang!!!
🙂
peace mas
🙂
SukaSuka
wah dobel postingan mas Rusa Bawean
gpp deh
salam kompak selalu
peace
SukaSuka
Label dijamin MESIR asli, kukira tidak perlu ditonjolkan di film ini
setuju
Humor menggelitik
setuju
adegan-adegan yang menguras air mata
sama sekali tidak setuju, kalo arek Suroboyo bilang GAK BLASS!!!
emang sih ada adegan yg bikin terharu, sedih, TAPI hanya sekedar sedih dan haru aja tanpa bikin penonton terbawa banget. dengan kata lain sedihnya gak bikin sedih banget harunya gak bikin terharu banget. kurang nendang!!!
🙂
peace mas
🙂
SukaSuka
peace juga mas
makasih atas pandangan dari sudut pandang yang lain
membuat pembaca tidak hanya menerima satu macam informasi saja
salam
SukaSuka
ngomong gampang cak, emange kowe iso niru?? salut karo kang abik, dalam kisahnya juga terjadi pada diri ane, gak gampang rek ditinggal wong tuwo. pomaneh sih nom koyo aku. ngrumat adik isih cilik-cilik
SukaSuka
bener mas Agus
namanya karya seni memang tidak bisa hitam putih, selalu ada yang multi interpretasi
jadi ada yang merasa cocok dan ada yang merasa tidak cocok dengan suatu adegan atau suatu rangkaian adegan
mari kita saling menghargai pendapat orang lain
bagiku sih ini film bagus yang tidak hanya cerita tentang pocong dkk, tetapi juga laris manis dan memberikan manfaat bagi insan film yang mendukungnya
salam damai [piss ah]
SukaSuka
thanks mas review nya.
mo nungguin kaset baja’annya aja ah yg mumer.
wakakakakakak,….
salam KCB.
SukaSuka
jangan keasyikan nonton film jadi lupa acara pelatihan blogger cikarang ya?
ndaftar dimana, pakai rekening siapa, hayo…!:-)
lain-lainnya kayaknya sudah siap semua tuh…..
Salam
SukaSuka