Proklamasi 17 08 05
Beberapa orang tidak merasa aneh dengan pidato proklamasi dari presiden pertama Indonesia, tapi beberapa yang lain ada yang merasa kejanggalan dari proklamasi itu.
Saat Sukarno membacakan naskah proklamasi itu, tidak banyak yang bisa mendengarkannya dan tidak akan ada yang mendengarnya kalau saja tidak ada orang kreatif yang beberapa tahun kemudian meminta SUkarno untuk merekam ulang pidato proklamasinya.

Yusuf, yang punya ide itu, langsung didamprat Sukarno.”Proklamasi itu hanya sekali!”, jawab Sukarno tegas.
Namun rupanya Yusuf tidak putus asa. Pencipta slogan “Sekali di udara Tetap di udara!” itu tidak kenal menyerah membujuk Sukarno, sehingga akhirnya di tahun 1951 SUkarnoi merekam kembali pidato proklamasinya.
Akibatnya, tidak terlihat adanya emosi yang seharusnya muncul seperti saat Sukarno membacakannya di tahun 1945. Backsoundnya juga terdengar sepi, soalnya belum ada mixing waktu itu untuk nambahi backsound.
Benarkah cerita di atas?
Aku ndengerin siaran Radio Delta FM, tangal 22 Agustus 2008, jam 17.00 ns.d 18.00. Yang diwawancarai anaknya pak Yusuf. Acara yang cukup menarik untuk disimak.
CMIIW
Salam
komentar dari Tatik :
-
TaTiK berkata… - cerita ini benar menurut versi cerita eyang Andaryoko yg aku baca dalam bukunya Dr. Baskara T.Wardaya yg berjudul “Mencari Supriyadi”.bahkan rekaman2 video proklamasi itu juga ulangan saja, krn yg asli….menurut blio pada saat proklamasi yg itu dilaksanakan keadaannya darurat banget…dilakukan didepan kediaman bung Karno yg dihadiri kurleb 20 orang dan saat itu pakainnya ya biasa2 saja….nggak pada pake jas2 segala spt yg kita liat di video2 proklamasi…dan menurut blio ( eyang Andar) & juga menurut pak Soekardjo Wilardjito ( pengawal Bung Karno) waktu itu proklamasi emang nggak sempet di rekam, makanya dilakukan pengulangan untuk direkam biar bisa di simpan sebagai file sjarah bangsa…kira2 begitu pak eko..
hmm, mungkin bisa jd ini benar krn pak wilardjoto sendiri juga mengakui….spt yg kita tau pak wilardjito ini bukan pembohong ( spt yg di sebut2 para rezim orba), terbukit MA memenangkan blio pd 8 april 2098 kemaren setelah puluhan tahun blio menjadi tapol..di asingkan & siksa dr penjara ke penjara. hiks..ngenes dech baca cerita para pelaku sejarah yg dipinggirkan..
saya sekarang lg baca “mereka menodong Bung karno-kesaksian seorang pengawal presiden” nya Soekardjo Wilardjito yg diterbitkan bln juni kemaren, br mulai sich belum finish…seru juga tuh.
Rgds,
Tatik ~ lagihobimembacabukusejarah
komentar ihsan :
iya bener kayanya pak, harusnya ekspresinya beda, lbh semangat, dr orang yg sekitarnya juga, lbh san***, harusnya waspada kl ada tentara jepang yg ngin***, pak yusuf berjasa besar, pikirannya jauh maju ke depan
komentar mas her :
wah beneran tuh pak? kok saya baru denger sekarang ya?
oh iya kemarin saya liat di tipi, ada cerita tentang teks proklamasi yg asli. gambar teks proklamasi yang ada di tulisan bapak di atas itu kan versi ketiknya yg klo nggak salah diketik oleh sayuti melik. versi tulisan aslinya sekarang tersimpan di ANRI (arsip nasional republik indonesia). ceritanya, setelah bung karno selesai menulis teks proklamasi di selembar kertas lalu diserahkan ke sayuti melik biar diketikin. nah habis itu kertas tersebut malah langsung di buang ke tempat sampah!! oleh siapanya saya kurang tahu. lalu ada seorang wartawan (lupa namanya siapa) memungut kertas tersebut karena menurut dirinya barang tersebut sangatlah berharga. wartawan tadi menyimpannya selama 46 tahun di rumahnya. setelah itu baru diberikan ke ANRI. kondisinya pun sudah sangat menyedihkan.
nggak tahu deh ceritanya gimana klo kertas asli teks proklamasi tersebut nggak dipungut sama wartawan, padahal barang tersebut jelas sangat berharga. coba bayangin klo seandainya nggak ada atau hilang lalu negara penjajah dan negara2 lain yg nggak suka indonesia meminta bukti bahwa indonesia telah merdeka dengan adanya teks proklamasi, nah gimana kita bisa membuktikannya? menurut saya versi ketikan saja belum cukup.
tanggapan :
Di mas media, cerita ini sudah banyak diselewengkan.
Apa komentar pak Yusuf terhadap penyelewengan berita itu?
Begini katanya (versi anaknya),
“…saya masih hidup saja mereka berani membuat cerita yang berbeda dengan kenyataan, apalagi kalau saya sudah meninggal, mungkin yang membaca naskah itu akan ditulis bukan saya…”
Pak Yusuf bilang ke anaknya, agar cerita ini cukup sampai disini saja, nggak usah diungkit-ungkit lagi, tapi ketika anaknya didesak untuk mengungkapkan kebenaran cerita itu, maka akhirnya dia ceritakan kejadian yang sebenarnya (versi pak Yusuf).
Kalau ndenger langsung di Delta FM, kita jadi ngeres deh, terharu banget dengan perjuangan “wong cilik” yang sekarang sudah benar2 tidak di”uwong”kan lagi itu …….
Di Repvblik ini memang banyak uwong yang tidak diuwongkan.

