Kursus Masak

Idul Qurban 2011 Alun Alun Utara Yogyakarta

Hari ini seharusnya ada lomba masak nasi goreng antar ortu di rumah. Isteriku dibantu anak nomor dua, sedangkan aku dibantu anak nomer tiga dan yurinya anak “mbarep”. Jadi bapak berpasangan sama anak laki-laki dan ibu sama anak perempuan.

Lomba yang sedianya diadakan malam minggu kemarin, diundur menjadi Minggu pagi, hari ini. Sayangnya, pagi ini pembantu gak datang, sehingga acara kembali berubah.

Kita mulai Minggu pagi dengan acara “nyupir” [nyuci piring] sendiri, kemudian menata ulang ruang tamu, karena akan ada banyak tamu di pagi ini untuk acara belajar masak “gratis” yang dikomandoi oleh istriku.

Begitu sofa mulai digeser, maka terlihatlah kotoran yang sudah menumpuk di bawah sofa, sehingga perlu sedikit “effort” untuk membersihkannya.

Jam 9.30 sang koki sudah datang, dan beberapa saat kemudian para peserta kursus masak ini sudah mulai berdatangan. Aku senang acara ini dapat dimulai tepat waktu. Kokinya pun terlihat sangat profesional terhadap waktu.

Kita memang perlu menghargai yang sudah datang tepat waktu. Tentu saja, tujuan acara tetap ditujukan untuk dapat diikuti oleh semua peserta. Disini diperlukan ”rencana A dan rencana B”, bila peserta tepat waktu maka pakai rencana A dan bila ada yang terlambat pakai rencana B.

Saat aku jadi instruktur, maka biasanya aku buka acara dengan beberapa ”ice break”, pada jam mulai acara. Dengan demikian peserta yang datang sesuai jadwal merasa dihargai, sedangkan peserta yang datang terlambat, tinggal mengikuti suasana yang sudah terbentuk.

Acara kursus masak ini, tadinya diperuntukkan buat anak-anakku, agar mereka tidak terlalu terpaku pada acara TiVi atau internet. Kami ingin menjauhkan anak-anak dari layar kaca, yang akan mengurangi kegiatan sosial mereka dan menggantinya dengan acara yang lebih bermanfaat.

Pagi tadi, sebelum acara, kukumpulkan anak-anak untuk menjelaskan tentang acara kursus ini. Ternyata tanggapan mereka kurang menggembirakan. Komentar mereka menunjukkan, bahwa mereka lebih suka hasil dari kursus masak daripada mengikuti acara kursusnya.

Kemarin, aku sudah terlalu semangat memohon anak-anak menulis di blog ibunya, dan anakku menganggap itu suatu pemaksaan, sehingga aku harus lebih hati-hati mengajak anak-anak untuk mengikuti acara kursus ini.

Begitulah, ketika acara dimulai, maka hanya anak nomor dua yang mengikutiku keluar dari kamar, bergabung dengan para peserta kursus masak. Untunglah, anak bungsu ikut juga keluar.

Biasa, memang si bungsu LiLo ini paling suka berteman dengan orang lain, sehingga meskipun dia [mungkin] tidak tertarik dengan acara kursus masak, tapi dia ingin berkenalan dengan para tamu yang hadir di rumah.

Baru beberapa menit acara dimulai, rupanya anakku nomor dua melihat kalau acara ini sangat menarik, sehingga dia masuk kamar dan memanggil kakanya untuk ikut bergabung.

Alhamdulillah, doa ortunya terkabul, tanpa perlu pemaksaan.

Peserta kursus ini begitu antusias mendengarkan ”ceramah” dari sang koki. Banyak teori masak yang disampaikan, terutama tentang kegagalan masak dan penyebab kegagalannya.

Peserta yang sebagian besar ibu-ibu terlihat mendapat beberapa pencerahan dari ”ceramah” sang koki. Apalagi beberapa remaja putri yang mungkin pengalaman masaknya tidak sebanyak para ibu-ibu.

Kulihat mereka pada mencatat apa yang disampaikan oleh sang koki. Apalagi ketika sampai acara pembuatan beberapa menu makanan.


Sang koki harus sabar mengulang komposisi menu yang disampaikan. Padahal model penyampaiannya cukup bagus. Misalnya dia kelompokan bahan masakan menjadi 3 kelompok [A, B dan C], maka yang pertama masuk ke tempat pemasakan adalah kelompok A, kemudian setelah beberapa saat, masuklah kelompok B dan terakhir kelompok C.

Hanya dalam waktu 2 jam, telah dimasak beberapa menu makanan dan bumbu makanan sebagai berikut :
1. Kue donat
2. Kare ayam [kampung]
3. Nasi [pulen] dari bahan nasi biasa [bukan dari beras yang harganya mahal]
4. Nasi liwet
5. Rujak
6. Juice buah campur
7. Es krim [aneka rasa]
8. Jus cabe
9. Santan
10. Selai kacang

Yang membuktikan bahwa menu ini bercita rasa tinggi adalah ketika masing-masing makanan itu sudah siap saji. Meski tidak berebutan, terlihat animo yang besar dari peserta untuk menghabiskan makanan yang sudah tersaji.

Anak-anak kecil yang biasanya sulit makanpun terlihat ikut antre untuk merasakan nikmatnya hasil masakan sang koki [termasuk anakku LiLo yang biasanya sulit makan].

”Ayam [kampungnya] kok empuk ya”, begitu komentar mereka.

Acara ini berakhir setelah adzan Duhur terdengar.

Minggu depan, akan dibuat menu ”chicken nuget” tanpa bahan pengawet dan beberapa menu lain [yang masih dirahasiakan].

Yang tertarik gabung silahkan datang ke rumah.

Hostnya bu Yeni [ibu eko eshape],
alamat di Jl Puspita VII Blok T.26 Montana Executive
Jababeka 17550,
telp 021.89836906.

Kabari via telp atau email [yeni.eshape@gmail.com] kalau mau bergabung.
Bisa juga kontak sama suaminya, yaitu aku sendiri eko.eshape@gmail.com

Update :

Ibu Yeni 0883087532 – 081908066333

Cungkuk 265 Jogja 55182

15 komentar

Tinggalkan Balasan ke rusle Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.