Hafalan Surat Delisa (resensi FILM)

Hafalan Surat Delisa

“Benar! Hafalan Surat Delisa adalah film keluarga yang layak tonton..”, begitu kataku setiap ada yang menanyakan kesanku ketika menonton film yang diangkat dari Novel dengan judul yang sama ini.

Tiket Hafalan Surat Delisa

Bagi yang memperhatikan animasi di film ini, baik itu peristiwa tsunaminya atau animasi lainnya, tentu sepakat bahwa animasi pada film ini sangat kasar dan memprihatinkan. Kekuatan cerita membuat film ini jadi tetap layak untuk ditonton bersama anggota keluarga.

Bagi keluarga muslim, tentu ini adalah film yang wajib tonton. Pemilihan ayat Al Quran sangat cocok dengan adegan yang ada. Misalnya ketika Delisa terbangun dari pingsan panjangnya, ayat yang dibacakan tetangga pasiennya adalah ayat yang bercerita tentang jaminan Allah swt, bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan”

Bencana yang meluluh lantakan kampung di sekitar Lhok Nga menjadi inti cerita ini. Tentu bagi yang pernah ke Lhok Nga akan merasakan kepedihan yang sama, meskipun setting film ini tidak dilaksanakan di Lhok Nga. Bagian setting benar-benar bekerja keras untuk menghadirkan suasana Aceh, utamanya di daerah Lhok Nga.

Meski tidak mirip benar, tetapi ruh dari lokasi bencana sudah cukup tertangkap mata oleh mereka yang pernah ke Lhok Nga. Daerah yang dulunya riuh rendah dengan perkampungan itu hanya menyisakan sebuah masjid yang masih utuh. Selain bangunan itu, semuanya rata dengan tanah.

Delisa kecil yang diperankan dengan sangat baik, wajahnya Aceh banget dan logatnya meskipun tidak kental Aceh tapi cukup membawa kita ke suasana Aceh, mengajak kita untuk menyelami dunia anak-anak kecil yang polos. Dunia yang penuh dengan permainan.

“Khusyuk itu fokus Delisa”, kata ustadz

“Misalnya Delisa sedang main bola, maka semua pikiran tentang hal lain tidak akan masuk ke otak kita. Pikiran kita hanya main bola, hanya bola dan bola. Itulah FOKUS!”

Delisapun akhirnya bisa fokus untuk menghafal bacaan sholat, yang tadinay terbalik-balik. Editing film di adegan ini sangat bagus, mengganbarkan fokus Delisa yang begitu total terhadap apa yang ada dalam otaknya.

HAFALAN SURAT !

Itulah fokus Delisa dan diapun selamat dari bencana Tsunami yang begitu hebat melanda tanah kelahirannya. Tere, sang penulis begitu lengkap menyajikan kehidupan pasca tsunami di Aceh. Mungkin semuanya tidak bisa dituangkan dalam film, tapi yang ada di layar sudah cukup mewakili derita teman-teman di Aceh saat pasca kejadian tsunami.

Bagi teman-teman yang pernah melewati daerah Lhok Nga pasti merasa seperti berada di dunia lain ketika mengunjungi Aceh pasca Tsunami. Aku dulu yang sering mondar mandir di pantai Lhok Nga, Lampu’uk dan sekitarnya seperti kehilangan semua pemandangan di sana. Semuanya rata dengan tanah.

Bisa dibayangkan perasaan Delisa yang menjadi saksi kejadian itu. Dia harus melihat kuburan massal dari semua orang yang dikenalnya. Mulai dari keluarganya, teman bermainnya sampai semua orang yang tinggal di lokasi tsunami.

Kalau seorang Delisa yang begitu kecil sanggup menghadapi semua itu, maka wajib bagi kita untuk menjadikan peristiwa tsunami sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam memahami hidup dan kehidupan ini.

Kemarahan seorang Abi yang sampai membanting piring karena masakannya tidak enak dan hilangnya istri tersayang menjadi pemandangan yang sangat berkesan. Itu tidak layak dilakukan seorang ayah yang baik, tetapi sangat mungkin terjadi dalam kondisi seperti saat itu. Betapa kasihan kita melihat sosok Delisa yang kecil, cacat kakinya karena amputasi, lapar yang menyerang dan harus menerima perlakukan seperti itu oleh ayah yang disayanginya.

“Dulu kukira kakiku hilang satu karena dibawa banjir, ternyata tidak, ….. tapi aku tetap mau main bola. Ayuk kita main bola yuk !”

Delisa yang terus bersemangat menutup kisah ini dengan mengajak semua orang untuk selalu berbaik sangka terhadap apa yang menjadi keputusan Allah swt.

Ini yang terbaik yang kita dapat dariNya. Mari kita syukuri bersama.

Hafalan Surat Delisa

Hafalan Surat Delisa

 

Hafalan Surat Delisa memang wajib tonton untuk keluarga muslim.

27 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.