Konstruksi Cakar Ayam

Apron Taxi Way Run way Cengkareng 1984

Konstruksi Cakar Ayam lebih dikenal dengan sebutan Pondasi Cakar Ayam, padahal yang disebut cakar ayam adalah sebuah kesatuan konstruksi yang melibatkan tidak hanya pondasi saja, tetapi sebuah kesatuan konstruksi. Istilah pondasi cakar ayam muncul karena penemu awalnya, Prof Dr Ir Sedijatmo (alumni ITB), memakai konstruksi cakar ayam sebagai pondasi menara PLN di tahun 1961-1962. Konstruksi cakar ayam juga dikenal sebagai sebuah konstruksi yang dipakai oleh Waskita dan partner dari Perancis untuk membangun Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.

Pada perkembangannya, konstruksi ini disempurnakan atau dimodifikasi oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada, antara lain Bambang Suhendro, Hary Christady, dan Maryadi Darmokumoro yang tergabung dalam Tim Pengembangan Cakar Ayam Modifikasi (CAM), dan dinyatakan sebagai konstruksi yang cocok untuk daerah dengan tanah yang lembek, ekspansif atau tanah gambut. Konstruksi Cakar Ayam Modifikasi disebut paling cocok untuk konstruksi jalan dengan CBR di atas 2.

Konstruksi Cakar Ayam berbeda dengan fondasi sumuran yang menumpu pada tanah keras di dasar pipa, karena konstruksi cakar ayam hanya mengambang di dalam massa tanah membawa bangunan di atasnya. Penurunan (setlement) diijinkan pada konstruksi Cakar Ayam, tetapi penurunan tersebut terjadi bersama-sama, bukan setempat-setempat. Inilah bedanya konstruksi Cakar Ayam di bangunan jalan dengan konstruksi rigid pavement, pada konstruksi Cakar Ayam tidak dikenal delatasi tetapi sepanjang jalan yang memakai konstruksi Cakar Ayam dibuat secara monolit.

Pengembangan konstruksi Cakar Ayam menjadi CAM (Cakar Ayam Modifikasi) menurut Direktur Cakar Bumi, Mitra Bani, telah diterapkan pertama kali pada tahun 2005 sebagai fondasi jalan pengalihan sementara sepanjang 800 meter pada pembangunan jalan layang di Ancol.

CAM di Pantura Pemanukan Indramayu

CAM di Pantura Pemanukan Indramayu (dok Mitrabani)

Uji coba skala penuh konstruksi CAM ini dilakukan di jalan pantura Indramayu-Pamanukan. Dibandingkan cakar ayam konvensional yang dipakai Waskita, CAM memiliki beberapa kelebihan. Pada sistem lama berat pipa mencapai satu ton, sedangkan pipa pada sistem CAM hanya 35 kg, tetapi memiliki kekuatan yang setara.

CAM muncul menggantikan Cakar Ayam konvensional karena beberapa hal, yaitu sudah habisnya masa patent dari Cakar Ayam Konvensional dan penyempurnaan metodenya.

Modifikasi 1 : Penggunaan pipa-pipa baja galvanis (tahan karat) sebagai pengganti pipa-pipa beton

Ide penggantian pipa-pipa beton Cakar Ayam, yang aslinya terbuat dari pipa beton berdiameter 120 cm dengan tebal pipa 8 cm dan panjang pipa 150-200 cm, dengan pipa-pipa baja galvanis (dijamin tahan karat minimal 30 tahun) merupakan usulan dari Bp. Ir. Maryadi D. (di awal 2005), mantan direktur utama Waskita, setelah mendapat dukungan dari Bp. Prof. Dr. Ir. Bambang Suhendro, M. Sc., yang telah melakukan serangkaian simulasi/verifikasi melalui permodelan numeris dengan Finite Element Method 3-D di komputer, dan menghasilkan spesifikasi optimal pipa sebagai berikut : diameter pipa 80 cm, tebal 1,4 mm dan panjang 120 cm yang dipasang pada setiap jarak 250-280 cm.

Modifikasi 2 : Penempatan secara langsung slab Cakar Ayam pada elevasi permukaan tanah lunak asli (tidak pada timbunan); dan Modifikasi 3 : Pengembangan material timbunan yang relatif ringan namun dengan kekuatan dan kekakuan yang memadai

Modifikasi 2 yang disebutkan di atas merupakan pengembalian dari apa yang diimplementasikan selama ini ke konsep aslinya pada saat ditemukan pertama kalinya oleh Prof. Dr. Ir. Sedijatmo, yang tentunya setelah permukaan tanah asli tersebut di-stripping secukupnya dan diberikan lean concrete secukupnya pula (tebal sekitar 5 cm).

Sedangkan modifikasi ke 3, yaitu pengembangan material timbunan yang relatif ringan namun dengan kekuatan dan kekakuan yang memadai dan ditimbun langsung di atas slab Cakar Ayam Modifikasi, sebagai salah satu upaya untuk memperkecil berat volume timbunan agar masalah consolidation settlement dalam jangka panjangnya dapat ditekan sekecil mungkin dan sekaligus mengimplementasikan modifikasi 2. Ide ini merupakan pemikiran dari Prof. Dr. Ir. Bambang Suhendro M.Sc.

Bentuk dan Dimensi Model CAM

Bentuk dan Dimensi Model CAM

Beberapa hal penting yang dapat dirangkum dari kinerja sistem Cakar Ayam konvensional adalah sebagai berikut :

  • Pipa-pipa Cakar Ayam berfungsi sebagai stiffener sehingga slab yang relatif “tipis” (± 15 cm) dapat berprilaku seperti slab “tebal” (± 50 cm) namun dengan beban berat sendiri slab yang jauh lebih kecil yaitu hanya sekitar 1/3-nya.
  • Paling berfungsi bagus apabila mendukung beban terpusat atau momen.
  • Karena “kakunya” slab, beban terpusat mampu disebarkan ke luasan efektif yang relatif besar (semakin lunak tanahnya akan semakin luas penyebarannya), sehingga meskipun tanah di bawah slab lunak namun bearing capacity sistem menjadi jauh lebih besar. Meskipun demikian, karena batasan nilai lendutan maksimum dan deformasi slab beton yang diijinkan, sistem ini akan berfungsi optimal pada kisaran tanah lunak dengan daya dukung 1,5 – 3,0 t/m2.
  • Lendutan akibat beban terpusat relatif jauh lebih kecil (dibanding dengan slab tanpa pipa Cakar Ayam)
  • Differential settlement yang terjadi relatif jauh lebih kecil.
  • Yang menahan rotasi pipa bukan tekanan tanah pasif (kp) namun reaksi subgrade horisontal (kh), yang besarnya proporsional terhadap lendutan yang terjadi.
  • Sistem tidak dapat mengatasi masalah consolidation settlement
Cakar Ayam Cengkareng 1983

Cakar Ayam Cengkareng 1983

Konstruksi Cakar Ayam konvensional adalah karya bangsa yang sudah dipatentkan dan diakui oleh pihak Luar Negeri (Jerman Timur, Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda; dan Denmark). Setelah masa paten ini habis, maka CAM juga sudah dipatenkan ke Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia dengan nomor pendaftaran : P 00200700161

Maju dengan Karya Bermutu !

Apron Taxi Way Run way Cengkareng 1984

Apron Taxi Way Run way Cengkareng 1984

Sumber :

KOMPAS Rabu, 6 Februari 2008

Buku 60 tahun PU dengan daftar Pustaka antara lain :
Antono, A., dan Daruslan. (1981). Laporan Pekerjaan Pengkajian Konstruksi Sistem Cakar Ayam pada Perpanjangan Landasan Pelabuhan Udara Polonia, Medan.
Antono, A., dan Daruslan. (1979). Laporan Pengkajian dan Quality Control Sistem Cakar Ayam di PUAL Juanda, Surabaya.
Chen, E., dan Limma Salle, S.P. (1982). Analisys of Cakar Ayam Foundation.
Hardiyatmo, H.C., Suhendro, B., Hutagamissufardal, dan Susanto, H.A. (1999). Perilaku Fondasi Cakar Ayam pada Model di Laboratorium – Kontribusi untuk Perancangan.
Sosrowinarso. (1982). Beberapa Perilaku Struktural dari Sistem dan Unsur Fondasi Cakar Ayam,
Suhendro, B. (1992). Laporan Penelitian, Pekerjaan Pengkajian Sistem Cakar Ayam di Landasan Pacu, Taxiway, dan Apron Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Suhendro, B. (1994). Laporan Penelitian, Pekerjaan Lanjutan Pengkajian Sistem Cakar Ayam di Landasan Pacu, Taxiway, dan Apron di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Suhendro, B. (1996). Laporan Penelitian Uji Pembebanan dengan Falling Weight Deflectometer (FWD). Pengembangan Fasilitas Bandar Udara Internasional Cengkareng, Jakarta.
Suhendro, B. (1999). Pemodelan Elemen Hingga dan Studi Eksperimental Perilaku Struktural Sistem Perkerasan Cakar Ayam di Bandara Internasional Soekarno-Hatta
Suhendro, B. (2005). Laporan Hasil Full Scale Loading Test Sistem Cakar Ayam Modifikasi.
Suraatmadja, D. (1982). Pelat Sempit yang Panjangnya Tak Berhingga dan Berpenampang Tetap Dibebani oleh Satu Muatan Terpusat pada Landasan Elastis sebagai Model Matematis dalam Analisa Pendahuluan untuk Mengidentifikasi Karakteristik Sistem Fondasi Cakar Ayam dan Masalah-masalah yang Dihadapi pada Perencanaannya.
Sutrisno, M. (1982). Prospek Airport Pavement Design dengan Sistem Cakar Ayam.

Satu komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.