Eko Eshape di mata Gundala

Gundal Wijasena

Beberapa hari lalu, mas Gundala menulis tentang aku. Banyak klarifikasi yang harus kutulis untuk membuat catatan dari mas Gundala lebih lengkap dan sesuai kondisi yang sebenarnya. Mari kita baca tulisan mas Gundala tentang aku dan kemudian aku akan menuliskan klarifikasi beberapa keterangan yang ditulis oleh mas Gundala. Artikel ini kuberi judul Eko Eshape di mata Gundala.

+++

Saya tidak tahu nama komplitnya tapi yang dulu aku tahu ia terkenal dengan nama yang beken Eko 3T. Nama ini beken, karena grup lawaknya STEMKA memproklamirkan diri dengan nama 3T dalam final Lomba Lawak di TVRI Yogyakarta, tahunnya aku lupa kira2 tahun 1980, waktu itu saya masih SMA. Personil 3 T sendiri saya lupa, yang aku masih ingat Eko dan Teguh (wajahnya aku lupa). Yang jelas waktu itu aku sangat ngefans terhadap Eko, yang di tivi ia berakting mengetik, tapi mesin tiknya imajiner.

Kira-kira dua tahun kemudian saya akhirnya berkesempatan untuk main teater bersama pelawak idolaku yaitu Eko 3T (yang ternyata mahasiswa Fakultas Teknik Sipil UGM) dalam naskah Inspektur Jendral kalau tidak salah karya Eugene Gogol. Sutradaranya Suprapto Budi Santoso, juga mahasiswa Teknik Sipil UGM. Eko jadi Inspektur Jendral  dan saya jadi Osip penjaga losmen. Selain itu saya juga main di Fakultas Teknik Sipil dalam cerita Abu Nawas, Eko jadi Abunawasnya. Pokoknya ger-geran.

Suatu hari ada lomba lawak di Seni Sono, yurinya Eko. Saya blas tidak dikasih nomor, karena memang tidak lucu.

Yang aku paling mangkel adalah ketika lomba Porseni, waktu itu saya dan Eko sepakat untuk ikut lomba dan sudah latihan. Saatnya lomba Eko tidak datang-datang. Akhirnya saya tampil sendiri, baru setelah selesai Eko baru datang. Wah mangkel aku.

Semua itu adalah kenanganku dengan Mas Eko Eshape yang sekarang sering ketemu di dunia maya(facebook),
Pertanyaan saya, apa sekarang ia masih lucu. Soalnya penampilannya sekarang blas tidak lucu, cuma giginya yang agak mrongos sedikit tetap menjadi ciri khasnya.

+++

Mas Gundala ini nama lengkapnya adalah Gundala Wijasena dan merupakan sosok pencipta lagu Joko Lelur yang unik. Sebagai salah satu aktifis teater Gadjah Mada, sampai sekarang dia masih sering ke Jogja dan masih sering disebut namanya di komunitas teater Gadjah Mada, meskipun aku tetap belum pernah bertemu sosokny asejak berpisah dengan dia.

Kalimat tulisan mas Gundala yang saya koreksi adalah kalimat ini :

“…final Lomba Lawak di TVRI Yogyakarta, tahunnya aku lupa kira2 tahun 1980…”

Tahun 1978 aku ikut lomba lawak antar propinsi di Jakarta mewakili Propinsi DIY “YoJo” dan menggondol juara pertama plus mendapat hadiah pulpen emas dari Menteri DikBud karena tetap memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi tepatnya bukan lomba di TVRI Yogyakarta tapi lomba di Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 1978 dan mungkin disiarkan di TVRI.

Di kalimat lain Mas Gundala menulis :

“…naskah Inspektur Jendral kalau tidak salah karya Eugene Gogol…”

Teater Gadjah Mada pernah mementaskan naskah Inspektur Jendral karangan Nikolay Gogol, karena tidak diijinkan oleh pemerintah waktu itu, maka rektor UGM menjamin pentas bisa dilaksanakan di lingkungan kampus dengan judul Komedi Orang Dogol (Maha Guru yang mendukung pentas ini yang kuingat adalah pak Bakdi Soemanto).

Mas Gundala menulis lagi :

“..Suatu hari ada lomba lawak di Seni Sono, yurinya Eko. Saya blas tidak dikasih nomor, karena memang tidak lucu…”

Selama aktif menjadi mahasiswa, beberapa kali telah mengadakan lomba HUmor tingkat nasional di Jogja. Jurinya antara lain Arwah Setiawan (alm), Pak Guno (alm), Jayasuprana, Habib Bari (alm), Arswendo Atmowiloto dll, Salut buat para Juri yang karena pertemanan ternyata tidak mau dibayar. Semoga menjadi amal yang baik buat mereka. Jadi selama itu aku tidak pernah menjadi Juri, hanya panitia saja.

Tulisan lain :

“…Saatnya lomba Eko tidak datang-datang. Akhirnya saya tampil sendiri, baru setelah selesai Eko baru datang. Wah mangkel aku….”

Waduh ini aku benar-benar lupa. Kalau ternyata kejadiannya memang demikian, aku harus minta maaf pada mas Gundala. Semoga permintaan maafku lewat FB sudah diterima dan dimaafkan oleh beliau. Yang kuingat waktu porseni mahasiswa di Jakarta itu, aku sedang tidak punya uang untuk bayar kuliah dan akhirnya tidak punya kartu Mahasiswa. Teman-teman teater UGM mengurus kartu mahasiswaku, dengan mengambil foto lama di KTP dan memasangnya di kartu Mahasiswa kemudian memint atanda tangan Rektorat, sehingg aaku bisa ikut porseni Mahasiswa. Di Jakarta, selain menjadi seksi dekorasi panggung, aku juga ikut melatih wakil group lawak dari DIY yaitu dari kelompok ISI (ASTI) dan mereka menang (bukan karena jurinya warkop Prambors)

+++

Terima kasih mas Gundala Wijasena atas tulisannya.

Gundal Wijasena

Gundal Wijasena

2 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.