SGPC Bu Wiryo 1959

SGPC Bu Wiryo 1959

SGPC Bu Wiryo 1959 siapa tidak kenal? Meski Jogja disebut kota gudeg, tetapi warung Sego Pecel ini tetap menjadi menu wajib para wisatawan yang bertandang ke Jogja. Suasana yang merakyat menjadi salah satu ciri dari warung ini. Hiburan live music dengan alunan musik “tempoe doeloe”, juga menjadi salah satu racikan pengiring menu makan. Jadi tidak salah kalau teman-temanku yang dari Jakarta juga mampir ke warung ini saat mereka berombongan datang.

Sebelum rombongan temanku dari Jakarta datang, sudah ada beberapa rombongan yang datang. Merekapun langsung mejeng di depan mobil kuno yang ada di depan warung. Mobil itu entah bisa jalan atau tidak, tapi kebanyakan pengunjung sering duduk di belakang kemudi dan camera dari ponsel mereka berkali-kali mengabadikan pose mereka. Aku sendiri hanya menyaksikan dari jauh tingkah polah mereka, sambil membayangkan ketika aku masih menjadi mahasiswa di UGM.

SGPC memang menu makan siang kita para mahasiswa. Kadang kita memilih sop yang terasa lebih segar di udara siang dibanding menu SGPC (sego pecel), tapi itu soal selera. Begitu juga soal bayar membayar, ada yang punya selera untuk mengaku makan sedikit padahal yang dimakan banyak. Ada juga yang apa adanya, bayar sesuai yang dimakan. Banyakkisah yang beredar di kalangan mahasiswa tentang mahasiswa yang suka membayar lebih sedikit dibanding dengan yang dimakan dan akhirnya datang kembali ketika sudah bekerja dan membayar hutang mereka di kala mahasiswa. Cerita itu entah benar atau tidak tapi begitulah yang sering kudengar.

Saat ini kalau diperhatikan terlihat bahwa mahasiswa yang makan di warung ini tidak sebanyak jaman dulu. Beberapa meja terlihat diisi oleh mereka yang sudah bukan mahasiswa lagi. Apalagi di hari libur, maka hampir semua kursi diisi oleh para mantan mahasiswa atau mahasiswa S2, kalau melihat dari sisi umurnya. Tahun 70-80, maka hampir semua pengunjung warung ini adalah mahasiswa asli.

Lava Tour Tlogo Putri

Lava Tour Tlogo Putri

Perjalanan wisata setelah sarapan di SGPC adalah LAVA Tour di Kaliurang. Kumpul di Telogo Putri Kaliurang dan sembilan mobil jeep sudah siap mengantar teman-temanku dari Jakarta. Waktu yang disediakan ternyata tidak cukup. Mereka seharusnya sudah kembali ke Telogo Putri saat sebelum tengah hari, karena akan dilanjutkan dengan melihat museum Ullen Sentanu. Inilah museum yang kadang tidak terpantau bahkan oleh penduduk asli Jogjakarta.

Wikipedia menulis sebagai berikut tentang Museum Ullen Sentanu.

Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang (bagian utara kota Yogyakarta) adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan putri / wanita Keraton Yogyakarta beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Solo).

Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja (Sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya.

Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa“ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita.

Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya. Keadaan museum yang dibangun dengan baik, mampu membuat pengunjung seperti terserap ke masa Jawa kuno yang mengagumkan.

Lava Tour Merapi

Lava Tour Merapi

Keasyikan naik mobil jeep kuno dengan mesin modifikasi baru, membuat acara jadi molor, sehinga acara makan siang di jejamuran berubah menjadi makan sore. Apapun yang terjadi, rupanya mereka sudah siap untuk makan lebih sore dibanding biasanya. Lava Tour Merapi memang masih hiburan yang mengasyikan bagi siapapun. Tahun lalu, aku bahkan ikut acara kopdar alumni UGM dengan mengerahkan seluruh mobil jeep yang ada di Kaliurang. Semua mobil habis kita pakai dan bahkan masih ada beberapa orang yang tidak kebagian mobil.

Bagi yang belum pernah ke Jogja naik mobil jeep ini, sebaiknya datang lagi ke Jogja dan rasakan kenikmatan pemandangan alam Merapi dari atas jeep. Sensasinya luar biasa. Apalagi kalau ketemu dengan salah satu sopir yang sayangnya aku lupa namanya, tapi cara nyopirnya sangat nekad. Kita akan dibuat terguncang-guncang di sepanjang jalan.

Sepeda bekas yang kubeli dari komunitas sepeda

Kantor Pos di Kilometer Nol

Usai makan sore di Jejamuran, lanjut masuk hotel, letakkan tas dan perjalanan (jalan kaki) ke sepanjang malioboropun dimulai. Tak terasa maghrib datang dan makan malampun mulai mengundang. Adanya perayaan ulang tahun Jogja membuat rencana makan malam di Sate Pak Amat dan Bakmi Pele dialihkan ke warung bakmi Pele yang di Godean. Warung ini tidak besar, sehingga rombongan 30 orang ini dibagi dua klotter. Selesai klotter pertama meyantap mie, maka dilanjur klotter ke dua masuk dan menunggu pesanan selanjutnya.

Malam indah mewarnai hari pertama di Jogja. Yang penting merek asudah mendapat semuanya. Mulai sarapan di SGPC Bu Wiryo 1959, Lava Tour Merapi, Musium Ullen Sentanu, Jejamuran, Jalan Kaki sepanjang malioboro sampai kilometer Nol, makan malam di Bakmi Pele dan acara bebas sebelum tidur nyenyak malam harinya.

SGPC Bu Wiryo 1959

SGPC Bu Wiryo 1959

2 komentar

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.