Jendela Dunia itu namanya BUKU


“Mereka berhak melihat dunia dan mereka berhak membaca buku!”, begitu ucapan berapi-api dalam otakku menirukan gaya seorang orator ulung.

Ucapan itu muncul begitu saja ketika aku beberapa minggu lalu mendengarkan siaran radio Dakta yang membahas perlunya anak-anak Indonesia membaca buku dan ketika diketahui bahwa masih sangat banyak anak-anak yang belum punya kesempatan untuk membaca buku.

Sebagai anggota Goodreads akupun jadi ingat seorang dara cantik dari Yogya yang mengajakku untuk bertukar buku.

“Kalau punya buku yang sudah dibaca, yuk tukeran yuk. Aku juga punya buku yang sudah kubaca dan sayang kalau dibiarkan merana di almari kita masing-masing”

“Wah ajakan yang menarik tuh? Kapan kita tukaran buku? Dimana tempatnya?”

“Kita punya kegiatan rutin kok, kadang malah akhirnya buku itu kita sumbangkan saja ke mereka yang lebih membutuhkan. Ntar kalau sudah ketahuan tanggalnya tak kasih tahu. Bisa di Yogya bisa juga di Jakarta”

Itu dialog yang terjadi tahun lalu dan sampai sekarang belum terlaksana juga. Kita masing-masing disibukan dengan urusan masing-masing. Bahkan yang paling parah aku lupa nama cewek itu. Putuslah sudah komunikasi ini.

Akupun mencoba search tentang buku di Indonesia yang katanya masih sangat kurang. Harga kertas yang masih mahal menambah beban terbitnya sebuah buku, sehingga buku makin sulit dibeli. Memang ada banyak lokasi untuk mendapatkan buku secara gratis. Masalahnya, apakah anak-anak yang saat ini begitu perlu membaca buku dapat melakukan hal-hal seperti yang kulakukan?

Masih banyak anak-anak di dunia ini yang untuk memperoleh makan saja sulit apalagi untuk melakukan akses ke internet. Itu adalah sebuah mimpi yang terlalu muluk.

Saat acara menulis buku secara cepat di Resto Samikuring, seorang penerbit mengemukakan bahwa Indonesia ini kekurangan buku dan penerbitpun terus hunting penulis, karena ternyata penulis buku juga tidak semenarik profesi lainnya, sehingga perlu dibina dan ditumbuhkan.

“Apakah kita akan kaya raya dengan menulis buku?”

Jawaban pertanyaan itu tentu beragam. Banyak penulis yang tidak bisa kaya namun ada juga penulis yang menjadi kaya raya berkat hasil tulisannya.

“Apa sih manfaatnya menjadi penulis itu?”

Untuk pertanyaan ini, maka akan banyak sekali manfaat yang bisa ditulis, yang paling utama tentu manfaat dari sisi “sharing knowledge”. Dengan berbagi ilmu, maka penulis akan makin bertambah ilmu serta amalnya demikian juga pembaca akan makin terbuka jendela ilmunya.

Dalam sebuah renungan religius, bahkan disebutkan bahwa ilmu yang dibagikan melalui buku dan dipraktekkan dengan baik oleh pembacanya akan mendatangkan pahala amal yang tidak terputus, mengalir terus seperti air sungai yang mata airnya tidak pernah kering.

Ide-ide berbagipun muncul dan akhirnya tersalurkan melalui perpustakaan mini yang dipajang di warung Mie SEHATI yang kebetulan kita kelola. Anak-anak itu tidak perlu membeli Mie untuk bisa membaca buku kita. Mereka dipersilahkan duduk manis dan membaca buku seberapa mereka kuat membaca.

Beberapa minggu setelah itu akupun mendengarkan siaran radio Dakta itu. Wah luar biasa teman-teman dari SEBUAI yang tidak hanya pasif menungguin perpustakaan mini tetapi mereka aktif mencari anak-anak yang punya hak untuk melihat dunia ilmu melalui Buku.

SEBUAI = Sejuta Buku untukAnak Indonesia

SEBUAI = Sejuta Buku untukAnak Indonesia

Saat acara Amprokan Blogger 6-7 Maret 2010 tim SEBUAI ini benar-benar menunjukkan pada kita betapa mereka ini adalah para remaja yang begitu peduli dengan perlunya anak-anak mendapat haknya untuk melihat dunia melalui buku.

“Jendela Dunia itu namanya BUKU dan marilah kita siapkan buku untuk dibaca anak-anak Indonesia!”, begitu kataku lagi dalam hati.

Aku hanya bisa berkata dalam hati sedangkan SEBUAI bisa berkata dengan perbuatan. Jadi sudah semestinya bila kita dukung SEBUAI tanpa reserve.

Salut buat SEBUAI, semoga masa remaja teman-teman SEBUAI dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan.

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi lingkungannya”

Koordinator SEBUAI

Koordinator SEBUAI

+++

sebagian gambar diambil dari sini dan dari sini
artikel tidak terkait : “Bekasi Bersih Partisipasi Blogger”

11 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.