Joko Wi menunggu waktu saja : FOkoKE Joko Wi

Joko Wi di koran

Agak sulit mengerem euforia massa begitu Joko Wi memenangkan putaran pertama PILKADA DKI. Segala provokasi negatip ke arah Joko Wi justru makin membuat pamor mereka naik. Itu inti pembicaraanku dengan sopir taksi yang membawaku.

“Joko Wi susah dikalahkan pak”, kata sopir taksi yang membawaku dari Bandara Cengkarang.

“Kenapa? Bapak nyoblos Joko Wi jugakah?”, kataku memancing

“Hahaha… tidak pak, saya orang Bekasi, tidak punya hak nyoblos”

“Lalu kenapa anda mendukung Joko Wi?”

“Tadinya saya tidak mendukung Joko Wi”

“Kenapa?”

“Saya kurang sreg dengan partai pendukung Joko Wi, tapi setelah melihat partai yang memusuhi Joko Wi, maka saya langsung mendukung Joko Wi. Sayapun melihat Joko Wi ini cocok untuk mengatur Jakarta”

“Memang ada partai yang memusuhi Joko Wi?”, kataku kembali memancing.

“Bukan begitu maksud saya pak, tapi partai yang tidak kusukai itu mendukung lawan Joko Wi di putaran kedua nanti”

“Berarti ada dua partai yang tidak disukai ya pak?”

“Hahahaha… banyak pak…hahaha….”

Diskusi dengan sopir taksi ini berbeda dengan diskusiku seminggu sebelumnya dengan sopir taksi yang berbeda, meski arah perjalanan tetap sama, dari Airport ke Cawang.

Diskusi seru di taksi ini tidak membangunkan istriku yang terlelap di pangkuanku. Maklum bonus delay naik pesawat telah membuat pertahanan tubuh jadi goyah. Capek dan penuh emosi mungkin memang bisa membuat tidur yang nyaman. Sementara itu, aku malah terlbat pembicaraan dengan sopir taksi yang begitu antusias membahas Joko Wi.

“Joko Wi saat ini diserang dengan berbagai isu negatip pak, tapi itu membuat kubu mereka tambah kuat dan media massa malah sekarang hanya memuat berita Joko Wi dibanding lawannya”

“Jadi Joko wi diuntungkan oleh media massa ya?”

“Ya benar pak. Media massa secara sadar atau tidak sadar sudah terbawa pada euforia kemenangan Joko Wi yang tidak diduga sebelumnya, sehingga mereka berlomba-lomba menunjukkan kenapa Joko Wi bis amenang”

“………………………..”

“Akibatnya Joko Wi tidak usah mengeluarkan biaya sudah bisa promosi programnya kemana-mana, betul tidak pak?”

“Ya betul itu. Tanpa baliho yang besar-besar Joko Wi bisa memenangkan putaran pertama kemarin ya”

“Wah baliho itu kuno pak”

“Kuno?”

“Iya pak. Orang sudah muak melihat baliho berisi wajah ganteng atau cantik. Yang mereka butuhkan adalah program yang menjanjikan bukan tampang yang keren”

“Hahahaha…”

“Percayalah pak Joko Wi nanti pasti menang. Orang Solo, Wonogiri yang ada di Jakarta psati mendukung beliau, meskipun programnya tidak muluk-muluk”

“Lho bukannya orang Solo dan Wonogiri yang disini tidak punya hak pilih karena tidak punya KTP?”

“Wah kalau itu saya kurang tahu pak”

Kamipun tertawa bersama dan tersenyum bersama ketika aku mengulurkan uang taksiku. Istrikupun terbangun dan mulai mengeluakan tas dari mobil.

Perjalanan yang panjang ini menjadi tidak terasa lama, karena membahas calon Gubernur DKI. Diskusi itu akhirnya kutuliskan di blog ini, setelah aku membaca koran pagi ini yang memuat gambar Joko Wi dan tidak ada gambar atau foto Bung FOKE di koran yang kubaca.

Joko Wi di koran

6 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.