Runner dan Goweser kota

Sudah lama alumni Delayota mengadakan acara JJS (Jalan Jalan Sehat), kadang tiap bulan kadang melompat jadi dua bulan, tapi selalu konsisten ada dan membuat kita selalu bisa bertemu dalam suasana santai guyub rukun (sak lawase). Aku sendiri disamping suka mengikutinya, juga suka mengajak istri untuk mengikutinya, sehingga seolah-olah istri sudah menjadi bagian dari alumni Delayota, sama dengan teman mantan aktifis Gelanggang yang punya istri alumni Delayota, dia juga sudah dianggap alumni Delayota. Dismping JJS versi Delayota, aku juga sering JJS versi Jalan Jalan Subuh.

JJS-ku ini lebih sering kulakukan di Cawang dan malah jarang dilakukan di Jogja, meskipun saat bulan puasa aku banyak berjalan di Jogja. Kegiatan Jalan Jalan Subuh yang kulakukan di Jogja memang sedikit berbeda dengan di Cawang, meskipun waktu dan kondisinya kadang sama, tapi memang hasilnya sedikit berbeda. Yang penting selalu mengikuti tips lari di jalan umum.

Di Cawang aku memang mempunyai komunitas jamaah subuh yang bisa menemaniku sepanjang rute, sedang di Jogja aku malah selalu sendirian waktu jalan jalan subuh (JJS). Kalau di bulan puasa, praktis tidak bisa minum saat JJS, maka di Jakartapun aku sering berpuasa dan tetap JJS. Kondisi yang mirip tapi beda ini membuat rute JJS menjadi bervariasi. Di Cawang hampir selalui sama rutenya, sedang di Jogja lebih sering berghanti-ganti rute, sesuai kondisi dan “krenteg” di hati pada saat JJS.

Jalan Jalan Subuh di OTISTA

Seperti pagi ini, karena sendirian, aku bisa mencari rute baru yang sedikit berbeda menuju kantor baru, melewati jalan kampung yang ada beberapa “rintangan” (tembok pendek maupun beberapa anak tangga). Menghadapi vertical run bulan Agustus nanti, aku memang sudah tidak mempunyai rute untuk melatihnya, sehingga hari ini dan hari ke depan aku mulai terus mencari lokasi untuk latihan vertical RUN.

Jalan Jalan Subuh Strava

Alhamdulilklah, kakiku sudah mulai bisa diajak untuk naik turun lagi, meski belum bisa digeber kayak dahulu, tapi setidaknya sudah membuat semangat lariku (RUN) mulai terbangkit lagi. Memang kendala lain muncul dengan adanya acara bersama untuk keliling DIY menempuh jarak 150K memakai sepeda lipat (SELI). Aku sudah lama tidak bergowes ria menempuh jarak 3 (tiga) digit, sehingga agak keder juga, meskipun tahun lalu aku lulus mengawal j150k sebelum Asar sudah bisa finish.

seperti-balapan-rb

Tiket sudah terbeli dan semangat masih terjaga, aku harus tetap berangkat ke Jogja untuk mengikuti j150k meskipun aku harus meninggalkan acara papeRUN di Jakarta pada hari yang sama. Semangat mendaftar event RUN di komunitasku begitu mempesonaku, sehingga aku ikut terhanyut mendaftar beberapa acara, akibatnya banyak yang jadwalnya bertabrakan dan di dua lokasi yang amat jauh.

Aku memang harus memilih dua kegiatan  yang sama-sama sehat tapi berlainan tempatnya ataupun waktunya, sebut saja VOLCANO RUN yang harus kutinggalkan dan juga JAMSELINAS di beberapa kota. Risiko memang sudah kuantisipasi, tapi ternyata saat risiko itu muncul, aku tetap “Shock” juga, menyesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Yang paling baru adalah justru penyelenggara acara yang membatalkan acaranya, padahal sudah digadang-gadang sejak lama dan sudah disiapkan sejak lama.

POWERMAN (mini) UGM

Itulah event POWERMAN yang sangat menarik, menggabungkan dua olah raga (RUN BIKE RUN) dalam satu event internasional yang sensasional tiap tahun, yang belum pernah kuikuti. Betapa event Run Bike RUN ini sangat kutunggu dengan penuh semangat ternyata harus batal, meskipun biaya mahal yang sudah kubayarkan akan dikembalikan, tetap saja aku dan teman-teman kehilangan momentum yang sangat ditunggu-tunggu, event DUATHLON yang sensasional.

Bulan Syawwal yang lalu, kita menoba mengadakan acara POWERMAN secara kecil-kecilan, tapi karena tidak resmi jadi ketika tidak banyak pesertanya, maka tetap saja belum bisa mengobati rasa kangen POWERMAN. Hari ini aku kembali  aktif Jalan Jalan Subuh saja. Be health be strong ! Be yourself 🙂