Reuni 3T dan HASMI

Mas Nemo Mangafest 2014

Awalnya aku dapat balasan pesan dari mas Indro Warkop di Fisbuk (FB) dan kukabarkan pesan ini pada teman-teman di Yogya. Rupanya teman-teman di Yogya menyikapi berita ini dengan diskusi tentang format acara apa yang saat ini menarik untuk ditampilkan di layar kaca.

Tahun 80an, mereka memang malang melintang di panggung maupun di layar kaca. Dua dunia yang sangat berbeda itu, mereka geluti secara bersamaan. Ini jelas sebuah tantangan yang menarik. Laiknya jago main tenis disuruh main badminton, maka meskipun terlihat sama-sama pegang raket, tetapi teori bermainnya sama sekali berbeda, bahkan bertolak belakang.

Pada permainan badminton, pergelangan tangan amat sangat berperan, hal ini menjadi tabu untuk permainan tenis. Sekarang silahkan dicoba main tenis lapangan dengan cara main badminton. Dijamin permainan akan macet atau tangan menjadi cedera.

Begitu jugalah dengan cara berakting di panggung dengan cara berakting di layar kaca. Meskipun sama-sama bernama “akting”, tapi teorinya sangat berbeda.

Teori akting di panggung, jika dipakai di layar kaca akan terlihat menjadi gerakan yang over akting. Seolah-olah sang aktor adalah pemain yang baru belajar akting. Sebaliknya teori main di layar kaca, jika dipakai di panggung akan membuat pesan yang disampaikan kurang sampai ke audience.

Diskusi-diskusi itu akhirnya mendapat wadah ketika akhirnya aku meluncur ke Yogya untuk kangen-kangenan dengan mereka, teman-temanku bermain akting di teater stemka. Meskipun aku banyak berperan di teater kampus, tapi harus kuakui teater STEMKA adalah tempat sekolahku belajar teater, disamping belajar juga di teater 10 Paksi Delayota.

Ada 5 orang yang hadir di acara reuni itu.

Yang paling sepuh adalah HASMI alias Haryo Suraminata alias mas Nemo, sang pencipta komik GUNDALA Putera Petir. Kemudian yang paling muda adalah Yudistira Ramadhan, blogger muda yang menjadi blogger tamu di blogku.

Dua orang lagi adalah Tri Sudarsono dan Constantinus Teguh D, anggota dari grup 3 T yang pernah mendapat pulpen emas karena menampilkan humor segar dengan bahasa Indonesia yang tetap terjaga. Pulpen mereka itu sekarang ada dimana aku tak tahu, kalau pulpenku sih sudah kujual sejak tak pernah kupakai dan saat aku butuh duit segar.

Sang pelayan sampai bingung melayani kita. Bagaimana tidak, begitu duduk mereka langsung nyerocos nggak bisa dihentikan. Tak ada terlintas di kepala mereka untuk pesan makan minum dulu baru kemudian mulai membuka pembicaraan.

Ketika akhirnya ada jeda, maka kupastikan mereka pesan minuman dulu dan kemudian kuminta pelayan untuk datang lagi beberapa menit setelah pembicaraan awal ini selesai.

Ternyata ceritanya seru banget. Ada cerita tentang hape hilang dan pencurinya nelpon ke alamat yang ada di hape untuk mengisi pulsa di nomor tertentu.

Ada juga cerita tentang mas Wendo [Arswendo Atomowiloto] yang masih terus semangat untuk menciptakan tayangan yang bermutu di layar kaca meskipun tantangan untuk itu amat sangat besar.

Lihat saja tayangan yang laris manis di layar kaca, sebagian besar adalah tayangan yang tidak jelas arahnya mau kemana. Rupanya kawan-kawanku ini pada terusik dengan tayangan layar kaca saat ini yang didominasi oleh tayangan yang jauh dari bermutu.

Jiwa mereka terbangkit dan ada keinginan untuk muncul lagi di dunia panggung maupun di layar kaca.

“Mampukah kita ini menarik penonton lagi seperti tahun 80-an dulu?”, begitu pertanyaan yang muncul dan jawaban pertanyaan itupun membuat mereka berpikir keras.

Format acara yang seperti apa sih yang saat ini bisa menarik pemirsa untuk duduk di depan layar kaca untuk melihat penampilan mereka?

Diskusipun berkembang terus dengan membahas bermacam-macam format. Kemampuan mereka rupanya masih tajam untuk membuat analisa tayangan, mulai dari setting studionya, angle camera sampai ke materi acaranya.

Seolah-olah sudah pasti tayang di layar kaca, maka merekapun sudah membayangkan kalau acara yang mereka buat nantinya harus tayang setiap hari [Senin-Jumat]. Tim kreatif yang bagaimana yang harus dibentuk dan dimana home base yang harus mereka ambil untuk kelancaran proyek ini.

Kebetulan hari itu adalah hari ultah mas Indro Warkop, jadi di sela-sela acara kusempatkan untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada mas Indro Warkop.

Nggak tahu juga apa sebabnya, tetapi komentar ultah dari kawan-kawan Yogya itu muncul dua kali di dinding mas Indro [wah yang salah ini servernya fisbuk atau BB-ku yang ngadat ya?]

Rama, sang blogger tamuku, asyik mendengarkan diskusi kami tanpa sedikitpun memberikan pendapatnya, mungkin sungkan mungkin juga dia sedang menikmati diskusi seniornya. Maklum yang sedang berdiskusi ini adalah kawan-kawan dari bapaknya Rama [yang sudah almarhum], sehingga dia sungkan untuk ikut menyumbangkan buah pikirannya.

Diskusi terus berlangsung dalam suasana yang sangat njawani dan “nyetemka” [model diskusi ini susah dijelaskan, hanya orang teater stemka yang bisa merasakan model diskusi ini].

Ketika akhirnya ada jeda diskusi, maka baru kita sadari bahwa smeua tamu sudah meninggalkan rumah makan ini. Pintu gerbang rumah makan juga sudah terlihat ditutup, kamipun akhirnya meninggalkan rumah makan ini dengan hati yang berkecamuk, karena masih ada yang beklum dituntaskan di malam ini.

Mas Hasmi, mas Teguh dan mas Tri, masih ada hari lain untuk bertemu lagi. Kalau Tuhan berkehendak, maka keinginan untuk main di panggung maupun di layar kaca pasti akan kesampaian.

Insya Allah Tuhan tidak tidur.
Semoga ini menjadi doa yang baik dan percik asa munculnya tayangan bermutu di layar kaca.
Amin

5 komentar

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.