Berqurban bersama Sultan Yogya
Tahun ini keluarga kecilku mengadakan acara kumpul-kumpul saat hari Idul Qurban. Tempatnya di Kauman Gede, tepat di sebelah utara masjid Gede Kauman. Beberapa keluarga berdatangan dari Kemetiran Kidul, Patang puluhan maupun Pringgokusuman. Acranya ya hanya kumpul bersama sambil menyaksikan prosesi pemotongan hewan Qurban di masjid Gede Kauman Yogyakarta.
Hujan gerimis mengawali hari Idul Qurban ini dan kami tetap menuju ke tanah lapang ALTAR (Alun-alun Utara) Yogyakarta. Banyak tempat yang masih tergenang air dan kitapun memilih yang lokasinya masih kering.
Dasar nasib baik, ternyata ada peserta sholat yang membawa tikar plastik panjang, sehingga aku bisa menaruh koran dan sajadah di atas tikar itu. Enak dan nyaman jadinya mengikuti seluruh proses sholat Idul Qurban.
Sesaat setelah sultan Yogya datang sholatpun dimulai dan seusai khotbah, seperti biasa, Sultanpun dikerumuni para wartawan maupun penggemarnya, sehingga para pengawal Sultan terpaksa kadang-kadang agak kasar mengusir orang-orang yang ada di depan Sultan. Mas Lilo termasuk yang kena dorongan para pengawal Sultan. Anak sekecil itu didorong oleh orang sebesar itu, ya sudahlah, Lilopun menyerah dan tidak jadi memotret sultan.
Ketika acara penyembelihan hewan Qurban dimulai, kulihat di daftar hewan Qurban ada nama keluargaku di nomor 11 dan nama Sultan di nomor 13. Kulihat Sapi yang dikorbankan oleh Sultan sangat besar, sementara sapi kita ukurannya sedang-sedang saja. Ukuran sapi normal. Sapi kita ini terlihat malu-malu ketika dielus-elus oleh mbak Lita.
Yang kuherankan dalam prosesi pembagian hewan Qurban ini adalah suasana yang ayem tenteram, tidak seperti di tempat lain yang selalu berjubel dan berdesak-desakan tanpa bisa diatur lagi. Yang njaga pintu pagar malah anak-anak kecil dan para pengambil daging keluar masuk dengan tertib.
Proses pembagian daging juga tidak harus menunggu semua daging dikumpulkan dan dihitung, tetapi begitu sudah disembeleih langsuing dikuliti dan dipotong-potong dan langsung dibagi. Jadi ada yang masih memotong daging dan ada juga sapi yang masih berkeliaran belum dipotong.
Sebuah model yang bisa ditiru oleh panitia Qurban di tempat lain. Alhamdulillah, kami sekeluarga bisa berkumpul dengan saudara-saudara, sehingga suasananya seperti hari raya lebaran. Cuma tidak ada salam-salaman tapi tetap ada canda ria di antara kita. Silaturahmi antar keluarga Eyang Sastro Utomo ini memang indah dan membuat pingin ketemu lagi secepat mungkin. Akupun bisa bercanda ria dengan Luluk Lita yang malah jarang terjadi kalau di rumah sendiri.
Syukur pada Tuhan yang tekah memudahkan semua urusan ini. Alhamdulillah.
Tukang poto : Haslita Nisa dan Indah
Ping-balik: Indahnya LDR | Blogger Goweser Jogja
jadi kepingin kejogja niie,,,,
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam @Diana
Kalau mau ke Jogja kabari ya…
Siapa tahu bisa dijamu Mie Sehati, hehehe…
Salam sehati
SukaSuka
hanya ingin mengikuti postingan agan .
postingan yang menarik
nice gan .
sempatkan mampir ke website kami
http://www.hajarabis.com
SukaDisukai oleh 1 orang
Hehehehe…
Hajar habis ya..!:-)
Salam sehati
SukaSuka
Kangen Jogja pak
SukaDisukai oleh 1 orang
Walah kok kabeh kangen Jogja iki njur piye dab?
Wis ayuk podho mulih bareng-bareng.
Salam sehati
SukaSuka
Bangga dan salut ama kota tercinta, Jogja…wahh…jd pingin pulang Pak…
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau pulang mampir miesehati.com ya
Ada di Cungkuk 258, ups…
kok malah iklan nich..
Salam sehati
SukaSuka
orang jogja emg suka damai ya pak 🙂
kota ternyaman yg pernah saya singgahi 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
Salam mas @Rifai
Iya bener mas. Yogya memang penuh dengan orang yang berhati nyaman. Adem kalau sudah di Yogya.
Salam sehati
SukaSuka