Gowes Surabaya

Akhirnya kesampaian juga bertemu dengan goweser peserta LTDJ #2 yang bermukim di Surabaya. Bila minggu lalu ketemu Goweser Bali peserta LTDJ di Denpasar, maka minggu ini suasana LTDJ kembali muncul di Surabaya, beberapa anggota WSKT Surabaya memang sudah mendaftar di event 6 Mei 2018 tersebut. Ini juga kupakai sebagai ajang test drive bromie bersama kawan baru dari Surabaya, sepagian ini suasana Gowes Surabaya menjadi ajang pertemuan dua komunitas yang seru banget.
Sejak malam sebelum acara, kita sudah keliling Surabaya mampir di beberapa tempat untuk merasakan kuliner Surabaya. Sebagai mantan kontraktor Surabaya airport, tentu sudah banyak tempat yang kita sudah hafal rasa dan suasananya, maka ajakan dari komunitas sepeda lipat Surabaya ini sangat menarik. Warung yang biasa sampai warung kaki lima yang benar-benar “jhos” kunikmati malam itu bersama wakil komunitas seli Surabaya. Memang tidak bisa banyak orang yang bergabung, disamping warung kaki limanya sangat terbatas kursinya, juga mengumpulkan orang secara mendadak tidak akan mudah.
Baru pada pagi harinya, tuan rumah mulai berperanan untuk menciptakan suasana yang seru banget. Hampir tiap ketemu dengan lokasi selfie, rombongan selalu berhenti dan saling berebut selfie atau langsung berpose di obyek terbaik. Mereka lupa bahwa juru potret tidak bisa mengikuti di sepanjang perjalanan karena jalur Gowes Surabaya ini melalui beberapa ruas CFD (car free day), alhasil juru potret hanya nunggu di jalan-jalan yang tidak ada CFD.
“Baru gowes 10 km kok sudah lapar ya ?
Kayaknya soto cak Har sudah memanggil nih :-)”
Komentar senadapun muncul, sehingga semua sepakat untuk segera menuju lokasi sarapan, sayangnya begitu ketemu obyek foto yang menarik, rombongan kembali berhenti dan menunggu juru potret beraksi. Kalau rombongan bagian depan sudah berhenti, bagian belakangpun otomatis berhenti dan membuat jalan jadi penuh dengan tingkah peserta Gowes Surabaya.
Berbeda dengan Jakarta yang riuh rendah dengan lalin, suasana Surabaya pagi ini terasa sangat ramah. Tidak ramai dan tetap bersahabat dengan para goweser. Yang terasa berbeda kemudian adalah panas matahari yang terasa sudah menyengat padahal jam masih menunjukan waktu pagi.
Menuju warung Soto Cak Har rombongan goweser melewati ruas jalan CFD yang kosong melompong, para goweserpun jadi gatal kakinya untuk sprint di jalan itu. Beberapa goweser sudah tidak bisa menahan hasrat di kaki dan memberikan power pada pedalnya. Mereka melesat bak kuda lepas dari sarangnya, akupun ikut mencoba sprint dengan bromie dan ternyata bromie bisa dipakai juga untuk ngebut di jarak dekat dan jalan datar.
Goweser bromie yang kulihat sudah sering memakai RB (road bike) mendekatiku dan bertanya ke padaku,”… biar bisa lebih kencang dan lebih tahan lama, apa yang perlu diupgrade pak Eko?”
Tentu saja aku hanya bisa menjawab dengan data yang serba sedikit, aku juga baru minggu ini mulai mempunyai Bromie dan mencoba test drive Bromie di Surabaya,”… kalau menurutku sih ganti BB (bottom bracket) dulu, sehingga lebih enak untuk digowes…”.
Acara sarapan di Soto Cak Har, ternyata sangat crowded, karena banyaknya peserta dan terbatasnya ruang yang bisa untuk kumpul bersama satu komunitas, sehingga selesai sarapan dilanjut lagi ke arah kuliner Sate Buntel untuk lebih menikmati kuliner Surabaya di pinggir jalan. Akupun kembali menikmati Gowes Surabaya melewati jalan-jalan seputaran Tunjungan, merasakan aura kesegaran Surabaya jaman dahulu yang sekarang sudah menjadi lebih bersih dan tertata rapi.
Waktu juga yang berbicara dan akupun harus balik untuk mandi dan menuju ke Indah Bordir di Sidoarjo. Hari ini aku benar-benar dipuaskan dengan suasana Surabaya yang selalu dekat di hati,