Runner dan Goweser kota

Hari Minggu biasanya aku gowes bersama alumni teknik sipil, tetapi sudah beberapa bulan ini banyak acara gowes dari komunitas lain, sehingga acara Gowes Minggu jadi macem-macem komunitas yang kuikuti. Dulu aku biasanya memakai sepeda MTB (mountain bike) bersama anakku di acara Gowes Minggu, Ketika anakku sudah makin besar, beberapa anggota komunitasku mulai tertarik gowes yang lebih cepat dan lebih jauh, akupun beralih ke sepeda RB (road bike).

Sementara itu Gowes MTB yang masih eksis membuatku berpikir untuk mencari sepeda yang bisa diajak gowes di jalan aspal dan bisa blusukan di jalan tanah. Akhirnya aku memilih sepeda polygon Heist dan masuk komunitas Heister. Akupun mengganti ban luar dengan yang lebih tipis, ukuran 28 🙂

I’m Heister

Akupun mengganti garpu depan yang bersuspensi dengan garpu depan tanpa suspensi alias “rigid”. Akibatnya sepeda bisa melaju lebih cepat tapi masih nyaman dipakai di jalan tanah. Ketika kucoba untuk menempuh jalur Semarang Jogja lewat Surakarta, sepedaku sanggup bersaing dengan pesepeda yang lain model RB. Demikian juga melahap rute Surabaya Malang kulali tanpa halangan.

Sementara itu untuk rute blusukan ke jalan tanah di Kulon Progo Jogja tidak ada kendala sedikitpun, tentu kalau melahap rute down hill aku angkat dua tangan. Disamping tidak berani, aku takut sepedaku ngadat lewat jalan yang tidak cocok medannya. Alhasil undangam untuk gowes asyik di Wanagama atau yang lebih akstrem lagi terpaksa tidak kuikuti.

Warung Ijo Pakem

Bagi orang Jogja, maka gowes hari Minggu obyeknya sangat banyak. Ketika kita mengayuh ke arah barat ada saja goweser lain yang mengayuh ke arah sebaliknya. Bagi goweser Jakarta, maka untuk kelas pemula pasti mengarah ke CAR Free Day (CFD), bagitu juga di kota kota lain, goweser santai biasanya memilih CFD sebagai ajang berkopdar. Suasana yang santai dan banyaknya muda mudi menjadi daya tarik tersendiri.

Gowes Minggu memang alternatif olah raga yang murah meriah dan saat untuk bertemu dengan teman yang lebih banyak. Kalau di Jogja ada “Jumat Last Friday Ride (JLFR)” di Jakarta ada kudengar “Last Sunday Ride (LSR)”, sayang untuk ke dua acara ini aku malah belum sempat mengikutinya.

Tempat yang cukup ramai kalau di Jakarta adalah Km Nol bukit Sentul. Tanjakannya cukup menantang dan cuacanya sejuk, sehingga Gowes Minggu ke arah Km Nol ini selalu ramai. Sedangkan di Jogja, Gowes Minggu yang selalu ramai didatangi adalah Warung Ijo Pakem, yang kadang dilanjut sampai Museum Merapi atau Kaliurang.

Cuaca hujan ataupun terang tidak banyak berpengaruh pada para goweser, sehingga kadang-kadang justru cuaca hujan malah membuat suasana lebih ceria dan lebih banyak canda sepanjang jalan. Gowes Minggu memang selalu terasa istimewa. melepaskan penat di kehidupan sehari-hari yang kadang terasa monoton dan kurang variasi dalam sebuah hari yang penuh canda yang bertemu dengan banyak orang yang berbeda selalu memberi kegembiraan tersendiri.

Gowes caria dalam hujan

Apapun sepedanya, maka Gowes Minggu adalah gowes persaudaraan, gowes mencari keceriaan hidup, saat kita melepas penat pikiran selama saminggu bekerja. Bagi para pensiunan, kaum 55 tahun ke atas, adalah saat kembali bertemu teman-teman yang berumur lebih muda. Inilah saat kita belajar dari yang tua dan saat kita menukarkan pengalaman bagi yang muda.

Yuk kita gowes Minggu dimanapun, yang penting berangkat dengan senyum terbaik kita dan pulang tetap dengan senyum terbaik serta semangat yang selalu menyala-nyala, menularkan energi positip kita untuk teman-teman kita, Salam Gowes minggu 🙂