break dulu

Seorang olah ragawan yang tahu cara berolah raga otomatis pasti tahu bahwa dalam seminggu diperlukan istirahat memakai otot tertentu dalam berolah raga, biasanya disiasati dengan mengistirahatkan otot yang rutin dipakai untuk olah raga utama dan diselingi dengan memakai otot lain, sehingga otot yang dipakai olah raga rutin bisa menjalani masa istirahat. Dalam seminggu minimal ada saat untuk “break dulu“, minimal dua hari 🙂
Dikenal dengan sebutan X-training atau cross training, maka saat “break dulu” dapat diisi dengan olah raga lain, sehingga kombinasi olah raga ini akan membuat makin banyak otot yang terlatih dan membuat tidak jenuh dalam berlatih atau berolah raga yang itu-itu saja. Jadi misalnya kita suka olah raga renang atau lari, bisa diselingi dengan jalan dulu dua hari.
Dikenal pula istilah duathlon dan triathlon, cabang olah raga bersepeda dilakukan dengan cabang olah raga lainnya yaitu lari (menjadi duathlon), plus berenang (triathlon), sehingga penggemar duathlon (gowes dan lari) maupun triathlon akan makin merasakan nikmatnya berolah raga dengan latihan yang lebih bervariasi. Saat itulah kita bisa merasakan nikmatnya hidup sambil tetap bisa berolah raga 🙂

Kejenuhan berolah raga akan terjadi (suatu saat) bila latihan selalu dilakukan tanpa adanya variasi, dengan adanya sedikit variasi, maka latihan yang tadinya monotone bisa berubah menjadi lebih lebih bisa dinikmati. Mungkin sama dengan penggemar sate ayam, kalau tiap hari makan sate ayam terus tentu suatu saat akan jenuh dan bosan, sate menjadi tidak menarik lagi. Akan berbeda kalau menu makan tidak sate tiap hari, diselingi dengan menu yang lain akan lebih bergairah ketika menu yang biasanya disajikan muncul kembali.
Mungkin masa pandemi ini kalau disikapi dengan berpikir positif akan lebih nyaman dijalani, kita anggap masa pandemi adalam waktu kita untuk lebih memperhatikan hal lain yang mungkin tidak begitu diperhatikan dan akan terlihat kalau kita mensikapi masa pandemi ini dengan berpikir positif. Saat pandemi ini reda atau berakhir dan kita bisa melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan di masa sebelum pandemi, semuanya akan menjadi lebih indah dari saat kita menjalaninya dahulu. Inilah saat kita “break dulu” dalam kehidupan ini.

Sama juga dengan bulan puasa, sebulan penuh kita berubah menjadi tidak makan di siang hari, meskipun makanan yang akan kita makan adalah makanan yang super lezat dan halal, tapi kita bisa dengan mudah tidak menyantapnya dan ketika saat berbuka puasa datang, kitapun dapat kembali makan dengan nikmat, lebih nikmat dari hari-hari biasanya. Yang perlu diperhatikan hanyalah tidak berlebih-lebihan saat waktu untuk makan itu datang, jadilah yang biasa-biasa saja dalam menghadapi apapun yang ada di hadapan kita.

Hari ini aku mendapat nikmat Tuhan berupa sakit, secara alamiah aku tentu sangat terganggu dengan sakit ini, tapi setelah berpikir positif, akupun kembali menemukan kesadaran, bahwa sakit yang kujalani ini adalah wujud dari nikmat Allah. Mungkin dia adalah salah satu penggugur dosaku (yang amat banyak), atau ada hikmah lain yang akan terlihat setelah aku menjalaninya.

Nikmat pertama yang kurasakan adalah ketika ada beberapa teman yang ternyata peduli dengan sakitku dan kemudian menyusul lebih banyak teman yang peduli pada sakitku. Duniapun terasa berbeda ketika dinikmati bersama-sama dengan teman-teman yang peduli pada diri kita. Saat sakit juga adalah saat kita “break dulu” dari aktifitas sehari-hari, mulai lebih banyak melihat aktifitas lain yang mungkin perlu kita jalani, atau bahkan harus lebih diutamakan untuk dijalani saat ini.

Ternyata setelah lebih jauh kupahami kondisi “break dulu” hari ini, aku ternyata harus banyak melakukan hal-hal yang lebih harus ditekuni untuk orang yang sudah “lansia”, meskipun aku masih “lansia muda” tapi aku harus mulai berpikir masalah akhirat juga, lebih dari masalah dunia yang tidak ada habisnya, masalah akhirat masih banyak yang kurang kudalami dan waktu untuk menghadap padaNYA juga makin dekat, inilah saatnya untuk lebih bijak mensikapi waktu yang bagai anak panah ini.
Fastabiqul Khairat!
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 148)